Dan dia pun keluar dari kamarnya dan melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamarnya sendiri sambil membawa sebuah map pelaporan yang diberikan oleh Arseno.Di dalam kamarnya dia terus membaca sebuah laporan yang berisi banyak angka,Sintia duduk sambil membuka satu persatu lembar demi lembar laporan tersebut.Entah kenapa dirinya merasakan sakit kepala yang tiba-tiba datang menyerang secara mendadak.Sintia pun mengalihkan pandangannya menuju langit di balik jendela kamar yang dan dia menghembuskan nafas panjangnya untuk merelaksasikan apa yang ada di pikirannya.Tidak lupa Sintia memajangkan matanya untuk menetralisir rasa sakit di kepalanya."Hehh Ya Tuhan kenapa kepalaku sakit sekali." ujarnya lirih dari dalam hatinya sendiri.Dan dia pun menggaruk-garukkan kepalanya yang gatal itu karena dia merasa bingung apa yang harus dilakukannya.Dia menatap kembali laporan tersebut dan berusaha mencerna satu persatu setiap kata di dalam laporan tersebut.Sintia untuk menjadi yang mempunyai pote
“Sintia bisa nggak kamu mendengar apa yang saya ucapkan, saya ingin kamu keluar dari kamar saya secepatnya dan jangan membuat ulah lagi dan kerjakan semua tugas yang sudah saya berikan kepadamu secepatnya.” tegas arseno dengan menatap tajam ke arah Sintia.Namun tetap saja Sintia hanya bisa berdiri mematung di hadapan Arseno Sebenarnya dia ingin mengatakan kepada Arseno jika dirinya tak mampu untuk mengerjakan itu namun dia mengurungkan hal itu karena dia takut karena Arseno sudah menampakkan muka garangnya.Arseno sudah tak tahan dia sudah merasa sangat kesal terhadap Sintia yang masih saja berdiri di hadapannya yang mengganggu semua konsentrasi yang ada di otaknya dan Arseno pun mengatakan sekali lagi supaya Sintia keluar dari kamarnya.Arseno pun menghembuskan nafas kasarnya dan dia pun mengeluarkan jumlah kekuatannya untuk menyuruh Sintia keluar dari kamarnya namun sebelum Arseno marah Sintia pun menyetop emosi Arseno.“ tunggu tunggu Pak tunggu jangan marah dulu Sebenarnya aku ke
Entah kenapa sebenarnya bu Ratih tidak terlalu suka kepada Tiara entah apa yang mendasari itu bu Ratih tidak tahu.Bu Ratih hanya bisa tersenyum Getir tanpa menampakan rasa ketidaksukaannya di hadapan Tiara.“Iya Ma aku denger-denger mama membawa seorang wanita masuk ke dalam rumah ini apakah itu benar?” tanya Tiara kepada bu Ratih.Tiara sangat penasaran Siapakah gerangan wanita itu sehingga dia bisa memasuki rumah ini, rumah yang megah dengan banyak fasilitas dan yang jelas siapapun yang masuk ke dalam rumah ini dia pasti akan nyaman dan betah.Tiara yang sedang duduk di tepi tempat tidur bu Ratih dia terus memandang tanpa henti matanya terus menatap ke atas langit-langit kamar bu Ratih, dia membayangkan jika rumah itu akan menjadi miliknya betapa bahagianya dia.Tiba-tiba saja dalam lamunannya dia tersenyum di sudut bibirnya, senyum yang sangat berarti artinya itu apa.“Ya aku telah membawa masuk seorang wanita yang telah menolongku dan aku sangat berterima kasih kepada dirinya dan
Bu Ratih yang mendengar itu hanya bisa tersenyum kecut dia benar-benar tidak menyangka jika jawaban Tiara Itu jawaban yang sangat frontal bagi dirinya.Saat mereka sedang ngobrol berdua dengan asyik tiba-tiba ponsel yang berada di dalam tas Tiara sedang berdering dengan kencang dan Tiara pun langsung merogohkan tangannya ke dalam tas itu dan mengambil ponselnya, dia Menatap layar ponselnya dan melihat Siapa orang yang sedang memanggil Panggilan kepada dirinya.“Fifian.” di dalam hati sambil Menatap layar ponsel itu dan Tiara pun segera mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya itu.Dan dia meminta izin kepada bu Ratih untuk keluar sebentar dari kamarnya untuk mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya itu.“Aku keluar sebentar ya aku mau mengangkat panggilan telepon dari temanku.” ujar Tiara sambil pergi berlalu meninggalkan bu Ratih tanpa menunggu jawaban dari bu Ratih.Lagi-lagi bu Ratih hanya bisa tersenyum getir melihat tingkah Tiara yang baginya itu sangat kurang sopan.Bu
Di sisi lain Sintia yang berada di kamar Arseno tepatnya di ruang kerja yang berada di kamar tersebut,Dia duduk di sofa, dia semula duduk dengan tenang sambil membaca laporan tersebut namun semakin lama duduknya semakin berubah-ubah karena dia merasa bosan akan hal itu.Sintia bosan karena dirinya terus saja membaca laporan itu yang terdapat banyak angka-angka yang sangat tidak masuk di otaknya dan dia pun menghembuskan nafas kesalnya, dia merasa jika pekerjaannya itu akan sulit untuk diselesaikan olehnya.Lalu Sintia melirikan kedua bola matanya menuju Arseno yang tengah duduk di meja kerjanya.Sintia melihat betapa seriusnya Arseno dalam menangani hal tersebut dia sangat sungguh-sungguh dalam bekerja dan dia adalah sosok pemimpin yang sangat bijaksana menurut Sintia.Arseno yang sedang bekerja itu memakai sebuah kacamata minus yang menempel di batang hidungnya dan itu terlihat sangat begitu tampan menurut si Sintia, namun pikiran Sintia yang melayang-layang itu seketika buyar kala
“Ayo cepat makan sekarang karena hari ini juga kita harus selesai.” seru Arseno yang menyuapi Sintia yang berada di depannya.Arseno makan dengan tenang Mereka pun makan dengan satu piring berdua.Tak ubahnya mereka seperti sepasang kekasih yang saling memadu cinta.Di Sela mereka makan alArseno menyodorkan segelas jus kepada Sintia Dan berharap untuk Sintia meminum jus tersebut.Dibalik sifat Arseno yang sangat begitu dingin, tapi sangat begitu hangat membuat Sintia merasa baper.Apalagi Arseno menyuapkan itu langsung dengan tangannya sendiri.“Ah aku sangat tampak bahagia, emmm.” jerit perasaan Sintia yang sangat bahagia tak terkira yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi.Selang tak beberapa lama akhirnya mereka pun selesai makan dan Sintia pun meringkas semua peralatan makan dan di bawahnya untuk ke dapur.Saat dia keluar dari kamar Arseno dia merasa bahagia, dia membawa segelas dan sepiring di tangannya sambil melompat-lompat kegirangan.“Mimpi apa aku semalam Dia sanga
Arseno pun Melirikan matanya untuk melihat layar ponsel Sinthia yang sedang bergetar karena ada panggilan masuk.Arseno sedikit penasaran Siapakah gerangan yang ingin menelpon Sintia dan ternyata yang menelepon adalah panggilan nomor yang tak disimpan oleh Sinthia alias nomor baru.Arseno pun setelah melihat itu dia pun membalikkan ponsel Sinthia supaya dirinya tak terganggu karena layar ponselnya sedang hidup.Ini adalah kedua kalinya Arseno mengamati Sintia yang tengah tertidur, yang pertama saat dia tidur di paviliun karena dia ketakutan dan yang kedua adalah hari ini.Arseno tak menyangka bisa melihat wanita yang tengah tertidur di depannya dengan rambut yang sedikit berantakan dengan kekonyolan yang sering dilakukannya namun Arseno sangat bahagia melihat itu karena itu sebagai penghibur hari-harinya yang sangat tidak menyenangkan itu.Saat Arseno sedang mengamati Sintia yang tengah tertidur lagi-lagi dia merasa terganggu kini ponselnya tiba-tiba berdering dan dia pun langsung b
Sintia yang mendengar itu dia langsung berlari menuju arah Arseno dia berlari dengan sujud di kaki Arseno dan mohon maaf dengan apa yang dikatakannya yang sedikit menyinggung perasaannya, entahlah Sinthia jika berada di dekat Arseno dia merasa seperti anak kecil yang ingin terus dimanja olehnya.Jika dipikir-pikir usia Arseno itu ibaratnya seperti usia bapaknya, dan usianya itu pun tidaklah jauh beda.Memang Sinthia adalah sosok wanita yang kurang perhatian dari orang tua apalagi dari seorang laki-laki yang tentunya itu adalah seorang bapak.Bertemu dengan Arseno itu ibarat seperti dia menemukan sebuah cinta entah itu cinta apa yang dipikirkannya tapi yang jelas dia seperti memiliki perasaan bahagia.“Ngapain kamu seperti ini Sintia, berdiri kamu.” ujar Arseno dengan keras.Sintia yang masih bersimpuh di hadapan Arseno dia tetap tak bergeming dia terus saja memohon maaf dengan apa yang dikatakannya yang terkesan ceplas-ceplos itu.“Berdiri kamu Sintya sekarang.” lanjut Arseno yang men