Rasa sakit begitu menyesakkan dada masih Debora rasakan. Caci maki sang mantan suami masih terdengar nyaring di telinga.
Debora menatap pantulan dirinya dari kaca di hadapannya. Begitu cantik dan menawan. Berbeda jauh dengan lima tahun lalu.Dirinya seolah melihat wanita lain yang berdiri di hadapannya."Debora, mengapa kau berbeda saat ini? Harusnya kau bisa berubah dari dulu dan membungkam mulut mereka," gumam Debora.Terdengar ketukan pintu dari luar. Suara lembut memangil namanya."Baik, aku akan segera keluar. Sebentar lagi selesai," teriak Debora.Dia segera merapikan rambut gelombangnya yang terurai dan meraih tas di atas meja.Debora keluar dan menuruni tangga. Dia melangkah menuju ruang makan, tepat dimana semua anggota keluarga berkumpul.Di sana sudah ada hidangan makan malam yang menantinya, lengkap dengan beberapa orang yang duduk di kursi.Seluruh pasang mata menatap Debora dengan tatapan kagum. Mereka sangat beruntung memiliki seorang menantu berhati malaikat sepertinya.Di sana duduk seorang pria tua yang menatapnya, Andreas Vernandes. Orang yang cukup sukses di dunia bisnis.Sedangkan di sampingnya duduk seorang pria tampan yang sedari tadi memuji kecantikan Debora. Matanya tidak berkedip sedikitpun. Alexander Vernandes.Debora melangkah mendekati meja makan. Spontan Alex berdiri dan menarik kursi di sebelahnya."Silahkan duduk Ratuku," ucap Alex tersenyum hangat.Ucapan Alex membuat semua orang tersenyum kecil. sementara pipi Debora sudah bersemu merah."Kau tidak salah memilih Ratu, Sayang," ucap seorang wanita senja di meja sebrang Debora.Wanita tersebut tersebut lembut, Lidya Vernandes. Nyonya sekaligus mertua Debora yang paling menyayanginya."Jangan pulang malam-malam ya Kak, besok aku tidak mau ada kata terlambat!" ucap seorang termuda di antara mereka."Jadi kau mau makan malam di sini atau ..." Alex belum selesai melanjutkan ucapannya."Pergilah, kami tidak mau merusak acara kalian," sahut Lidya tersenyum.Alex melangkah mendekatinya dan mendaratkan kecupan manis di kening Mamanya. Dia antar mereka cuma dialah yang paling mengerti.Alex segera meraih tangan Debora dan segera berpamitan. Mereka melangkah keluar rumah kemudian masuk kedalam mobil mewah yang sudah di siapkan di halaman."Lihat! kita sangat cocok jadi artis nominasi akting terbaik di musim ini." Alex tersenyum kecut.Debora hanya melempar senyum. Dia tak tau harus mengatakan apa. Semua yang Alex katakan benar.Kemarin mereka baru saja mengucapkan ikrar sehidup-semati di altar. Gaun putih mewah, dekor gedung megah, dan seorang Suami bak pangeran di nengri dongeng dengan segala kesempurnaannya.Semua yang tidak mengetahui kebenarannya pasti akan iri melihat nasip Debora yang beruntung ini. Terlebih memiliki sepasang mertua yang amat menyayanginya.Kurang apa hidup Debora? Sayangya ini semua hanya pernikahan kontrak. Bisa di bilang simbiosis mutualisme.Alex membutuhkan Debora begitupun sebaliknya. Ada banyak masalah yang harus mereka selesaikan di balik pernikahan ini.Debora dengan sejuta misinya untuk balas dendam. Sedangkan Alex membuang isu scandal yang menjeratnya saat ini.Mobil Alex melaju melewati jalanan ramai. Mereka menuju sebuah hotel bintang lima. Tempat di mana ada pesta megah yang di hadiri banyak orang terkemuka.Ini adalah saat yang tepat untuk Alex membersihkan namanya dari isu scandal dirinya dan asisten pria nya."Astaga, apakah kau benar-benar mencintai pria itu?" kekeh Debora."Bagaimana kalau kau diam. Lakukan tugasmu dan aku akan membantumu, beres," ucap Alex ketus.Debora hanya tersenyum kecil. Dia tidak menyangka pria tampan yang duduk di sampingnya ini adalah homo.Mobil Alex tiba di sebuah hotel. Tempat dimana dia di undang untuk merayakan pesta kecil rekan bisnisnya.Mungkin bagi orang seperti Alex dan keluarganya ini adalah pesta kecil. Namun tidak bagi Debora. Mana ada pesta kecil yang menyewa hotel mewah? Di tambah para tamu undangan adalah orang penting. Mulai dari pembisnis besar, pejabat negara, dan para artis papan atas.Astaga ... mengapa orang kaya suka menghamburkan uang. Sedangkan orang miskin banting tulang untuk sesuap nasi di luar sana.Debora turun di bantu oleh pelayan yang membukakan pintu mobil. Alexander juga ikut turun dan memberi kunci mobil kepada pelayan yang satunya.Debora tampak anggun dengan gaun biru dongker dengan hiasan beberapa manik-manik yang gemerlap. Bagian atas gaun sedikit terbuka memperlihatkan leher jenjang yang menawan.Alexander segera menggandeng tangan Debora dan melangkah masuk. Mereka menjadi pusat perhatian saat ini. Mereka sudah seperti sepasang raja dan ratu yang akan duduk di singgasana.Di antara banyaknya orang. Ada dua orang yang memperlihatkan mereka dengan seksama. Sepertinya dia pernah melihat Debora.Alisnya bertaut dan saling tatap. Mungkinkah dia salah orang? Debora yang mereka lihat dulu adalah gadis dekil dengan berat badan yang berlebih.Tidak mungki dia ada disini. Kalau toh dia selamat. Pasti dia sudah jadi gembel yang berkeliaran di lingkungan kumuh.Debora mengangkat pandangan ke depan. Dirinya kini lebih percaya diri dari sebelumnya. Tatapannya tajamnya menyapu setiap sudut ruangan.Hingga tanpa sengaja dia melihat sosok yang dia incar selama ini. Debora sedikit menarik jas Alexander dan berbisik."Itu mangsaku, ayo kita kesana!" ajak Debora.Sudut mata Alexander mencuri pandang dengan orang yang di maksud Debora. Hanya suara decihan yang terdengar."Astaga, seleramu rendah sekali. Apa kau tidak bisa mencari suami yang lebih berkelas sedikit?" kekeh Alexander.Debora hanya berdecih kesal. Kalau dia bisa memilih takdir, pasti dia tidak akan memilih pria dengan mental tempe dan mata yang jelalatan seperti itu."Tutup mulutmu itu! Setidaknya aku masih normal." Debora tidak mau kalah."Apa?" Alexander menatap lekat manik mata coklat yang saat ini menatapnya.Karena perseteruan mereka. Mereka sampai tidak sadar ada dua orang yang melangkah mendekat. Orang tersebut masih menatap lekat seorang wanita yang berdiri di samping Alexander.Padahal media mengatakan dia terciduk sedang menginap di kamar hotel dengan seorang pria dalam keadaan polos. Banyak orang yang mempertanyakan kebenaran ini.Meskipun dia memiliki perusahaan gurita, tetap saja masalah ini berdampak besar pada popularitasnya.Kemudian siapa wanita ini? Di lihat dari penampilannya, dia bukanlah orang sembarangan. Banyak barang dengan brand ternama yang membalut tubuhnya."Tuan Alexander," sapa seseorang yang mendekat.Mata Debora terbelalak, dia tidak percaya mangsanya akan datang secepat ini. Dia segera mempererat pelukannya pada Alex."Halo, dengan siapa?" Alex membalas ramah dan mengulurkan tangannya.Meskipun dia sangat jijik bersentuhan dengan orang lain. Tetap saja saat ini dia harus merubah opini publik tentang dirinya."Daniel Anderson, pemilik DNG grup," ucap Daniel menjabat tangan Alex."Ini istriku, Elena." Daniel memperkenalkan."Wow istrimu luar biasa, kenalkan ini istriku Debora," ucap Alexander melempar tatapan penuh cinta ke istrinya, lebih tepatnya istri sesaat nya.'Apa! Debora?'Daniel memperhatikan penampilan seseorang wanita yang bernama Debora ini. Setiap inci tubuhnya tak luput dari pandangan Daniel.Bila di lihat dengan jelas, dia memang orang yang sama. Namun ini semua tidak mungkin. Bagaimana ini bisa terjadi?"Apakah istriku begitu memukau?" tanya Alexander sambil melempar senyum sinis."Maaf, Tuan, Sa-ya hanya pernah melihat istri Anda." jawab Daniel sambil terus melihat Debora.Mendengar ucapan Suaminya. Elena juga menatap seorang istri presidir muda ini. Dan ternyata benar adanya, dia adalah Debora. Seorang wanita yang telah lama dia buang dari kehidupan suaminya.Lalu kenapa dia bisa sampai di sini? Terlebih dia dapat di pungut menjadi istri presidir kaya raya. Ini tidak mungkin, kenapa nasib sangat baik kepadanya.Terakhir dia lihat hanyalah seorang wanita kumuh yang berusaha memperbaiki rumah tangganya yang telah hancur."Lama tidak bertemu, sepertinya alam sangat baik kepadamu," celetuk Elena menatap sinis Debora.Debora tersenyum kecut. Sepert
Debora mulai membuka matanya. Dia melihat siluet seorang pria yang sedang berdiri membelakanginya. Debora mengucek matanya dan melihat ke seluruh ruangan. Sepertinya ini adalah hotel berkelas di lihat dari semua furniturnya yang mahal.Perlahan Debora bangun dan bersandar di ranjang. Dan bersamaan siluet itu ajuga berbalik menghadapnya.Pria itu melangkah mendekat dan duduk di depan Debora dengan wajah masam. Rahang tegasnya mengeras seolah menahan amarah yang membara.Debora meneguk ludah. Dia tau apa yang akan terjadi. Bila memang rencananya harus berantakan saat ini juga, dia akan pasrah. Toh pasti akan ada jalan lain.Dirinya tidak mau mati gila di tangan keempat pria gila tadi malam. Termasuk yang duduk di hadapannya saat ini, Alexander."Ternyata kau tidak bisa di andalkan," ucap Alexander menjambak rambut Debora.Rasa sakit yang dia rasakan tidak sebanding dengan kejadian beberapa tahun silam. Tepatnya lima tahun sebelumnya.Jambakan, tamparan, dan siksaan sudah menjadi makana
Seorang pria duduk di sebuah kursi besarnya. Di hadapannya berdiri empat orang bertubuh besar atletis. Mereka sedang menunggu perintah sang majikan.Tak lama kemudian empat orang datang. Mereka membawa sebuah kotak dengan ukuran besar dan kelihatannya cukup berat.Alexander tetap duduk tenang. Mata elangnya terus mengawasi setiap pergerakan orang yang sedang mengawalnya. Lebih tepatnya mengepung dirinya.Bahkan tidak ada satupun anak buah di sini. Rekan bisnisnya memilih untuk menahan mereka di depan pintu dan menunggu semua urusan selesai."Apa barang ini asli?" tanya seorang dengan kalung salip yang menggantung di lehernya.Alexander tersenyum kecut. Dia tidak pernah menipu setiap pelanggannya. Mengapa mereka ragu akan barangnya?"Kau bisa mencobanya," jawab Alexander acuh.Empat orang itu membuka kotak kayu yang tertutup rapat. Terlihat beberapa senapan keluaran terbaru dan masih jarang orang memilikinya.Ini termasuk barang ilegal. Namun siapa yang dapat menghentikan Alexander? Di
Perlahan Alex membuka matanya. Kepalanya masih terasa berat. Rasa nyeri juga dia rasakan pada bagian tubuh yang terkena peluru.Debora nasib menyiapkan obat yang baru saja di beri dokter. Untung saja dia tidak jadi pergi. Dia tidak menyangka homo itu akan kembali dengan keadaan terluka parah.Wanita itu merasa Suaminya bukan orang sembarangan. Melihat beberapa orang yang mengantarnya tadi. Orang-orang itu bertubuh besar dan kekar. Dan yang paling menyita perhatian adalah tato kalajengking pada leher mereka.Telinganya mendengar suara rintih kesakitan. Debora segera melempar pandangan dan berlari kecil menuju ranjang. Alex sudah membuka matanya. Dia mencoba bangun dari tidurnya."Stop! Jangan bergerak. Lukamu masih basah. Kau perlu apa? Aku ambilkan," ucap Debora menahan pergerakan Alex.Alex tidak peduli dengan semua omelan Debora, dia beranjak dari kasur dan hendak melangkah pergi.Meskipun dia adalah suami palsunya, tetap saja dia harus menjaganya. Dia tidak bisa membayangkan bagai
Debora menghempaskan tubuh lelahnya di sofa, segudang tugas sudah di kerjakan dengan baik siang ini. Sekarang giliran tubuhnya beristirahat.Deborah merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Sekitar 4 jam dia melakukan pemotretan dengan pesona yang dia tebarkan. Film terbarunya akan segera terbit dan perlu banyak persiapan untuk mempersiapkan semua.Stevi datang membawa dua buah nasi kotak dan satu gelas es teh. Melihat ini semua mata Debora berbinar. Ini adalah alasan mengapa dia di sukai banyak orang. Dia terlalu sederhana dan blak-blakan."Apakah kau lapar Sayang?" tanya Stevi meledek.Tentu cacing-cacing di perutnya mulai meronta-ronta. Bayangkan saja, dia hanya makan malam hari dan pagi harinya harus sport jantung. Karena Kakak managernya ini.Untung saja Stevi tidak melihat semuanya, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kalau dia tau kondisi kakaknya. Apa yang harus dia katakan padanya?"Kok ngelamun? Jangan-jangan ... kalian semalam ..." Stevi memicing dan menaruh tatapan curiga pa
Seorang pria sedang duduk di kursi kebesarannya, di jarinya terselip batang di nikotin yang menyebutkan asap tipis. Di sekelilingnya berdiri beberapa anak buah dengan kaos dan celana dengan warna senada, hitam."Jangan biarkan manusia arogan itu lolos, Aku tidak akan pernah memaafkannya!" ucap Akeno. Pria yang menaruh dendam mendarah daging pada Alex."Baik Tuan, saat ini pasti keadaannya kritis. Sangat sulit bagi orang yang terkena racun itu selamat." Anak buah Akeno memberi kabar baik padanya.Terdengar tawa kemenangan yang menggema di seluruh ruangan. Akeno dan anak buahnya merasa lega telah mengalahkan seorang yang sulit di kalahkan.Alexander adalah seorang ketua mafia yang cukup sulit di taklukkan. Beberapa kelompok hitam sampai bertekuk lutut dan lebih memilih jalan damai saat berurusan dengan kelompok Scorpio, yaitu milik Alex.Alex fokus pada usaha gelapnya. Yaitu prostitusi dan beberapa barang legal. Jadi sudah pasti bagaimana besarnya nama Alexander yang lebih di kenal deng
Mata Mike berbinar, dia segera menata beberapa berkas yang berserakan dan segera merapikan penampilannya.Dia berusaha menjaga air wajahnya untuk tetap biasa dia seolah tak ada yang pernah terjadi sebelumnya.Mike duduk di kursi kantornya dan menyuruh sekertarisnya untuk mengantar Debora masuk. Pintu terbuka, seorang pria bertubuh tinggi dan tegap masuk keruangan di susul oleh dua orang wanita di belakangnya.Pria tersebut menyuruh Debora dan Stevi duduk di kursi yang sudah di siapkan. Tepat dia hadapan Mike.Stevi dan Debora tak sengaja melihat pecahan gelas yang berserakan. Mereka saling menatap untuk sesaat dan melempar pandangan ke arah Mike.Seolah tau apa yang di pikiran oleh kedua wanita di hadapannya Mike segera mengambil sikap."Maaf atas ketidak nyamanan nya, saya kurang sehat. Jadi tidak sengaja memecahkan gelas." Mike melempar senyum canggung."Bereskan kekacauan ini, aku tidak mau meninggalkan kesan buruk pada artisku," lanjut Mike memberi perintah pada sekertarisnya.Pri
Debora baru saja keluar dari apartemen Michael, terlukis senyum lebar di wajah cantiknya. Dia tidak menyangka produser itu akan memberinya nominal yang cukup tinggi.Stevi yang melangkah di belakang Debora masih tak bersuara. Dia tau siapa Michael, banyak artis yang mengeluhkan ketidak nyamanan saat berkerja sama.Debora harus syuting di sebuah pulau dan hanya ada beberapa kru di sana. Mungkinkah? Di tambah lagi ini akan berjalan entah berapa hari karena tidak ada setting lain."Mari kita minum untuk pencapaianku siang ini," ucap Debora bersemangat naik ke dalam mobil.Stevi masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi. Dia masih merasa janggal dengan kontrak yang di tandatangani Kakak iparnya itu.Melihat Stevi yang sedari tadi mengunci mulutnya. Hati Debora mulai terusik."Hay ... apakah kau tidak senang dengan pencapaian Kakakmu ini?" Debora menyenggol pundak Stevi."Oke kau adalah Kakakku saat ini, tapi lihatlah ini sangat tidak masuk akal. Kau akan tinggal di sebuah pulau ta