Share

Terjerat Hasrat Mafia Dingin
Terjerat Hasrat Mafia Dingin
Author: Mom Aish

Bab 1. Hanya Status

Author: Mom Aish
last update Last Updated: 2023-07-25 23:09:48

Rasa sakit begitu menyesakkan dada masih Debora rasakan. Caci maki sang mantan suami masih terdengar nyaring di telinga.

Debora menatap pantulan dirinya dari kaca di hadapannya. Begitu cantik dan menawan. Berbeda jauh dengan lima tahun lalu.

Dirinya seolah melihat wanita lain yang berdiri di hadapannya.

"Debora, mengapa kau berbeda saat ini? Harusnya kau bisa berubah dari dulu dan membungkam mulut mereka," gumam Debora.

Terdengar ketukan pintu dari luar. Suara lembut memangil namanya.

"Baik, aku akan segera keluar. Sebentar lagi selesai," teriak Debora.

Dia segera merapikan rambut gelombangnya yang terurai dan meraih tas di atas meja.

Debora keluar dan menuruni tangga. Dia melangkah menuju ruang makan, tepat dimana semua anggota keluarga berkumpul.

Di sana sudah ada hidangan makan malam yang menantinya, lengkap dengan beberapa orang yang duduk di kursi.

Seluruh pasang mata menatap Debora dengan tatapan kagum. Mereka sangat beruntung memiliki seorang menantu berhati malaikat sepertinya.

Di sana duduk seorang pria tua yang menatapnya, Andreas Vernandes. Orang yang cukup sukses di dunia bisnis.

Sedangkan di sampingnya duduk seorang pria tampan yang sedari tadi memuji kecantikan Debora. Matanya tidak berkedip sedikitpun. Alexander Vernandes.

Debora melangkah mendekati meja makan. Spontan Alex berdiri dan menarik kursi di sebelahnya.

"Silahkan duduk Ratuku," ucap Alex tersenyum hangat.

Ucapan Alex membuat semua orang tersenyum kecil. sementara pipi Debora sudah bersemu merah.

"Kau tidak salah memilih Ratu, Sayang," ucap seorang wanita senja di meja sebrang Debora.

Wanita tersebut tersebut lembut, Lidya Vernandes. Nyonya sekaligus mertua Debora yang paling menyayanginya.

"Jangan pulang malam-malam ya Kak, besok aku tidak mau ada kata terlambat!" ucap seorang termuda di antara mereka.

"Jadi kau mau makan malam di sini atau ..." Alex belum selesai melanjutkan ucapannya.

"Pergilah, kami tidak mau merusak acara kalian," sahut Lidya tersenyum.

Alex melangkah mendekatinya dan mendaratkan kecupan manis di kening Mamanya. Dia antar mereka cuma dialah yang paling mengerti.

Alex segera meraih tangan Debora dan segera berpamitan. Mereka melangkah keluar rumah kemudian masuk kedalam mobil mewah yang sudah di siapkan di halaman.

"Lihat! kita sangat cocok jadi artis nominasi akting terbaik di musim ini." Alex tersenyum kecut.

Debora hanya melempar senyum. Dia tak tau harus mengatakan apa. Semua yang Alex katakan benar.

Kemarin mereka baru saja mengucapkan ikrar sehidup-semati di altar. Gaun putih mewah, dekor gedung megah, dan seorang Suami bak pangeran di nengri dongeng dengan segala kesempurnaannya.

Semua yang tidak mengetahui kebenarannya pasti akan iri melihat nasip Debora yang beruntung ini. Terlebih memiliki sepasang mertua yang amat menyayanginya.

Kurang apa hidup Debora? Sayangya ini semua hanya pernikahan kontrak. Bisa di bilang simbiosis mutualisme.

Alex membutuhkan Debora begitupun sebaliknya. Ada banyak masalah yang harus mereka selesaikan di balik pernikahan ini.

Debora dengan sejuta misinya untuk balas dendam. Sedangkan Alex membuang isu scandal yang menjeratnya saat ini.

Mobil Alex melaju melewati jalanan ramai. Mereka menuju sebuah hotel bintang lima. Tempat di mana ada pesta megah yang di hadiri banyak orang terkemuka.

Ini adalah saat yang tepat untuk Alex membersihkan namanya dari isu scandal dirinya dan asisten pria nya.

"Astaga, apakah kau benar-benar mencintai pria itu?" kekeh Debora.

"Bagaimana kalau kau diam. Lakukan tugasmu dan aku akan membantumu, beres," ucap Alex ketus.

Debora hanya tersenyum kecil. Dia tidak menyangka pria tampan yang duduk di sampingnya ini adalah homo.

Mobil Alex tiba di sebuah hotel. Tempat dimana dia di undang untuk merayakan pesta kecil rekan bisnisnya.

Mungkin bagi orang seperti Alex dan keluarganya ini adalah pesta kecil. Namun tidak bagi Debora. Mana ada pesta kecil yang menyewa hotel mewah? Di tambah para tamu undangan adalah orang penting. Mulai dari pembisnis besar, pejabat negara, dan para artis papan atas.

Astaga ... mengapa orang kaya suka menghamburkan uang. Sedangkan orang miskin banting tulang untuk sesuap nasi di luar sana.

Debora turun di bantu oleh pelayan yang membukakan pintu mobil. Alexander juga ikut turun dan memberi kunci mobil kepada pelayan yang satunya.

Debora tampak anggun dengan gaun biru dongker dengan hiasan beberapa manik-manik yang gemerlap. Bagian atas gaun sedikit terbuka memperlihatkan leher jenjang yang menawan.

Alexander segera menggandeng tangan Debora dan melangkah masuk. Mereka menjadi pusat perhatian saat ini. Mereka sudah seperti sepasang raja dan ratu yang akan duduk di singgasana.

Di antara banyaknya orang. Ada dua orang yang memperlihatkan mereka dengan seksama. Sepertinya dia pernah melihat Debora.

Alisnya bertaut dan saling tatap. Mungkinkah dia salah orang? Debora yang mereka lihat dulu adalah gadis dekil dengan berat badan yang berlebih.

Tidak mungki dia ada disini. Kalau toh dia selamat. Pasti dia sudah jadi gembel yang berkeliaran di lingkungan kumuh.

Debora mengangkat pandangan ke depan. Dirinya kini lebih percaya diri dari sebelumnya. Tatapannya tajamnya menyapu setiap sudut ruangan.

Hingga tanpa sengaja dia melihat sosok yang dia incar selama ini. Debora sedikit menarik jas Alexander dan berbisik.

"Itu mangsaku, ayo kita kesana!" ajak Debora.

Sudut mata Alexander mencuri pandang dengan orang yang di maksud Debora. Hanya suara decihan yang terdengar.

"Astaga, seleramu rendah sekali. Apa kau tidak bisa mencari suami yang lebih berkelas sedikit?" kekeh Alexander.

Debora hanya berdecih kesal. Kalau dia bisa memilih takdir, pasti dia tidak akan memilih pria dengan mental tempe dan mata yang jelalatan seperti itu.

"Tutup mulutmu itu! Setidaknya aku masih normal." Debora tidak mau kalah.

"Apa?" Alexander menatap lekat manik mata coklat yang saat ini menatapnya.

Karena perseteruan mereka. Mereka sampai tidak sadar ada dua orang yang melangkah mendekat. Orang tersebut masih menatap lekat seorang wanita yang berdiri di samping Alexander.

Padahal media mengatakan dia terciduk sedang menginap di kamar hotel dengan seorang pria dalam keadaan polos. Banyak orang yang mempertanyakan kebenaran ini.

Meskipun dia memiliki perusahaan gurita, tetap saja masalah ini berdampak besar pada popularitasnya.

Kemudian siapa wanita ini? Di lihat dari penampilannya, dia bukanlah orang sembarangan. Banyak barang dengan brand ternama yang membalut tubuhnya.

"Tuan Alexander," sapa seseorang yang mendekat.

Mata Debora terbelalak, dia tidak percaya mangsanya akan datang secepat ini. Dia segera mempererat pelukannya pada Alex.

"Halo, dengan siapa?" Alex membalas ramah dan mengulurkan tangannya.

Meskipun dia sangat jijik bersentuhan dengan orang lain. Tetap saja saat ini dia harus merubah opini publik tentang dirinya.

"Daniel Anderson, pemilik DNG grup," ucap Daniel menjabat tangan Alex.

"Ini istriku, Elena." Daniel memperkenalkan.

"Wow istrimu luar biasa, kenalkan ini istriku Debora," ucap Alexander melempar tatapan penuh cinta ke istrinya, lebih tepatnya istri sesaat nya.

'Apa! Debora?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
santun pagi thor aq Baru sempet mampir disini and salken,di awal bab agak2 geli sih krn c alex homo...... semoga j kedepannya dia bisa berubah
goodnovel comment avatar
Duma Candrakasi Harahap
hay ka,,,salam kenal .baru pertama baca cerita ny..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Akhir bahagia

    Debora masuk ke kamar mandi. Di sana sudah ada Alex yang memejamkan mata dan menikmati air hangat yang merendam sebagai tubuhnya. Harum aroma lili memenuhi seluruh ruangan."Alex, aku beri waktu lima menit untuk menjelaskan sertifikat yang ada di tasmu," ucap Debora dengan suara lantang.Pria itu tidak merespon. Dia masih memejamkan mata. Bahkan dia tidak bergerak sedikitpun."Alexander Vernandes, apakah kau mendengar suaraku?" Debora mulai sebal.Amarah Debora tak membuatnya bergeming. Pria itu masih berada di posisi ternyaman nya. Karena habis kesabaran, Wanita itu masuk kedalam bak mandi dan menepuk pipi Alex.Pria itu masih tidak merespon sampai Debora menarik paksa seekor naga yang sedang tertidur nyenyak."Argh, apakah kau sudah gila. Jangan sentuh asetku seperti itu," ucap Alex mengerang kesakitan."Kau yang memulai," jawab Debora cemberut."Aku! Kau yang menyiapkan semua ini, apa salah kalau aku menikmati semua ini?" Alex memicing."Sekarang jelaskan kenapa ada sertifikat ruma

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Kejutan untukmu

    Debora dan Lidya duduk di halaman belakang. Mereka duduk menemani Angel yang sedang sibuk dengan buku gambar dan crayonya.Lidya tak henti-hentinya memuji hasil coretan tangan mungil itu. Debora mendaratkan kecupan di ujung kepala Angel."Apakah aku menganggu?" tanya Alex yang baru saja bergabung.Ketiga orang itu menyambut hangat ke datangan Alex. Angel segera bangkit dan berhamburan menuju Paman baiknya.Alex meraih Angel dan mengangkatnya dalam gendongan. Keduanya sudah seperti sepasang Dady dan putrinya."Paman baik, aku puny gambar untgukmu," ucap Angel memeluk Alex."Terima kasih Sayang, Paman baik juga punya kejutan untumu," ucap Alex menatap bahagia mata bulat yang saat ini menatapnya."Yey ... apa itu Paman?" tanya Angel penasan.Alex menurunkan gadis kecil itu dan merogoh saku jas bagian belakang. Dia mengeluarkan sebuah amplop putih yang bertuliskan nama salah satu sekolah terbaik di kota tersebut.Karena penasaran, Debora dan Lidya melangkah mendekat. Mata Debora berkaca k

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Cinta dan kenyamanan

    Stevi duduk di atas kasur. Matanya melihat bintang yang bertaburan di langit malam. Terdengar suara pintu di ketuk."Masuk," ucap Stevi dengan suara lantang.Joe masuk membawa nampan yang berisi makan malam dan beberapa obat. Dengan hati-hati dia menaruh nampan itu di atas meja.Stevi turun dari ranjang dan memeluk Joe dari belakang. Wajah pria itu memerah. Dia tidak bisa menahan rasa bahagianya. Walau wanita ini bukan melihat dia yang sebenarnya."Kau harus makan dan minum obat," ucap Joe memutar tubuhnya dan mencubit pipi Stevi."Suapin dong," sahut Stevi manja."Oke, asal harus minum obat ya," jawab Joe menuntun Stevi untuk duduk di sofa.Pria itu menyodorkan sepotong steak yang sudah di potong kecil-kecil. Dengan semangat Stevi membuka mulut dan melahap daging tersebut.Joe menatap dalam wanita yang selama ini dia cintai. Sepertinya penyamaran ini tidak buruk juga. Dia bisa dekat dengan Stevi tanpa harus cek-cok setiap pagi."Ada apa?" tanya Stevi menatap dalam Joe.Joe menggeleng

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Keluar kecil bahagia

    Debora duduk di hamparan rumputb hijau. Di hadapannya ada sebuah batu yang bertuliskan nama orang yang paling berarti di hidupnya.Orang itu rela berkorban untuk dirinya. Mengesampingkan kesenangannya demi dirinya. Memberi apapun yang dia miliki untuknya.Namun apa yang bisa dia berikan, dia tidak pernah memberi apapun pada wanita tua itu selain kesengsaraan. Tidak pernah ada kebahagiaan sdikitpun.Satu per satu orang meninggalkan pemakaman. Di sana hanya meninggalkan Alex dan Debora. Keduanya duduk dan menatap nanar batu yang di penuhi dengan kelopak bunga itu."Kenapa aku begitu tidak berguna Alex? Lihatlah, bahkan aku belum memberi kebahagiaan sedikitpun pada Bibi," ucap Debora pedih."Bibi sudah menganggapmu sebagai anak, melihatmu bahagia, dia juga merasakan hal yang sama Baby," jawab Alex memeluk pundak Debora."Ini tidak adil untuknya Alex, dia menjual segalanya demi kehidupanku dan Angel. Dia pergi sebelum aku membayar semuanya," ucap Debora dengan air mata yang terus berlina

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Kepergian Bibi Lauren

    Seorang gadis kecil menangis di depan pintu ruang IGD. Di sampingnya ada dua orng tua yang sedari tadi mencoba menenagkannya. Tak jauh dari mereka ada sekitar lima orang berpakaian serba hitam yang berdiri di depan lorong.Wanita gendut itu meraih gadis kecil dan mendekapnya dalam pangkuan. Berulang kali dia mengelus pucuk kepala anak itu. Mencob menghentikan tangisnya."Tenanglah Nak, Bibimu pasti akan baik-baik saja," ucap Wanta gendut itu."Bibi sakit Apa Nek, kenapa dia pingsan?" tanya Angel sambil menghapus air mata yang terus mengalir."Bibimu hanya kecapekan. Sebentaar lagi pasti dia akan sadar dan kembali bermain-main denganmu," ucap Nenek gendut yang memeluknyaa.Sementara Kakek gendut masih memperhatikan kelima orang yang berjaga di depan lorong. sesekali dia menatap Angel dan orang-orang itu bergantian.Dia hanya tak menyangka akan menyelamatkan seorang anak yang oraang tuanya memiliki kedudukan tinggi. Mereka pasti bukan orang biasa saat melihat penjagaan seketat ini.Seda

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Hari yang mendebarkan

    "Kakak tidak bisa datang?" tanya Stevi menatap Lidya penuh harap."Dia sedang dalam perjalanan bisnis. Mereka akan segera kembali," ucap Lidya mengelus pucuk kepala putrinya.Wanita yang baru saja tersadar dari depresinya itu melempar pandangannya kesamping. Dia menatap pria yang amat dia cintai duduk di sana.Pria itu memasang wajah sedih sebelum melempar senyum hangat padanya. Sama seperti sebelumnya, dia selalu bisa merubah mimik wajah dengan cepat."Kau membutuhjan sesuatu?" tanya Keanu menatap Stevi teduh."Aku lapar," jawab Stevi manja."Baiklah tunggu sebentar, aku akan membelikan makanan untukmu," jawab Keanu bangkit dari kursi dan melangkah menjauh.Lidya menatap pedih pria itu. Semua pengorbanan dan penantiannya selama ini tidak ada artinya. Dia yang beerjuang tetapi orang lain yang memetik manisnya."Tunggu sebentar, Mama mau pesan beberapa barang," ucap Lidya berlari kecil menyusul pria yang baru saja pergi."Joe!" panggil Lidya.Pria itu menghentikan langkanya. Sesaat Joe

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Perjuangan terakhir

    Di tempat yang begitu tenang, Bibi Lauren duduk sambil memegang sebotol susu. Ujung matanya melihat seorang anak kecil melangkah mendekatinya.Matanya menyipit, dia melihat dengan seksama siapa yang datang. Buliran bening terjatuh saat lansia itu mengetahui siapa yang datang."Halo Nenek?" sapa Angel.Bibi Lauren mematung. Dia mencoba menahan laju air mata yang hendak melaju deras."Halo Nak, kau kembali?" tanya Bibi lauren.Anak itu mengangguk lirih dan duduk di samping sang Nenek. Dia melihat ada tiga botol susu di samping Nenek itu. Bertanada kalau dia sudah duduk di sini begitu lama."Apakah Nenek menungguku?" tanya Angel yang melihat Nenek itu menatapnya dalam.Bibi Lauren tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Tangan keriputnya membelai pipi chubby yang dulu sering dia cium.Tuhan begitu baik padanya. Dia melindunginya, bahkan memberinya hadiah yang sangat istimewa."Apakah aku boleh memelukmu?" tanya Bibi Lauren masih terpaku menatap angel.Angel mengangguk lirih. Dia berges

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Hal penting

    Joe melangkah memasuki ruang rawat. Di sana masih ada Nyonya besarnya yang duduk meringkuk di kursi. "Anda bisa pulang Nyonya, biar Saya yang menjaga Nona Stevi," ucap Joe ramah.Lidya menggelengkan kepalanya. Dia memutar kursinya menghadap Joe. matanya menatap pria yang begitu tulus pada putrinya."Sejak kapan kau mengenal Stevi?" tanya Lidya seriussss."Nona Stevi membantu Saya masuk ke dalam Klan Tuan Alex, di sini saya menemukan keluarga yang tidak pernah saya miliki sebelumnya," jawab Joe membalas tatapan Lidya.Joe teringat saat pertama bertemu Stevi. Saat itu dia berjalan di tengah keputusasaan. Dia mencari keberadaan Sang Kakak yang entah ada di mana.Dia telah mencari Sang kakak di setiap bar besar. Tidak jarang kehadirnnya membuat keributan dan pada akhirnya dirinya babak belur.Saat itu dia meringkuk di emperan toko. Bajunya penuh noda darah yang mengering. Tak hanya itu, wajahnya sudah tidak berbentuk karena banyak luka lebam."Kalau mau jadi jagoan bukan seperti itu cara

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Makan coklat batangan

    Lidya menatap kepergian Putra dan menantunya. Terlihat senyum haru di wajah cantiknya. Seperti pepatah mengatakan, pasti ada pelangi setelah badai datang.Alex menggandeng tangan Debora dan melangkah pergi. Langkah panjang Alex terhenti saat menatap ketiga orang yang berdiri di depan pintu."Sepertinya aku sudah terlalu sabar denganmu belakangan ini," ucap Alex melempar pandangan ke arah Joe.Seketika Joe menundukkan kepala diikuti oleh kedua temannya. Mereka meneguk liur dan berdoa semoga Tuannya dalam mood yang baik."Kau meninggalkan tugasmu, dan mengejar cintamu di sini. Kau pikir aku akan simpati padamu dan tidak menghukum semua keteledoraamu ini?" ucap Alex melepaskan tangan Debora dan mendekati Joe.Debora mengkerutkan alisnya. Dia mulai menampakkan wajah protesnya. Wanita itu menghalang langkah Alex."Apa kau gila, Lihatlah! Dia sudah menjaga Adikkmu dengan tulus. Kau masih ingin menghukumnya?" Tanya Debora tidak percaya.Alex menggeser tubuh Debora dan menghentikan langkah ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status