Share

Sepercik Perasaan

last update Huling Na-update: 2024-07-10 19:26:15

“Ada tiga hal yang paling aku benci. Pertama kebohongan, kedua menunggu dan ketiga,” ucap Regantara dengan wajah serius, “pengkhianatan.”

Vania diam dan mendengarkan saat lelaki itu mendapatkan sesuatu dari dalam kotak obat, di tangannya. Ia memperhatikan ketika Rega secara perlahan memutar tutup benda kecil itu dan mencolek isinya dengan sebuah cotton bud di tangannya. Ia menatap wajah lelaki yang terlihat begitu serius merawat lukanya itu. Ia merasakan betapa lembutnya sentuhan cotton bud itu di lukanya.

Jantung Vania berdegup dengan kencang. Ia belum pernah merasakan debaran seperti ini sebelumnya. Diperlakukan demikian lembut bahkan oleh Martin, suaminya sekalipun, ia hampir tidak pernah. Tapi kenapa lelaki yang baru ia kenal, dan baru saja memperlakukannya seolah sampah itu tiba-tiba berubah. Mungkinkah dia mempunyai kepribadian ganda atau ... bisa saja ada saraf otaknya yang konslet.

“Darimana kamu dapat luka ini? Tidak mungkin karena menabrakku tadi pagi, kan?” tanyanya.

Vania terdiam. Setelah mendengar bahwa lelaki itu tidak suka dibohongi, mustahil dia akan mengatakan bahwa ia terpeleset atau terbentur, karena terbentur pun tidak akan menyebabkan luka semacam itu. Seharusnya hanya luka lebam, kan. Tapi ia tidak mungkin mengaku jika suaminya dengan sengaja mendorongnya hingga pelipisnya terbentur keras pada siku laci lemari yang masih terbuka.

Tidak! Tidak baik mengumbar aib keluarganya sendiri. Seburuk apapun, Martin masih merupakan suaminya.

“Aku … kepalaku tanpa sengaja membentur sesuatu yang keras,” ucap Vania, "dan aku rasa aku tidak perlu melaporkan setiap kejadian dalam hidupku pada perusahaan, Pak."

Rega mengerutkan keningnya, tentu saja ia tahu ada hal yang disembunyikan oleh perempuan di hadapannya. Tapi ia berusaha menyembunyikan rasa penasarannya dengan memfokuskan diri kembali untuk mengobati luka itu.

“Perempuan mana yang mengabaikan luka sebesar ini tanpa perawatan. Luka yang pasti akan meninggalkan bekas, apalagi di wajah,” gumamnya, “aku nggak yakin bisa memberimu kepercayaan, jika kamu nggak bisa merawat diri kamu sendiri.”

Vania tetap bungkam. Ia mati-matian menahan gemuruh di dadanya. Sungguh akan sangat memalukan jika lelaki itu mendengarnya dan menganggap dia jablay. Bagaimanapun dia sudah bersuami dan harus bisa menjaga diri.

Rega menutup kotak obatnya. “Tunda meeting hari ini. Ada beberapa hal lain yang harus aku siapkan lebih dulu.”

Vania berdiri dari kursinya dan memohon diri. Semakin cepat ia keluar dari ruangan itu, akan semakin baik untuk kesehatan jantungnya.

Rega melirik pintu yang kembali tertutup rapat. Ia tersenyum dengan perasaan lega. Namun sesaat kemudian lelaki itu mengerutkan keningnya.

“Heh! Kenapa denganku? Kenapa aku begitu peduli sama dia? Bahkan dia itu cuma istri orang,” gumamnya kesal, “apa aku sudah gila?"

Regantara mendecak kesal, ia kembali berusaha memfokuskan pikirannya ke dalam pekerjaan yang digelutinya. Banyak hal yang seharusnya dipikirkan olehnya, mulai dari bagaimana menarik vendor-vendor baru dan mencari banyak investor untuk pembangunan gedung baru mereka, dan masih banyak hal lainnya.

Sejak muda Regantara Handoro telah dididik untuk menjalankan bisnis ayahnya, karena ia adalah satu-satunya pewaris Adiguna Regantara Group. Dan karena itu pula ia tidak mampu bersosialisasi dengan baik dengan orang lain. Bahkan ia tidak mudah akrab dengan siapapun dan tidak semua orang betah berada di dekatnya.

Lelaki itu mengangkat wajahnya. Ruangan besar itu terasa begitu sunyi. Namun ia merasa begitu hangat ketika seorang perempuan cantik masuk ke dalam ruangannya.

Perempuan cantik dengan tubuh semampainya itu menangis sambil melangkah mendekatinya. “Pak Rega, Anda menunda meeting hari ini. Tapi Anda mempunyai waktu untuk merawat lukaku. Apa sebenarnya yang ada di dalam pikiran Anda? Apa Anda merasa senang bisa mempermainkan aku?” cecar Vania.

Rega menatap lembut perempuan di hadapannya. Ia berdiri dari meja kerjanya dan mendekati perempuan cantik itu. Jantungnya berpacu dengan cepat, seolah sedang berada dalam petualangan yang sangat menegangkan.

Perempuan itu terlihat begitu cantik, bahkan dalam polesan tipis saat berada di bawah cahaya lampu kuning ruangan kantornya. Kulitnya terlihat berkilau keemasan. Makhluk terindah yang pernah dilihatnya.

Regantara tak mampu untuk menahan diri dengan tak menyentuhnya. Diulurkan tangannya untuk menyeka air mata yang mengalir turun sekaligus merasakan betapa lembut kulit pipi perempuan cantik di hadapannya.

“Kamu ingin tahu apa yang ada di dalam pikiranku?” tanya Regantara.

Lelaki itu mempermainkan anak rambut yang menempel di pipi Vania dan menyelipkannya di balik telinganya. Ditatapnya sepasang mata indah nan sendu itu dengan lembut penuh damba.

Perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Vania. Ia melihat sepasang mata indah itu meredup dengan pasrah saat bibir mereka bertemu.

Hembusan napas hangat terasa dalam setiap helaan napasnya. Ini adalah pertama kalinya bagi seorang Regantara merasakan percikan di hatinya. Merasakan bersentuhan dengan seorang perempuan yang disukainya secara langsung. Setelah cinta pertamanya yang kandas semasa putih abu-abu dulu.

Lelaki itu merasakan kehidupan kembali menyapanya. Gairah yang sudah lama lenyap, kini muncul seolah terbangun dari tidur panjangnya. Dunianya yang terasa suram dan membosankan, tiba-tiba saja menjadi begitu cerah dan mendebarkan.

Rega menyentuh tengkuk Vania, menarik lepas hiasan rambut yang merangkai rapi rambut panjangnya, hingga terurai dengan indahnya.

Satu tangan lainnya menelusuri tulang belakang perempuan cantik itu, merasakan lekuk tubuhnya yang indah walau masih terhalang oleh selembar kain bahan yang membungkusnya.

Suara desah napas dan gerak tubuhnya yang sensual, membuat Rega tak mampu meredam hasratnya. Jiwanya sebagai lelaki normal, seakan memberontak.

Lelaki itu melumat bibir Vania, membuatnya takluk dengan gerakan sensual lidahnya yang dengan liar dan penuh hasrat, menjelajahi rongga mulutnya. Begitu panas.

“Pak Rega.” Suara lirih perempuan itu terdengar di telinganya.

“Sssht!” Rega mendesis, memberikan sebuah isyarat agar Vania menikmati semuanya. Lelaki itu memeluk tubuh mungil Vania dan meletakkannya ke atas meja kerjanya.

“Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu, Vania.” Lirih lelaki itu. “Tapi satu yang pasti sejak aku melihatmu, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu.”

Rega merenggut kemeja Vania, membuat beberapa manik terlepas dari tempatnya. Sepasang matanya menatap sepasang benda kenyal berukuran sedang itu.

Perlahan ia meraih dan meremasnya dengan penuh hasrat. Kulitnya yang begitu bersih, lembab dan begitu lembut terasa nyata di telapak tangan Rega.

Tanpa ragu, Regantara menyibak rok pendek dan menarik turun kain berbentuk segitiga itu dari tempat semestinya.

Ia dapat merasakan batang miliknya yang selama ini selalu tenang, kini meronta seakan menuntut sebuah pelampiasan.

Lelaki itu segera membebaskannya dan bersiap menikmati keindahan di dalam ceruk kenikmatan sekretaris barunya.

“Nia …. Vania,” lirihnya.

Plak!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Hasrat Tuan CEO   Akhir Dan Awal Yang Baru

    “Alisha!” teriak Regantara. Lelaki itu segera menarik bedcover untuk menutup bagian tubuhnya yang terekspos. “Maaf Kak,” ucap Alisha yang langsung menutup pintu kamar itu kembali. Mood mereka langsung menghilang karena peristiwa itu. …. Suasana di meja makan pagi itu sepi, tidak seperti biasanya. Alisha tidak lagi berceloteh. Gadis itu bahkan menghabiskan sarapannya jauh lebih cepat dari biasanya. “Aku hampir terlambat,” sahutnya ketika Vania mencoba mengajaknya bicara. Dan benar, selang beberapa saat kemudian ia berlari keluar. Ia menyalakan motor maticnya dan berangkat ke sekolahnya. Kaki Vania menyenggol kaki suaminya sebagai kode. Ia merasa perubahan sikap Alisha masih ada hubungannya dengan peristiwa semalam. Sungguh situasi yang sangat canggung. Mereka tak bisa sepenuhnya mempersalahkan Alisha yang langsung membuka pintu kamar mereka. Bagaimanapun mereka juga bersalah karena lebih mementingkan hasratnya dan melalaikan kewajibannya menutup pintu. “Papa suda

  • Terjerat Hasrat Tuan CEO   Kembali Pulang

    “Apa yang mau Papa lakukan jika bertemu kembali dengan mama?” tanya Regantara, “aku tidak akan pernah ijinkan Papa bertemu mama jika Papa hanya ingin menyakiti hati mama lagi.”“Papa sudah dengar semuanya,” ucap lelaki tua itu. Raut wajah sendunya memperlihatkan dengan jelas penyesalannya. “Kenapa kamu tidak memberitahu papa? Seharusnya semua ini tidak perlu terjadi.” “Seandainya pun aku memberitahu Papa, apa mungkin Papa akan percaya?” Sahut Regantara dengan perasaan getir, “saat itu Papa sibuk dengan selingkuhan Papa yang menuntut tinggal di rumah ini. Aku masih ingat ketika perempuan jalang itu masuk ke rumah ini bersama dua anaknya. Aku masih ingat bagaimana dia memperlakukan mama di belakang Papa.” Vania meremas lengan suaminya. Ia tidak suka melihat suaminya menciptakan perasaan bersalah pada pemilik tubuh renta di hadapan mereka. Seharusnya ia dapat hidup dengan damai di usia senjanya. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Hutomo menghela napas dengan berat. Sepasang matanya

  • Terjerat Hasrat Tuan CEO   Kangen

    “Nggak ada apa-apa. Pasti cuma mati lampu biasa. Sebentar lagi juga pasti nyala,” bisik Regantara menenangkan istrinya. Ia mengangkat tubuh mungil itu dan membawanya ke dalam kamar mereka. Untung saja cahaya bulan dari jendela besar apartemennya cukup berguna malam itu. “Sepertinya kita memang harus melanjutkan misi kita malam ini,” goda Regantara disambut cubitan ringan di pinggangnya. Lelaki itu merebahkan tubuhnya di samping Vania. “Sayang, pernikahan seperti apa yang sebenarnya kamu impikan?” tanya Regantara, “apakah itu tentang mengundang banyak orang, memakai gaun putih dengan dekorasi yang penuh bunga?” “Aku tidak mau. Bagaimana kalau pernikahan itu gagal? Aku nggak mau merasakan kecewa untuk yang kedua kalinya,” sahut Vania, “jujur aku tak akan sanggup jika kegagalan yang sama kembali terulang. Mungkin aku bisa terlihat setegar ini, tapi sebenarnya hatiku —”Regantara menghentikan ucapan istrinya dengan sebuah kecupan. Ia memagut dengan penuh hasrat, menikmatinya, seakan h

  • Terjerat Hasrat Tuan CEO   Kekacauan

    Vania meletakkan beberapa foto yang didapatnya dari seorang pemegang saham. Ia tak bisa menyangkal kalau hatinya terasa sakit saat melihat lembaran foto yang memperlihatkan bahwa suaminya sedang tidur bersama gadis lain. Namun ia dituntut profesional, apalagi saat ini ia sedang melakukan tugasnya, sebagai seorang sekretaris. Ia tidak seharusnya melibatkan perasaannya. Regantara menatap foto-foto di depannya. Foto yang memperlihatkan betapa intimnya hubungannya dengan Alisha. Sesaat ia menghela napas sambil melirik tajam pada istrinya, mencari sirat kecemburuan di wajahnya nan ayu. “Tentang peristiwa ini, aku berhak untuk diam karena ini terlalu privacy dan aku tidak ingin melukai siapapun dengan pernyataanku,” ucap Regantara, “tapi aku bisa menjamin, nilai saham kita akan melesat naik di minggu berikutnya. Aku sudah menindaklanjuti pemberitaan itu dan orang-orang yang berniat buruk padaku juga sudah diamankan oleh para penegak hukum.” Kegaduhan kembali terdengar di dalam ruangan it

  • Terjerat Hasrat Tuan CEO   Kenyataan Pahit

    Tangan perempuan itu mendarat di pipi Alisha. Lebam di kulitnya yang pucat, memperlihatkan betapa keras tamparan sang ibu. “Ma!” protes gadis itu, “dia itu kakak kandungku. Apa yang harus aku lakukan kalau aku hamil? Nikahin dia? Aku nggak gila!” “Dia bukan kakak kamu. Dia bukan anak mama. Dia anak suami pertama mama. Puas kamu!” Alisha ternganga mendengar jawaban ibunya. Ia tidak menyangka bahwa perempuan yang telah melahirkannya itu hatinya telah tertutup oleh ketamakannya. Ia bahkan tidak menyangkal telah berkontribusi dalam menciptakan kegaduhan itu. “Biarpun dia bukan anak mama, tapi bukan berarti mama bisa mengijinkan dia merusak masa depanku!” Protes Alisha lagi, “seharusnya mama ngelindungi Alisha, bukan malah sebaliknya, mama mendorongku ke dalam jurang yang tak berujung.”“Alisha!” Gadis itu menjauh dari ibunya. Entah kenapa ia merasa jijik dan benci pada ibunya. “Alisha! Semua ini buat kamu. Kejadian semalam adalah cara kami memberikan kartu as buat kamu untuk memeras

  • Terjerat Hasrat Tuan CEO   Terbongkar

    “Syukurlah, akhirnya kamu pulang juga,” ucap Vania yang semalaman tidak bisa tidur karena menunggu suaminya pulang. Ia menatap lelaki itu dengan heran. Dari mimik wajahnya, ia bisa menebak sesuatu telah terjadi. “Kamu nggak papa kan, sayang?” tanyanya menyelidik.Regantara mengendurkan ikatan pada dasinya. Wajah dan rambutnya terlihat masih berantakan. Hal itulah yang membuat firasat Vania semakin kuat bahwa telah terjadi sesuatu semalam tadi. Vania menghampirinya, menangkup pipi suaminya dengan kedua tangannya untuk mensejajarkan pandangannya. “Hei, sayang. Apa yang terjadi? Kamu nggak papa kan?”“Dia menjebakku,” ucapnya lirih, “sepertinya aku terlalu naif, karena mengharapkan mereka berubah. Mereka tidak akan berubah. Serigala tidak akan berubah menjadi domba.” Vania melepaskan tangannya. Ia berusaha memahami kata-kata yang keluar dari bibir suaminya. Namun kalimat yang keluar, terlalu rumit untuk dipahaminya. “Siapa? Maksudmu …. Papa kamu? Ibu tiri kamu, atau saudara tirimu?”

  • Terjerat Hasrat Tuan CEO   Jebakan

    Beniqno menatap tubuh molek adiknya. Adik yang lahir dari rahim yang sama dengannya walau lain ayah itu bahkan membuatnya merasa gerah. Bagaimana tidak, kebiasaan Alisha terlalu aneh baginya. Adik perempuannya itu selalu tidur hanya dengan memakai selembar celana dalam saja. Ia selalu menanggalkan semua pakaiannya dengan alasan itu lebih sehat. Tapi menurut Ben alasan itu hanyalah bullshit semata.Tapi kali ini justru hal ini menguntungkan baginya. Perlahan ia membaringkan tubuh Regantara di samping Alisha. Bukan hanya itu, ia melucuti satu demi satu pakaiannya dan melemparkannya sembarangan. Ia sudah menyelesaikan bagiannya. Tapi … ia menatap tubuh adiknya. Kain segitiga yang menutup bagian di antara kedua pahanya itu akan membuat Regantara curiga. Ia tidak boleh gagal. Perlahan ia melepaskan kain tipis itu, membiarkan surga yang didambakan para kaum adam itu terpampang nyata. Ben menelan kasar salivanya. Sebagai lelaki normal, ia tidak bisa menyangkal bahwa ia ingin menikmatinya

  • Terjerat Hasrat Tuan CEO   Rencana Amalia

    “Rumah itu bisa rusak jika tidak ada yang menempati. Dan aku tidak ingin menyia-nyiakan uang hasil keringat suamiku,” ucap Vania. Ia menoleh melewati pundaknya, menatap wanita yang tampak tak terusik oleh percakapan mereka. “Aku rasa rumah itu cocok untuk kita tinggali bersama mereka,” lanjutnya. “Mereka?” ulang Regantara. Ia tersenyum seolah mulai bisa membaca apa yang diinginkan oleh suaminya. “Kamu sudah membeli rumah itu, merombaknya dan membangun sebuah istana di atasnya. Bukankah itu sangat ideal bagi keluarga kita untuk tinggal di dalamnya?” tutur Vania, “mamaku dan mama Maya juga butuh perhatian lebih dari kita. Dan … anak-anak kita nanti juga akan butuh ruang yang lebih luas untuk mereka tumbuh besar.” Regantara menatap istrinya dengan bahagia. Kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya terdengar begitu sexy. Digenggamnya tangan perempuan itu dengan penuh hasrat ia mengecup punggung tangannya. “Aku akan memikirkan usulmu untuk pindah dari apartemen itu, Sayang. Tapi sebel

  • Terjerat Hasrat Tuan CEO   Sanatorium

    “Dia sudah mendapatkan ganjarannya,” gumam Regantara.Vania menatap keluar jendela. Diamatinya kericuhan yang terjadi di dalam rumah itu. Seharusnya dia merasa senang karena semua berjalan sesuai dengan rencananya. Bahkan melebihi ekspektasinya. Martin mungkin akan dihukum berat karena apa yang sudah diperbuatnya. Tapi ternyata justru ia tidak merasa senang. Ia tidak pernah membayangkan bahwa sebuah nyawa akan melayang karena ulah mantan suaminya itu. Walau ia tidak tahu siapa yang ada di dalam kantong jenazah yang diangkut dari dalam rumah, tapi tak urung hatinya merasa tak tenang. “Aku sama sekali tidak menyangka dia bisa bertindak sejauh itu,” gumam Vania, “mama memang nggak salah menilainya sejak awal. Hanya aku saja yang terlalu bodoh menganggapnya lelaki baik-baik hingga mau diajaknya berjuang dari nol.” Regantara mengusap rambut kekasihnya dengan lembut. “Bukan. Itu bukan salahmu. Mungkin saat itu kamu memang masih terlalu naif sehingga dibutakan oleh perasaan cinta. Dan sat

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status