Home / Romansa / Terjerat Hutang Mr. Arogant / Bab 3. Perkara Hutang

Share

Bab 3. Perkara Hutang

Author: HIZA MJ
last update Last Updated: 2022-10-05 21:03:21

Tunggu. Berarti Saka kenal dengan gadis yang aku mintai ganti rugi 50 Juta ini?

Saka mengamati Malik dan Laila dari balik meja barista. Lebih tepatnya ia mengamati mimik Laila. Sejak pertemuan pertama mereka, jujur ada sesuatu yang menarik dari diri Laila yang membuatnya terpikat. Entah apa itu.

“kamu kenal Saka?” tanya Malik kemudian.

“dia yang membantu saya waktu kecelakaan.” Jawab Laila datar. Ia masih belum berani bersitatap dengan Malik yang sedang menatapnya tajam.

Malik merapatkan bibirnya seraya manggut-manggut.

“baru aja kenal?” tanya Malik lagi.

“maaf pak, saya kesini bukan membahas mas Saka.” Jawab Laila singkat. Dia mendengus samar karena Malik justru fokus pada hal lain. Oh, haruskah ia senang?

“mas?” bisik Malik lalu melengos dan berdecih.

Dia memanggilku ‘Pak’ tapi manggil Saka ‘Mas’. Malik lalu menarik matanya mengamati Laila. Pakaiannya terlalu biasa, usianya mungkin 20an atau lebih. Gadis muda yang polos.

“tentang ganti rugi itu kalau bisa saya akan mencicilnya setiap bulannya setiap saya selesai gajian..” Pinta Laila.

“Nggak bisa. Harus cash dan nggak lama, aku kasih kamu tenggat waktu 3 bulan untuk melunasinya..” sergah Malik. Dia masih mengamati detail diri Laila yang duduk di depannya. Matanya bahkan hampir tak sekejappun berkedip. Tapi sorot matanya membenci.

“ti..tiga bulan?” tanya Laila gagap. Tiga bulan untuk 50 juta, bagaimana caranya? Batinnya.

“kelamaan?”

“kecepetan..” rengek Laila.

“tiga bulan kamu bilang kecepetan? Aku nggak mau tahu, dalam waktu 3 bulan kamu harus bawa uang itu padaku! Selamat malam.” Malik meninggalkan Laila begitu saja tanpa mau mendengar alasan atau sanggahan.

Ia melenggang pergi menyusul Saka yang kini berada di ruangannya. Malik sangat penasaran dengan pertemuan mereka. Ah, bahkan Malik lupa menanyakan nama gadis itu.

Ia sejenak tersadar, ia butuh jaminan. Jaminan agar gadis itu tidak melarikan diri dari tanggungjawabnya. Malik berbalik.

“sini KTP kamu!” Laila tersentak dengan kedatangan Malik kembali yang tiba tiba.

“untuk apa?” tanya Laila.

“jaminan! siapa tahu kamu mau melarikan diri. Sini cepet!” Kata Malik tergesa.

Laila dengan berat hati menyerahkan kartu identitas pentingnya. Terjadi pula adu tarik memperebutkan kartu itu. Malik harus menarik dengan kasar agar segera terlepas dari pemiliknya. Laila pasrah, meskipun ia tak ada niat melarikan diri dari tanggungjawabnya tapi ia juga tak menyalahkan Malik yang memang harus waspada dengannya.

Mereka tak saling kenal, jadi wajar jika Malik harus mengantisipasi segalanya demi uang ganti rugi yang sangat banyak baginya itu.

Malik kembali pergi menuju ruangan dimana Saka berada. Melirik kembali ke belakang memastikan gadis tadi sudah lenyap dari tempat duduknya.

Ada perasaan bersalah tentang nominal yang ia sebutkan, tapi dengan segera ia menampik rasa itu. Malik tak akan menjilat lidahnya sendiri. Tapi soal esok siapa yang tahu.

“tau darimana lu kalau gue punya urusan sama dia tadi?” ucap Malik tiba-tiba hingga membuat Saka terperanjat dari duduknya. Dia tengah duduk di depan laptop dan membelakangi pintu saat itu.

“sialaaan!! bikin kaget aja. Nggak bisa apa ketuk pintu dulu..” umpat Saka.

“nggak bisa, lagian pintunya juga kebuka.” Sergah Malik.

“itu sopan santun Bapak Malik yang terhormat.” Sindir Saka. Lalu berdiri dan berpindah duduk di sofa ruangannya.

“jadi tau darimana?” tanya Malik kembali ke pertanyaan pertamanya.

“dia cerita tadi, dengan sedikit pancingan dari gue dia cerita tentang kecelakaannya itu..” jawabnya.

“termasuk ganti rugi yang gue ajukan?” tanya Malik.

“nggak. Dia nggak cerita soal itu. Tapi sudah jelas kan, dia yang nabrak lo berarti dia yang terjerat uang ganti rugi nggak masuk akal itu, dan sebelumnya lo sendiri udah cerita soal ganti rugi itu ke Denis dan gue. Kok tega banget sih lo. Dia gadis selugu itu, merantau jauh dari orang tua, kuliah aja dia sambil kerja..” terang Saka panjang lebar.

“gue cuma iseng mau lihat reaksinya, tapi kan gue nggak mungkin menjilat lidah gue sendiri..” Malik berkilah.

“baru duduk sebentar aja udah tau banyak tentang dia lo ya..” lanjutnya.

Saka berdecak.

“kerjaan di Batara kurang banyak sampe lo ngisengin gadis lugu kaya dia?” sindirnya.

“udah lah, gue balik.” Jawab Malik. Akan jadi panjang urusannya kalau sama Saka, si laki-laki yang terlalu lembut hatinya.

Pikiran Saka kembali melayang tertuju pada gadis lugu yang langsung mengambil hatinya pada pertemuan pertama. Laila.

Saka merasa harus membantu Laila tapi ia tak tahu harus membantu apa, menawarkan pinjaman untuk Laila sudah pasti mustahil karena akan langsung ditolak oleh gadis itu. Lagipula mereka baru dua kali berjumpa, Laila tidak mungkin langsung bisa mempercayainya.

Membantu merubah kesepakatan nilai ganti rugi dengan berbicara pada Malik pun rasa-rasanya tak mungkin. Ia hapal benar bagaimana sahabatnya itu. Malik tidak akan pernah menarik satu kata pun yang sudah ia keluarkan dari mulutnya. Dan tidak ada yang bisa meralatnya.

Saka berdecak. Menghela nafas berat. Entah kenapa ia ikut sesak memikirkan uang 50 juta yang ditanggung oleh Laila.

Sementara Malik,  keluar dari kafe itu dengan keresahan akan kata-kata Saka. Gadis lugu yang kuliah sambil bekerja, hutang yang menjeratnya. Malik beberapa kali mendengus kesal. Apa-apaan Saka.

“Saka mudah sekali termakan dengan akting gadis polos itu,” umpat Malik di dalam mobilnya. Dia sedikit membanting pintu mobilnya sambil menggerutu.

***

Di sebuah kos sederhana yang kebanyakan dihuni oleh mahasiswi. Laila sedang merebahkan badan di kasur tipis. Melamun dengan sesekali bergumam menyebutkan tenggat waktu yang diberikan Malik.

Ia memutar otaknya berpikir keras bagaimana ia mendapatkan uang 50 juta dalam waktu 3 bulan. Laila memiliki tabungan hasil jerih payahnya bekerja paruh waktu, tapi nominalnya tidak sampai 2 digit.

“pekerjaan apa yang bisa dapet uang banyak dalam waktu singkat?” tanyanya seorang diri. Lalu pikirannya melayang membayangkan bunga-bunga malam atau perempuan-perempuan yang melenggak lenggok dengan baju minim bahan di sebuah bar atau karaoke.

“astaga..amit-amit. Nggak, nggak mau, jangan sampe. Terus apa? nggak mungkin harus kerja full seharian setiap hari karena aku harus juga menyelesaikan skripsiku. Ya Tuhan, kenapa jadi runyam gini sih hidupku.” ratapnya sendirian.

Laila adalah anak bungsu dari tiga saudaranya, meski begitu hidupnya sudah terbiasa mandiri sedari kecil karena didikan orang tuanya. Laila hampir tidak pernah mengecewakan orang tuanya. Dia selalu bertindak hati-hati dimanapun dan kapanpun.

Sebab tak ingin orang tuanya khawatir. Perkara hutang dadakannya yang sangat banyak baginya itu seketika membuatnya resah jika sampai terdengar oleh orang tuanya. Maka Laila akan berusaha semampu dan bekerja keras untuk menyelesaikan masalahnya.

Laila menatap langit-langit kamarnya, sesekali mengerjap membayangkan segala macam pekerjaan yang bisa ia lakukan. Terbayang pula wajah orang tuanya di desa yang panas-panasan setiap hari merawat sawah mereka agar hasil panen selalu bagus. Laila meraup menghela nafas berat.

Cukup lama hingga ia tak sadar kapan ia tertidur dengan ponsel masih digenggamannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   End

    Beberapa bulan kemudian.Tangis balita memenuhi ruangan. Suaranya menggema riuh rendah, padahal hanya satu bayi. Cucu kebanggaan Keluarga Bagaskara telah hadir di tengah-tengah kesunyian yang melanda rumah besar itu.Bu Lina bahagia luar biasa, ingin rasanya terus menimang-nimang kalau saja ia bisa. Sayangnya, ia sudah harus beristirat tidak diperbolehkan terlalu lelah oleh dokter. Sejak sebulan yang lalu Bu Lina harus kembali menggunakan tongkat untuk membantu berjalan dan kursi roda jika diperlukan, beliau terpeleset sewaktu di kamar mandi, dan riwayat patah tulang dahulu kala menjadikan kecelakaan kali itu bukan hanya terpeleset biasa. Tapi membuka luka lama dan memperparahnya.Padahal ingin sekali ia menikmati waktu menimang-nimang cucu satu-satunya saat itu.Sambil terus bersemoga agar Mahardika dan Raisa segera diberi keturunan.Ya. Mahardika berhasil meyakinkan orang tua Raisa bahwa ia benar-benar menginginkan Raisa dan mencintainya.Beberapa bulan yang lalu.Dengan tangan berg

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Extra Bab 2

    Malik memegang ponselnya diputar-putar lalu berhenti dan mencari aplikasi pesan. Menatapnya lama, lalu kembali memainkan ponselnya.Sekian kalinya lalu ia berhenti dan mantap mengirimkan sebuah pesan.‘Wanita memang butuh kepastian, Bang. Tapi mereka juga tidak akan suka dengan kesemena-menaan. Aku udah pernah melakukan itu, jadi Abang tidak perlu mengulangi kesalahanku. Dia ada di rumahku sekarang kalau Abang mau meluruskan masalah kalian.’Pesan yang cukup panjang. Lalu Malik tutup dengan helaan nafas panjang. Ia tidak tahu masalah apa yang Dika lalui hingga mendapatkan status duda itu. Tapi melihat kesembronoan Dika, rasanya Malik segera mengerti bagaimana sikap Mahardika jika berhadapan dengan perempuan.Benar-benar mirip dengannya. Beruntungnya, Laila cukup mau bersabar menghadapinya dan mau memaafkan semua tingkah lakunya hingga ia tidak jadi menyandang status duda itu. Jika saja… Ah, jangan sampai. Malik tak mau berandai-andai.Laila dan Raisa bercengkerama sekian lamanya hingg

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Extra Bab

    Laila disambut pelukan hangat suaminya begitu tubuhnya muncul dari balik pintu besi lapas yang menjulang tinggi. Gurat kekhawatiran sangat jelas di wajah suamiya, sebab takut kalau-kalau Gladis gelap mata dan menyerang istrinya yang tengah berbadan dua. “Kamu enggak apa-apa kan, Sayang?” Tanya Malik segera setelah melepaskan pelukannya. Meraba-raba wajah dan tubuh istrinya memastikan tidak ada yang kurang dan bertambah. Bertambah ada luka atau lebam. “Enggak apa-apa Mas. Kami cuma ngobrol kok.” “Aku takut kalau sampai dia nekad.” Katanya sambil menuntun Laila memasuki mobil. “Mbak Gladis kasihan sekali, Mas. wajahnya tirus dan kelihatan sangat tertekan. Tubuhnya kurus sementara perutnya menggembung buncit.. Aku enggak tega.” Ia kembali mengingat rupa Gladis sebelum dan sesudah peristiwa itu. Dulu, Gladis adalah perempuan yang cantik. Tubuhnya tinggi dan montok. Wajahnya merah segar tidak seperti yang ia lihat baru saja. Matanya yang belok terlihat semakin belok karena semakin t

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 113 Tamu Tak Terduga

    Suasana rumah besar keluarga Bagaskara kini semakin akrab untuk Laila terlebih ketika mama mertuanya sudah berubah untuknya. Sudah menerimanya dan semakin sayang padanya.Bermacam-macam hadiah yang diberikan sang mertua untuknya, terutama untuk kebutuhan ibu hamil dan menyusui.Sepulangnya dari Bali, Laila dan Malik tidak langsung ke rumahnya sendiri. Tapi terlebih dulu ke rumah orang tuanya, melepas rindu sekaligus memberikan oleh-oleh yang dibawanya.Ternyata, bukan hanya dia yang memberikan oleh-oleh itu, Laila juga menerima hadiah yang telah disebutkan tadi dari ibu mertuanya.“Ini banyak sekali, Ma..” Kata Laila terharu sekaligus terperangah.Lina mengeluarkan semua belanjaannya berkarton-karton paper bag untuk Laila.“Mama tadinya ingin sekalian belanja baju bayi untuk anakmu, karena kamu pasti lelah setelah perjalanan dari Bali. Kandungan mu juga semakin besar. Tapi Mama enggak mau lancang, ini anak pertama kalian, pasti kalian antusias ingin belanja kebutuhannya sendiri.” Ungk

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 112 Laki-laki Gila

    “Kamu jangan main-main! Lamar-lamar anak orang! Siapa dia, siapa orang tuanya, dari mana asalnya kita enggak tahu. Hanya karena dia adalah teman Laila kemudian kita akan menerimanya? Apa orang tuanya tahu kamu membawanya kemari?” Cecar Mama Lina sepeninggal Raisa.Meski dalam hati ia ikut tergelak sebab anak sulungnya meminta dilamarkan seorang gadis. Namun. Ia tetap tidak bisa menerima sikap sembrono Dika, anaknya.“Kamu itu sudah tua, Dika. Jangan main-main soal menikah.” Lanjutnya ketika jawaban yang diharapkan tak kunjung keluar.“Dika enggak main-main, Ma.” Jawab Dika sungguh-sungguh.Pak Agung hanya duduk mendengarkan celotehan istrinya yang ditanggapi anak sulungnya biasa-biasa saja. Benar-benar duplikat Agung Bagaskara.“Lalu dimana rumahnya? Siapa orang tuanya?” Tanya Lina lagi.Dika menggeleng. “Dika hanya tau apartemennya, tapi rumah orang tuanya Dika belum tanya.”“Lihat anakmu, Pa. Papa sebut dia dewasa? Umurnya saja yang tua, tapi pikirannya, ya ampun… Papa saja yang uru

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 111 Menikahimu

    Surya sore menyemburat menembus pohon-pohon di taman itu hingga menciptakan bias dan pendar yang menyapa dua insan yang duduk di sana. Duduk berjauhan bak orang asing. Satu perempuan dan satu laki-laki, tidak saling menatap tapi gesture mereka mengisyarakatkan bahwa mereka serasi menjadi sepasang kekasih. Tatapan mengernyit dari si perempuan dan wajah datar si laki-laki mempertegas bahwa hubungan mereka memang sedang berjarak. “Maksudnya apa?” Tanya Raisa tak sabar. “Ikutlah ke rumahku.” “Iya, tapi untuk apa? Ngomong yang jelas! Bisa enggak sih jadi laki-laki yang tegas gitu. Ngomong sepotong-potong bikin aku bingung. Sikapmu itu bikin aku bingung tau enggak. sebentar ngasih perhatian, sebentar ngilang.. Sekarang tiba-tiba ngajak ke rumah? Untuk apa? Aku sudah pernah ke rumahmu dan sudah kenal orang tuamu ngomong-ngomong, kalau itu maumu. Enggak perlu kalau setelah ini kamu akan tiba-tiba ngilang lagi.” Cecar Raisa. Ia sudah tak tahan lagi bermain tarik ulur seperti ini. Ia merasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status