Share

Bab 10

Author: Tarasari
Perasaan sedih yang sulit diungkapkan tiba-tiba meluap di hati Talia. Setelah bibinya meninggal di kehidupan lampau, dia terkurung di paviliun kecil itu.

Yang dilakukan Talia setiap hari hanyalah memandangi dedaunan yang berguguran di luar, sementara musim demi musim berlalu. Sudah lama sekali tidak ada yang memperhatikan suasana hatinya atau apakah dia menangis atau tidak.

Talia selalu menantikan kedatangan Nendra dan yang lainnya dengan penuh harap. Namun, jika bukan mengambil beberapa peninggalan ibunya yang tersisa tidak banyak, mereka pasti mengkritiknya kurang dewasa.

Talia kesakitan, tetapi tak seorang pun menanyakan keadaannya. Dia sakit, tetapi tidak ada yang peduli.

Talia menangis siang dan malam karena perlakuan tidak adil yang diterimanya sejak awal. Belakangan, air matanya bahkan tidak bisa keluar lagi.

Talia terlalu sering menangis hebat hingga penglihatannya menjadi kabur. Namun, hingga dia mati pun tak seorang pun menyadarinya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali seseorang menghiburnya.

"Kenapa kamu menangis lagi?" tanya Berlian dengan sedih.

Talia menjawab dengan suara bergetar, "Bibi, lukaku sakit sekali." Rasa sakitnya begitu parah hingga bernapas pun terasa menyiksa.

Santika yang tadinya masih tertegun setelah mendengar situasi Keluarga Respati segera mendekat dan berkata, "Luka Nona Talia sangat serius, mana mungkin nggak sakit? Bagaimana kalau kita bawa dia ke paviliun belakang Kediaman Mandaka dulu? Aku akan menyuruh pelayan untuk membawa tokenku dan memanggil tabib istana."

"Nggak perlu," tolak Berlian.

Hari ini adalah hari bahagia bagi Keluarga Mandaka. Tidak pantas jika mereka memanggil tabib istana datang. Meski Berlian berkepribadian meledak-ledak, dia bukannya orang yang tidak bisa berpikir panjang.

Berlian menoleh dan berkata, "Nyonya Wutari, aku benar-benar minta maaf, putra bodohku sudah merusak hari bahagia keluargamu. Talia terluka parah, jadi aku akan membawanya pulang dan merawatnya dulu. Nanti aku akan datang untuk meminta maaf lagi secara pribadi."

"Ratu nggak perlu terlalu segan. Ini semua salah paham, aku rasa Pangeran Rahadi juga nggak bermaksud buruk," balas Wutari.

Mengingat Rahadi kembali membuat ekspresi Berlian berubah dingin. Dia tidak menyahut perkataan Wutari dan hanya berkata, "Luka Talia harus segera diobati. Kami pamit dulu sekarang."

Wutari sudah melihat luka di wajah Talia. Gadis mana pun akan mengalami masalah besar bila memiliki bekas luka di wajah. Wutari tidak berani menahan Berlian dan segera mengantarnya pergi. Santika juga mengikuti mereka keluar.

Begitu sekelompok orang itu pergi, seisi aula langsung gempar. Mereka berkomentar heboh tentang Keluarga Respati yang mengakui putri wanita simpanan sebagai putri selir, tentang Nendra yang menelantarkan adiknya sendiri, serta tentang Nugraha dan Rahadi yan memperlakukan Limar dengan spesial. Mereka juga sangat terkejut mendengar Atmaja mengumumkan Talia sebagai adik angkatnya.

"Menurut kalian, apa kata-kata Tuan Atmaja tadi itu serius?"

"Apa untungnya iblis itu berbohong?"

"Benar juga, tapi bagaimana dia bisa menyukai gadis dari Keluarga Respati itu?"

Kalimat orang terakhir tidak mengandung maksud ambigu, tetapi malah terdengar iri. Semua orang tahu bahwa Atmaja adalah pembawa malapetaka yang kejam. Namun, dia memegang posisi tinggi dan memiliki kekuasaan besar di istana.

Sepatah kata dari Atmaja saja sudah sama berpengaruhnya dengan separuh dekret kekaisaran. Bahkan para menteri dan para pejabat kabinet yang sangat membencinya juga hanya berani mengutuk Atmaja diam-diam.

Mereka mengatakan bahwa Atmaja adalah kasim korup yang menyalahgunakan kekuasaannya. Namun, tidak ada yang berani berkata apa pun dan mengonfrontasinya secara terang-terangan.

Siapa orang di ibu kota yang tidak iri dengan kekuasaannya? Siapa pula yang tidak ingin memenangkan hatinya? Atmaja yang kebal terhadap segala bentuk suap kini malah memberikan perhatian besar pada Talia.

Semua orang tidak curiga Atmaja memiliki niat kotor pada Talia. Bagaimanapun, siapa pun tahu bahwa dia seorang kasim. Namun, mereka tetap saja iri karena gadis itu bisa mendapatkan perlindungan Atmaja.

"Apa yang istimewa dari Talia? Di mataku, dia biasa-biasa saja, tuh. Wajahnya juga luka parah dan mungkin akan rusak. Selain itu, Keluarga Respati juga sangat kacau ...."

"Diamlah! Kamu nggak takut Atmaja akan menghukummu?"

Pria yang tadi bicara langsung pucat. Dia refleks memandang sekeliling, lalu menutup mulutnya dan tidak berani mengatakan apa pun lagi tentang Talia.

Di luar Kediaman Mandaka, Santika menarik Berlian ke samping dan bertanya dengan suara rendah, "Ada apa antara Tuan Atmaja dan Nona Talia?"

Berlian menggeleng. Dia juga tidak tahu.

Santika melirik ke arah kereta kuda dan berkata, "Kurasa masalah keponakanmu dan Keluarga Respati masih belum selesai. Kalau dia benar-benar mendapat perlindungan dari Tuan Atmaja, itu adalah berkah besar."

"Siapa yang butuh perlindungannya? Aku akan melindungi Talia sendiri!" ujar Berlian.

"Ya, ya, aku tahu," sahut Santika. Setelah bertahun-tahun mengenal Berlian, dia tentu mengetahui temperamennya.

Melihat Berlian yang tampak tidak senang, Santika dia tidak berani berkata banyak dan hanya menasihati, "Aku tahu sifatmu meledak-ledak, tapi usahakan jangan terlalu gegabah tentang masalah Keluarga Respati. Bagaimanapun, Nona Talia adalah putri keluarga itu. Begitu juga dengan Pangeran Rahadi, dia tetaplah putramu."

"Kamu sudah memarahi dan memukulnya tadi. Pulang nanti, bicaralah baik-baik dengannya. Jangan sampai masalah ini membesar. Kalau reputasinya benar-benar rusak, seluruh Kediaman Raja Hardana juga akan terlibat," lanjut Santika.

Berlian membalas sambil mengernyit, "Aku nggak suka mendengar kata-katamu. Rahadi sudah sepantasnya dipukul dan dimarahi karena berbuat salah. Lantas kenapa kalau reputasinya rusak? Talia hampir saja mati karena dia!"

Jika Rahadi melakukannya tanpa sengaja, Berlian mungkin tidak akan begitu marah. Namun, sang putra kehilangan akal sehatnya hanya karena Limar.

Untung saja Atmaja datang tepat waktu dan menyelamatkan Talia dari bencana. Jika gadis itu sampai meninggal, jangankan dua tamparan, Berlian pasti sudah langsung menghabisi nyawa Rahadi.

Melihat Santika masih ingin membujuknya, Berlian segera menyela, "Sudahlah, aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku nggak akan mengampuni Keluarga Respati dengan mudah. Masuklah kembali, aku pulang dulu."

Santika hanya bisa menghela napas, lalu berucap, "Kalau terjadi sesuatu, jangan lupa utus seseorang menemuiku."

Berlian tersenyum, tahu bahwa teman baiknya ini memiliki sifat yang berbeda dengannya dan lebih hati-hati. Namun, bagaimanapun mereka telah berteman selama bertahun-tahun. Biarpun terkadang berbeda pendapat, Santika tetap memihaknya.

Berlian berucap sambil tersenyum, "Tenang saja. Kalau ada masalah, aku pasti mencarimu. Jangan harap kamu bisa kabur."

"Dasar!" Santika tertawa kecil.

Setelah Berlian naik ke dalam kereta kuda, Talia berbisik, "Bibi, aku nggak mau kembali ke Kediaman Respati ...." Dia masih ingat peringatan Atmaja sebelumnya.

Hari ini, rahasia identitas Limar sudah terekspos. Berita bahwa Aris dan ibunya yang memperlakukan putri wanita simpanan sebagai putri selir, serta bagaimana mereka memaksa Talia untuk mengakuinya sebagai kerabat pasti akan menjadi bahan pembicaraan seluruh ibu kota.

Begitu pula berita tentang Nendra dan yang lainnya yang meninggalkan Talia di Gunung Caraka demi Limar, mengakibatkannya hampir jatuh dari tebing dan mati. Semua hal ini akan membuat Keluarga Respati berada dalam tekanan hebat.

Aris dan yang lainnya pasti panik setengah mati. Jika Talia kembali ke Kediaman Respati sekarang, mereka pasti akan berdalih dan membujuknya seperti di kehidupan lampau. Mereka mungkin akan menggunakan status mereka sebagai senior untuk menekannya.

Talia sebenarnya tidak takut. Dia hanya khawatir akan bertindak melampaui batas saat mengonfrontasi mereka.

Indriya akan meratap dan membuat keributan. Alhasil, orang-orang yang awalnya bersimpati pada Talia akan berbalik menganggapnya tidak berbakti.

Sebaliknya, Berlian tidak berpikir terlalu panjang. Mendengar ucapan Talia, dia membalas, "Buat apa kembali ke sana? Kamu sudah diperlakukan seperti ini, apa kamu belum puas ditindas? Ikut aku pulang ke Kediaman Raja. Mengenai masalah Keluarga Respati, biar Bibi yang bantu kamu atasi!"

"Bibi, jangan pergi ke Kediaman Respati," ucap Talia.

"Kenapa? Kamu masih mau melindungi mereka?" tanya Berlian.

Talia menggeleng dan menyahut, "Bukan begitu, aku hanya takut Bibi akan ikut terseret masalah."

Di kehidupan sebelumnya, Berlian mendatangi Kediaman Respati dan membuat keributan di sana. Indriya yang marah lantas muntah darah, lalu pingsan.

Awalnya Berlian hanya ingin membela Talia. Bagaimanapun, Nendra dan yang lainnya bersalah karena sudah menyebabkan wajahnya rusak. Namun, karena pingsannya Indriya, keadaan justru malah memburuk.

Pada awalnya, masih ada yang bersimpati dengan luka Talia dan memaklumi kemarahan Berlian. Namun, belakangan malah tersebar kabar bahwa Talia tidak mau mengalah dan bahwa bibinya memanfaatkan kekuasaan dan menindas Indriya hingga jatuh sakit.

Indriya memiliki gelar resmi dari istana. Ketika rumor tersebar, Berlian bahkan ditegur oleh Ibu Suri. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan Talia begitu mudah memaafkan Nendra dan yang lainnya di kehidupan lampau. Dia hanya tidak ingin bibinya terus membuat keributan hingga merugikan dirinya sendiri.

Sambil bersandar di bahu Berlian, Talia berucap, "Bibi, dengarkan aku. Jangan menemui mereka, nggak usah pedulikan mereka lagi."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status