แชร์

Bab 9

ผู้เขียน: Tarasari
Talia tertegun sejenak melihat kepergian Rahadi. Beberapa detik berikutnya, dia baru sadar telah memarahi pemuda itu hingga kabur.

Telapak tangan Talia sedikit bergetar. Tanpa sadar, dia mendongak dan memandang ke arah pria yang duduk di kursi utama.

Atmaja sedang bertopang dagu, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Saat memandang ke arah sini, matanya yang berwarna gelap dan tajam menyorot dalam.

Melihat senyum Atmaja, Jantung Talia yang berdegup liar tiba-tiba menjadi tenang. Entah mengapa, dia merasa lebih percaya diri. "Bibi, aku nggak suka Kak Rahadi," ucapnya.

Berlian memang sangat protektif dan menyayangi Talia. Dia sama sekali tidak merasa tersinggung dan hanya menyahut dengan sedih, "Nggak apa-apa. Kak Rahadimu nggak bisa membedakan siapa yang seharusnya dia lindunginya dan bukan, serta baik dan buruk. Bisa-bisanya dia tertipu hanya karena kata-kata seorang gadis jalang. Benar-benar nggak punya otak."

"Keluarga Respati juga sama saja. Berani sekali Aris menyuruh seorang putri wanita simpanan untuk berpura-pura menjadi putri selir dan memaksamu mengakuinya. Mereka sudah menindasmu, aku nggak akan mengampuni mereka!" tambah Berlian.

Melihat Berlian yang membelanya tanpa ragu, mata Talia memerah. Tangisnya hampir meledak lagi.

Hal yang sama terjadi di kehidupan lampau. Setelah wajah Talia rusak dan kakinya patah, sang bibi mengamuk dan membuat perhitungan dengan Keluarga Respati. Nendra hampir dibunuh olehnya dengan pisau, bahkan Rahadi juga hampir dihajar sampai mati.

Berlian begitu menyayangi dan protektif pada Talia. Namun, bibinya itu tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal. Talia yang dikurung di paviliun terlantar bahkan tidak sempat melihat Berlian untuk terakhir kalinya.

Melihat Talia tiba-tiba menangis, Berlian bertanya dengan panik, "Kenapa kamu menangis lagi?"

Talia menangis terisak-isak di pelukan Berlian. Tangisannya tidak keras, tetapi sedu sedannya yang lirih sangat menyayat hati.

Hati Berlian sedih sekali melihatnya. Dia membujuk Talia dalam pelukannya, "Anak baik, jangan menangis lagi. Bibi ada di sini, nggak ada yang bisa menindasmu ...."

Atmaja memandang Talia yang bersandar di pelukan Berlian. Matanya yang tadi menyorot tenang kini terlihat muram.

Atmaja menegakkan duduknya dan berkata dengan nada dingin mencekam, "Seingatku, hubungan bersama wanita simpanan adalah perselingkuhan. Anak yang lahir dari hubungan terlarang itu nggak akan diakui. Sepertinya standar Keluarga Mandaka terlalu rendah, sampai-sampai orang dengan latar belakang nggak jelas pun diizinkan datang ke perjamuan. Kalian nggak takut ketiban sial?"

Satrio yang diberi peringatan meskipun tidak bersalah ini sontak berwajah muram. Istrinya, Wutari, juga sangat marah. Awalnya dia mengundang Retni, ibu Nendra, ke perjamuan.

Namun, pagi ini Indriya merasa tidak enak badan. Retni ingin merawat mertuanya di kediaman, jadi dia membiarkan putri selir ini datang.

Wutari tidak senang karena yang datang adalah putri selir. Namun, dia menahan diri karena Nendra sangat menghargai adiknya ini. Pemuda itu bahkan datang mengantarnya secara pribadi dan menemaninya memberi salam pada Wutari, baru pergi bertugas.

Siapa sangka, gadis itu ternyata sama sekali bukan putri selir. Apa maksud Keluarga Respati dengan mengirim seorang putri wanita simpanan untuk menghadiri perjamuan pernikahan putranya?

Wutari berucap sambil menahan amarah, "Undangan Keluarga Mandaka hanya untuk keluarga inti Keluarga Respati, aku nggak mengundang orang dengan status nggak jelas. Pelayan, tolong bawa Nona Limar ini pergi."

"Nyonya Wutari ...." Wajah Limar tampak sangat pucat. Melihat tidak ada yang meladeninya, dia terpaksa menoleh ke arah Talia dan berkata, "Talia, apa kamu harus sekejam itu?"

"Cih!" cibir Berlian. Ketika Talia hendak mendongak, dia menahannya agar menunduk kembali.

"Talia nggak punya kakak dengan latar belakang nggak jelas sepertimu! Pulanglah ke Kediaman Respati, jangan mempermalukan dirimu di sini. Nanti aku juga akan ke sana dan bicara dengan mereka tentangmu. Aku ingin melihat seberapa besar nyali mereka, berani sekali menyuruhmu datang dan menyinggung kakakku!" bentak Berlian.

Begitu kata-kata itu terlontar, Limar menangis bercucuran air mata. Dia terlihat begitu sedih, seolah-olah diperlakukan dengan sangat tidak adil.

Wutari berseru dengan raut marah, "Di mana para pelayan di kediaman ini? Apa kalian semua sudah mati? Cepat usir gadis ini!"

Beberapa pelayan bergegas masuk dan mengelilingi Limar.

Sekujur tubuh Limar bergetar, melihat tatapan penuh penghinaan dari orang-orang di sekelilingnya. Tamat sudah. Reputasinya hancur. Semua ini gara-gara Talia!

Talia sudah terlahir dengan latar belakang yang begitu bagus dan menikmati segala yang terbaik selama bertahun-tahun. Apa salahnya dia mengalah dan membiarkan Limar menikmati sedikit kemuliaan dan kehormatan itu? Mengapa Talia harus menghancurkannya?

Limar menggigit bibirnya dengan kuat hingga berdarah. Matanya yang menatap Talia memancarkan kebencian yang tak tertutupi.

Limar ingin sekali membunuh Talia. Namun, sejurus kemudian kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Sebuah cangkir teh dilempar ke dahinya, membuat suara teredam dingin.

"Teruslah menatapnya seperti itu, aku akan mencungkil matamu," ujar Atmaja.

Limar langsung panik dan menengadah, menatap mata gelap pria itu. Hanya lirikan sekilas saja dari Atmaja sudah cukup membuat sekujur tubuhnya dihinggapi hawa dingin.

Rumor tentang Atmaja di ibu kota tiba-tiba terlintas di benak Limar. Konon, dia adalah pria kejam yang membunuh orang tanpa pandang bulu. Siapa pun yang jatuh ke tangannya tidak akan pernah selamat.

Limar ketakutan. Sambil memegangi kepalanya yang berdarah, dia buru-buru berbalik dan kabur dari sana. Orang-orang di aula juga ikut gugup ketika melihat Atmaja tiba-tiba marah.

Atmaja mengangkat pandangannya dan berujar dengan ekspresi suram, "Lihat apa kalian? Apa ada sesuatu di wajahku?"

Semua orang serempak mengalihkan pandangan mereka.

Atmaja berdiri dan berjalan menghampiri Talia. Sosoknya yang lebih tinggi dari kebanyakan orang membuat Berlian refleks memeluk Talia dengan protektif.

Atmaja mengabaikan reaksinya. Ketika dia sampai di depan pintu, jubah hitamnya menyapu kaki Talia. Dia tiba-tiba berhenti dan berkata, "Lakukan apa pun yang kamu inginkan pada Keluarga Respati. Kata-kataku saat di manor masih berlaku. Kalau kamu ditindas dan orang-orang Kediaman Raja Hardana nggak bisa melindungimu, datanglah menemuiku di Gang Awar di selatan kota."

Talia hanya menundukkan kepala, tidak menyahut.

"Talia," panggil Atmaja dengan suara rendah.

Padahal nada bicara pria itu tidak marah, tetapi Talia langsung menegang. Dia bergumam, "Aku mengerti ...."

"Hm?"

"Aku bilang aku mengerti!" ulang Talia.

"Kamu bicara dengan siapa?" tanya Atmaja.

Talia mencicit dengan wajah merona, "Aku mengerti, Kak."

"Gadis pintar," ucap Atmaja, matanya kembali melembut. Dia mengulurkan tangan dan menepuk kepala gadis itu.

"Kalian semua sudah dengar?" ujar Atmaja sambil memandang semua orang di aula. "Mulai sekarang Talia adalah adik angkatku. Aku orang yang protektif dan nggak begitu bisa diajak bicara baik-baik. Tuan dan Nyonya sekalian harap ingatkan keluarga masing-masing untuk memperlakukan adikku dengan baik. Kalau dia sedih, kupastikan kalian juga nggak akan bisa senang."

Setiap orang terdiam.

Atmaja mengacuhkan ekspresi kaget orang-orang. Dia menoleh pada Satrio dan berkata, "Maaf sudah mengganggu acaramu hari ini, Tuan Satrio."

"Sama sekali bukan masalah. Berhubung Tuan Atmaja sudah di sini, bagaimana kalau makan dan minum sebentar?" balas Satrio.

"Karena kamu mengundangku dengan tulus, haruskah aku tinggal?" ujar Atmaja.

Orang-orang di sekitar awalnya sudah menghela napas lega melihat Atmaja hendak pergi. Kini mereka serempak memelototi Satrio setelah mendengar kata-kata tadi. Bahkan Wutari pun ingin sekali menjambak rambut suaminya.

Satrio juga tidak berdaya. Dia hanya berbasa-basi meminta Atmaja tinggal demi sopan santun. Siapa yang menyangka bahwa pria itu akan menganggapnya serius!

Melihat senyum terpaksa Satrio, Atmaja tertawa mengejek dan berkata, "Lupakan saja, aku sudah merusak suasana hati Tuan Satrio hari ini. Nanti aku akan meminta seseorang untuk mengirimkan hadiah dariku dan adik angkatku. Anggaplah sebagai bentuk permintaan maaf karena sudah mengganggu pernikahan putramu."

Satrio menjawab dengan rendah hati, "Nggak perlu, nggak perlu. Kehadiran Tuan Atmaja sudah merupakan suatu kehormatan ...."

"Kalau begitu, apa sebaiknya aku tinggal saja dan ikut merayakan?" goda Atmaja.

Talia mencuri pandang ke arah Satrio yang terdiam dengan ekspresi membeku. Dia hampir saja tidak bisa menahan tawanya.

Begitu Talia mendongak, dia langsung bertemu pandang dengan Atmaja. Mata pria itu bersinar jernih dan lembut, alisnya terangkat, dan bibirnya tersenyum jenaka ke arah Talia.

Talia buru-buru menetralkan ekspresinya. Melihat itu, Atmaja tiba-tiba tertawa. Dasar gadis pengecut.

"Sudah, sudah, itu hanya candaan. Aku harus ke istana untuk menemui Yang Mulia, tapi aku singgah terlalu lama di sini, jadi aku nggak akan tinggal," ucap Atmaja.

"Mari kuantar, Tuan Atmaja," kata Satrio. Kali ini, dia tidak berani berkata lebih banyak dan segera mengikuti langkah Atmaja, mengantar dewa wabah itu pergi secara pribadi.

Jubah Atmaja berkibar saat dia berjalan menuruni tangga di depan pintu. Angin musim semi tiba-tiba bertiup, membuat kain sutra merah di luar pintu bergoyang pelan.

Talia menatap kosong ke arah perginya Atmaja. Benaknya memikirkan senyuman pria itu barusan. Apa Atmaja ... mencoba menghiburnya?
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status