Share

Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja
Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja
Author: Tarasari

Bab 1

Author: Tarasari
Pada awal musim semi di bulan Februari, salju musim dingin di Gunung Caraka belum mencair. Hujan deras yang mendadak turun diselimuti kabut dan salju. Pohon tilia di dalam hutan yang tertutupi salju diguyur hujan deras.

Seekor kuda liar yang ditunggangi seseorang menerobos masuk. Kuda tersebut memecah ketenangan di tengah salju.

Talia Respati masih tenggelam dalam momen dirinya dicekik. Dia yang sesak terus memberontak. Kemudian, tubuh Talia terpental. Tali kuda menggores jari tangannya dan tubuhnya menghantam tumpukan salju.

Sebelum Talia sempat merespons, tubuhnya sudah berguling ke bawah. Betis Talia membentur bebatuan. Whoosh! Angin kencang menerpa wajah Talia.

Talia yang kesakitan hampir pingsan. Dia mengayunkan tangannya untuk meraih bebatuan yang paling dekat dengannya. Lengan Talia tergores batu hingga muncul luka memanjang.

Setelah tubuh Talia menghantam rerumputan di lereng beberapa kali, dia baru bertumpu pada celah bebatuan untuk menstabilkan tubuhnya.

Talia terus menarik napas. Dia merasakan sesak sebelum dirinya dicekik mati. Talia juga merasakan sakit yang menusuk di sekujur tubuhnya.

Talia memandangi ranting pohon yang patah di atas dengan ekspresi bingung. Di bawah tubuhnya terdapat salju tebal. Bahkan, terdengar suara kuda meringkik di kejauhan. Apa ini ... Gunung Caraka?

Ternyata Talia kembali ke kejadian saat wajahnya hancur dalam kecelakaan di luar Kuil Ruhi. Tahun ini, kakak tiri Talia yang bernama Limar Respati baru masuk ke kediaman. Limar sangat disayang kakak Talia karena memiliki latar belakang yang menyedihkan.

Begitu Limar menangis, kakak sepupu yang menyayangi Talia sejak kecil langsung terenyuh. Tunangan yang dekat dengan Talia sejak kecil juga sangat memanjakan Limar.

Hanya karena Talia dan Limar berselisih, ketiga anggota keluarga yang sangat dekat dengan Talia meninggalkannya di hutan belantara yang terpencil. Mereka membiarkan Talia jatuh dari tebing. Alhasil, kaki Talia patah dan wajahnya hancur.

Air hujan yang dingin terus menghantam wajah Talia. Darah mengalir ke mata Talia sehingga dia merasa kesakitan. Talia berusaha untuk memanjat ke atas, tetapi tubuhnya tergelincir ke bawah begitu dia bergerak.

Talia sangat putus asa. Padahal dia baru kembali. Masa dia harus mati lagi?

Tiba-tiba terdengar suara seseorang. "Sepertinya tadi suaranya dari sini. Eh, ada seekor kuda di sini .... Tuan, mau lihat nggak?"

Orang lain menyahut, "Lihat orang mati?"

Orang yang bicara terlebih dahulu tadi menimpali, "Benar juga ... takutnya orang itu sudah mati setelah jatuh dari tempat yang begitu tinggi ...."

Talia mendengar sepertinya suara yang samar di atas lereng makin menjauh. Dia tidak sempat memikirkan keterkejutan dan kebingungannya sesudah terlahir kembali.

Talia berusaha sekuat tenaga meraih bebatuan di bawah tangannya dan berteriak, "Ada orang di atas? Tolong! Selamatkan aku!"

Seketika suasana di atas menjadi hening. Tak lama kemudian, tampak seseorang menjulurkan kepalanya dan menceletuk, "Wah, orang ini beruntung sekali. Bisa-bisanya dia masih hidup!"

Pandangan Talia terhalangi air hujan, jadi dia tidak bisa melihat jelas wajah orang yang berbicara. Talia hanya bisa melihat jubah jerami yang dikenakannya.

Talia segera memohon, "Perwira, aku ini Nona Kedua dari Kediaman Adipati Respati. Ratu Hardana itu bibiku. Pamanku itu wakil kanselir yang bernama Aris. Tolong selamatkan aku, nanti keluargaku pasti akan memberimu imbalan yang setimpal."

Begitu bicara, air hujan bercampur darah masuk ke mulut Talia. Dia tersedak hingga tubuhnya terhuyung.

Orang di atas berujar dengan ekspresi terkejut, "Tuan, dia ini Nona Kedua dari Kediaman Adipati Respati."

"Anggota Keluarga Respati?" balas orang lain yang berbicara tadi. Dia memerintah, "Bawa dia kemari."

"Oke," sahut orang yang berada di atas lereng. Dia langsung turun setelah mendapatkan perintah. Bebatuan yang hampir runtuh langsung jatuh karena gerakannya.

Talia yang ketakutan segera memejamkan matanya. Tangannya berguncang dan dia berteriak saat terjatuh. Orang itu langsung menangkap Talia, lalu mengangkatnya dan melompat ke atas.

Ilmu bela diri orang itu sangat bagus. Seketika dia sudah membawa Talia ke tempat yang datar.

Ketika Talia berdiri di tengah hutan yang diselimuti salju dan memastikan dirinya sudah diselamatkan, dia berlutut di tanah karena kedua kakinya lemas.

Mata Talia tertutupi darah sehingga dia tidak bisa melihat situasi di depannya dengan jelas. Talia mendongak dan berucap ke arah kereta kuda di depan, "Perwira, terima kasih atas bantuanmu ...."

"Perwira?" sahut orang di dalam kereta kuda. Dia mengulurkan tangannya dari jendela kereta kuda yang terbuat dari kayu dan dihiasi ukiran.

Setelah tirai jendela disingkap, Talia tertegun begitu melihat wajah samping orang itu yang tampan dan rambutnya yang rapi. Pandangan Talia masih terhalangi darah saat melihat langit, bumi, kereta kuda, dan ... Atmaja Sambara.

Wajah Talia pucat pasi. Dia tidak menyangka orang yang menyelamatkannya adalah Atmaja.

Atmaja berasal dari Badan Urusan Internal. Dia merupakan kepala kasim. Atmaja menguasai pasukan ibu kota karena dipercayai Kaisar Atharwa. Dia mengendalikan Pasukan Zirah Hitam yang ditakuti semua orang.

Pasukan itu khusus membantu Kaisar Atharwa membasmi orang-orang yang menentangnya di pemerintahan. Setiap orang yang diincar Atmaja pasti berakhir tragis. Banyak orang mati di tangan Atmaja.

Semua orang di pemerintahan menganggap Atmaja sebagai kepala kasim. Namun, Atmaja memegang kekuasaan besar. Bahkan, keluarga kekaisaran dan bangsawan juga menghormati Atmaja dan memanggilnya "Tuan Atmaja".

Atmaja selalu bersikap dingin dan tindakannya sangat kejam. Dia tidak mempunyai keluarga yang membebaninya. Akan tetapi, Atmaja malah menjadi sandaran terkuat Limar di kehidupan sebelumnya. Limar adalah kakak Talia yang merupakan anak wanita simpanan.

Talia menunduk dengan wajah pucat pasi. Dia teringat hari-harinya sewaktu dikurung Keluarga Respati. Terkadang Talia mendengar orang-orang yang mengawasinya membicarakan hal ini.

Mereka mengatakan Atmaja mengakui Limar sebagai adik angkat dan Atmaja sangat memperhatikan adik angkatnya ini. Dengan ancaman dari Atmaja, tidak ada yang berani meremehkan Limar.

Semua orang di ibu kota menyanjung Limar karena latar belakangnya ini. Biarpun anak wanita simpanan ini hanya berstatus putri selir, martabatnya lebih mulia daripada putri kaisar.

Talia tidak akan pernah melupakan dia dikurung Keluarga Respati di dalam kediaman selama bertahun-tahun karena "cemburu" pada Limar. Saat itu, dia baru jatuh dari tebing curam di Gunung Caraka hingga wajahnya hancur.

Limar malah menikah dengan Nugraha Wicaksana yang sudah lama bertunangan dengan Talia. Pada saat mereka menikah, Talia akhirnya berhasil kabur dengan memanfaatkan situasi yang sedang ramai.

Namun, Talia malah bertemu Atmaja di depan pintu. Kala itu, Atmaja yang mengenakan jubah berdiri di depan kakak Talia yang bernama Nendra Respati.

Atmaja bertanya dengan ekspresi dingin, "Siapa dia?"

Nendra menjawab dengan ekspresi jijik, "Orang gila di kediaman. Maaf sudah mengganggu Tuan Atmaja."

Atmaja menanggapi, "Kalau dia itu orang gila, awasi baik-baik."

Ucapan Atmaja membuat Talia ditangkap kembali. Malam itu, Talia dicekik hingga mati di dalam ruangan. Sebelum mati, dia mendengar orang di belakangnya berkata dengan dingin, "Siapa suruh dia mengganggu orang penting."

....

Rasa sesak karena dicekik kain putih membuat Talia kesulitan bernapas. Talia seolah-olah melihat dia mati tragis. Kepalanya miring dan matanya memelotot.

Talia yang panik ingin mundur, tetapi dia malah menabrak kaki Pirata. Melihat wajah Talia yang pucat karena kedinginan, Pirata mengambil payung dan memayungi Talia.

Pirata bertanya, "Nona Talia, apa kamu baik-baik saja? Hujan turun begitu deras, tempat ini sangat terpencil dan sulit dilalui. Kenapa Nona Talia datang ke tempat ini sendirian?"

Talia menunduk untuk menutupi kepanikannya. Dia menjawab, "Aku bukan datang sendirian. Aku mengikuti kakakku untuk sembahyang di Kuil Ruhi."

Pirata menimpali dengan ekspresi kaget, "Sembahyang? Tempat ini sangat jauh dari Kuil Ruhi."

Talia takut pada Atmaja. Dia juga tidak tahu apakah sekarang Atmaja sudah berhubungan dengan Limar atau belum.

Talia tidak berani menjelek-jelekkan Limar. Dia hanya menjelaskan dengan hati-hati, "Kakakku dan lainnya pulang ke ibu kota dulu karena ada urusan penting. Mereka menyuruhku menunggu di kuil, nanti malam mereka baru jemput aku. Tapi, aku yang bandel ikut mereka keluar sehingga tersesat ...."

Atmaja yang duduk di kereta kuda menyergah, "Kamu bohong. Jalur khusus untuk para pejabat sembahyang sudah disediakan, begitu pula di kaki gunung. Seharusnya putri Keluarga Adipati didampingi pelayan waktu keluar. Biarpun kamu bersikeras meninggalkan Kuil Ruhi, nggak mungkin kamu datang ke sini dengan menunggangi kuda sendirian."

Talia berucap dengan tubuh gemetaran, "Aku ...."

"Siapa yang utus kamu datang ke sini?" tanya Atmaja. Semua orang di ibu kota tahu dia akan naik ke Gunung Caraka untuk sembahyang setiap tahun. Wanita ini mengatakan dia pergi ke Kuil Ruhi, tetapi dia malah melewati jalan kecil yang dilalui Atmaja.

Belakangan ini, Atmaja menyelidiki kejadian di masa lalu. Hal ini berkaitan dengan keuntungan keluarga bangsawan di ibu kota dan menyinggung kelemahan banyak orang.

Atmaja bersaing dengan orang-orang itu di pemerintahan selama bertahun-tahun. Tentu saja, ada yang ingin menghabisi Atmaja karena cemas. Jadi, siapa yang menyelidiki keberadaan Atmaja dan mengutus seseorang menyamar menjadi putri Keluarga Respati untuk menyerangnya secara diam-diam?

Atmaja menegaskan dengan tatapan dingin, "Katakan dengan jujur dan kamu nggak akan mati tragis."

Talia ketakutan. Dia menjelaskan, "Aku memang putri Keluarga Respati. Aku nggak membohongi Tuan. Aku cuma tersesat makanya bisa sampai di sini ...."

Atmaja melihat Talia yang berlutut di tanah. Talia gemetaran saking takutnya. Wajah Talia yang mulus dipenuhi luka goresan. Kedua matanya yang dinodai darah membengkak karena dia menangis.

Talia yang menciut terlihat seperti hewan kecil yang terluka. Namun, Atmaja tidak merasa kasihan pada Talia sedikit pun. Dia memerintah, "Bunuh dia."

Tadi Pirata masih mengkhawatirkan Talia. Sekarang dia mencekik Talia. Pirata menegur, "Dasar nggak tahu berterima kasih! Kamu mau mencelakai majikanku?"

Seketika Talia takut dicekik mati. Talia meraih poros kereta kuda, lalu berlutut di tanah dan memohon, "Ampuni aku, Tuan Atmaja!"

"Oh?" sahut Atmaja. Dia yang berada di dalam kereta kuda mencibir, lalu bertanya kepada Talia dengan arogan, "Kamu nggak pura-pura nggak kenal aku lagi?"

Jelas-jelas Atmaja hanya berbicara dengan santai, tetapi Talia merasa sebentar lagi dia akan dikuliti. Talia menjawab, "Aku bukan sengaja membohongi Tuan Atmaja. Hanya saja, awalnya aku nggak mengenalimu ...."

"Sekarang kamu sudah mengenaliku?" tanya Atmaja.

Talia bergidik. Dia berkata, "Aku ...."

Atmaja tertawa, lalu menyela, "Kenapa? Kamu takut padaku?"

Atmaja terlihat seperti orang yang sangat sabar setelah meredam amarahnya. Akan tetapi, Talia malah merasa tegang. Dia menyahut, "Nggak, aku cuma pernah dengar orang lain bilang Tuan Atmaja menyukai ketenangan."

"Rumor dari mana itu?" celetuk Atmaja. Dia seperti mendengar ucapan yang menarik. Atmaja bersandar di jendela kereta kuda sambil tersenyum.

Atmaja melanjutkan, "Aku paling menyukai keramaian, apalagi waktu menguliti orang hidup-hidup. Mereka akan berteriak histeris dan terus meminta ampun dengan tubuh berlumuran darah. Suara mereka sangat enak didengar. Kulit mereka diambil dari kepala sampai ke ujung kaki, pemandangannya sungguh indah."

Melihat wajah Talia yang pucat pasi, Atmaja tertawa sinis dan memerintah dengan tatapan dingin, "Lempar dia ke bawah."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status