Beranda / Romansa / Terjerat Kontrak Cassanova / 3. Mencurangi Casanova

Share

3. Mencurangi Casanova

Penulis: Intans Ranum
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-18 22:32:28

“Maaf,” sembur Zehra meski tercekat. Dan kembali menatap lurus ke arah sebelumnya.

"Rambutmu wangi vanila."

Zehra terkesiap saat lengan kokoh Javas dibebankan pada bahu kirinya terlebih hembusan napas Javas yang begitu dekat tepat di atas rambutnya.

"Maaf, Tuan mau saya tuangkan minum?"

Sudut bibir Javas berkedut sedetik, ia semakin mengeratkan rangkulannya dan menahan gerakan Zehra yang tak perlu.

Mata Javas melirik lengan Zehra yang masih berusaha meraih gelas yang terletak di atas meja, menampung meraihnya meski tertahan rangkulan Javas.

"Apa kamu baru aja mengabaikan aku?" bisik Javas menggumam setelah itu dengan kasar Javas melepaskan rangkulannya meski masih tak memberi jarak.

"Buka botol yang Vodka itu dan tuangkan aku ke dalam gelasku!"

"Apa?" tangan Zehra berhenti di udara pasalnya botol yang ia raih adalah transaksi wiski yang sudah dibuka segelnya.

Javas membalas tatap Zehra ingin tahu yang memasang wajah memelas memelas, "Maaf, Tuan tapi aku ngga bisa buka botol walaupun dengan alat, aku pernah coba tapi selalu gagal"

"Oh ya? Bukannya kamu sudah biasa buka botol dan menyajikan minum ke gelas untuk lelaki?"

"Baru beberapa kali sih, itu pun dengan bantuan alat dan masih kesulitan tapi biasanya sudah dibuka lebih dulu oleh bartendernya." balas Zehra yang diam-diam bersyukur akan perbincangan receh.

"Jadi benar baru beberapa bulan ya." gumam Java.

"Apa?" tanya Zehra yang dibalas denusan oleh Javas. Lalu ia memutuskan untuk menyuruh Theo yang sedang bersulang ria dengan rekan minumnya.

"Theo, buka botol ini dan yang itu juga!" Suruh Javas yang dibalas tatap menuduh oleh wanita yang disamping Theo pada Zehra yang bernama Nina yang berpikir Zehra sengaja berlagak manja hingga menganggu kesenangannya bersama Theo terlebih Zehra memandangnya dengan senyuman meringis tampak tak paham akan kekesalan Nina.

Setelah itu kebersamaan mereka larut bersama dentuman musik dari lantai bawah dan higar bingar klub malam dengan segala intriknya termasuk orang-orang yang mulai menurun kesadarannya namun tidak pada Zehra yang menahan diri untuk menghempaskan tangan Javas yang bergelayut erat di bahunya, aroma alkohol yang menguat dari mulut dan tubuh Javas lah yang membuat Zehra ingin pergi.

Javas kembali menarik tubuh Zehra yang bergeser menjauh lalu ia meminta Zehra untuk kembali menuangkan minumannya meskipun tak masih tak melepaskan bahu Zehra untuk ia bersandar pada tangan kirinya, Javas menyukai tubuh Zehra yang terasa pas berada di dalam rengkuhannya termasuk gerakan dan hembusan napas kasar karena tak nyaman walau tak saling berbicara Javas tetap menyukainya.

Javas menatap ke dalam Zehra yang tetap melayaninya meski wajahnya tanpa senyuman apalagi basa basi menggoda seperti apa yang dilakukan pekerja lain di dekatnya.

"Menurutmu...apa aku terlihat belum siap menikah?"

Tangan Zehra melayang di udara tepat di depan dada bidang Javas dengan gelas berisi Vodka di dalamnya menatap tanya pada Javas, saat diteliti wajah Javas yang terlihat loyo karena mabuk membuat Zehra mengeluarkan napas kasar dan menaruh gelas di atas meja kemudian ia menggoyang-goyangkan lengan Javas agar terbangun .

"Tuan, apa tugasku sudah selesai?" tanya Zehra sambil berusaha menyadarkan Javas.

"Percuma, dia sudah terlalu sadar untuk menjawab pertanyaanmu," seru Elkan tenang.

"Jadi apa tugasku sudah selesai? aku boleh pamit ke bawah? karena aku masih harus membantu pekerjaan yang lain."

Elkan hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh dengan mata yang menatap ke dalam pada Zehra. 

"Kamu antar aja dia ke kamar tidur biasa dia pesan!" suruh Elkan sambil mencondongkan tubuhnya menunggu reaksi Zehra sepenuhnya.

Zehra mengerjapkan mata untuk mencerna dan sedetik kemudian ia menunjukkan persetujuan ia bergantian Javas dan Elkan, "Maksudnya aku yang antar tuan Javas ke kamar hotel dan memesan kamar VVIP?"

"Theo yang akan mengurus semuanya, kamu hanya perlu mengikuti petunjuknya, kamar mana yang harus kamu tuju dan temani Javas, layani dia sampai puas!" Jelas Elkan tersenyum tipis dengan mata memicing tajam.

Wajah Zehra berubah dingin dengan dagu yang diangkat Zehra menjawab, "Tapi aku bukan wanita pekerja seks!"

"Oh ya? tapi kamu tahu 'kan, bayaran yang akan kamu terima tidak sedikit dan Javas sudah menerima tawaran Javas, jadi selesaikan pekerjaan lo sampai akhir!" seru Theo ditransmisikan pada Zehra yang membatu ditempat.

"Gue cabut!" ucap Regis bangkit dari sofa melenggang pergi ke arah pintu luar tanpa menghiraukan panggilan riuh yang ditahan.

"Baiklah, gue juga cabut dan lo, Theo pastikan Javas beristirahat dengan senang, dia pasti ngga persetujuan bangun pagi ditemani Zehra."

"Lo, yakin ngga mau booking kamar juga El?" tanya Alven menahan Elkan yang sudah berdiri dan membalas dengan anggukan kecil.

"Ngga asik lo! sesekali lo harus coba melampiaskan dahaga lo, jangan munafik El, gue tahu lo butuh rilis!" Raung Alven yang sudah jelas mabuk.

“Miran akan senang mendengarnya, ya?” balas Elkan menertawakan dan dia terkekeh saat ketenangan Alven berubah menjadi risau.

"Sial, lo! Gue ngga perduli sama Miran sama kayak dia yang udah ngga peduli sama gue! Miran! Sialan!" umpat Alven ruuh yang langsung di tenangkan oleh wanita di sampingnya. Seketika itu juga ditepis oleh Alven yang langsung meracau tak jelas.

Sedangkan Elkan tentu tidak peduli di detik ia membalas di detik itu juga ia pergi meninggalkan ruangan itu. Zehra memandang nanar ke sekitarnya.

"Heh, lo yang disana!"

Zehra menoleh ke Theo dengan wajah datarnya, menunggu ucapan selanjutnya

"Gue udah booking kamar VVIP di lantai dua puluh tujuh buat Javas, lo temani Javas ke kamarnya, lo cukup ikuti mereka!" suruh Theo yang menunjukkan dua orang berpakaian serba hitam yang baru saja memasuki ruangan dengan dagunya.

Dan dua lelaki tadi langsung memapah tubuh besar Javas bangkit dari sofa dan diantaranya memberi isyarat tubuh untuk Zehra ikut bangkit dan pergi bersama.

"Kalian sudah bisa pergi!" usir Theo pada wanita ketiga yang tadi menemani Regis dan Elkan minum setelah memberi beberapa lembar uang pecahan ratusan ribu.

"Mari Nona!" pinta salah satu lelaki berpakaian hitam itu. Zehra mengangguk dan mengikuti mereka ke pintu luar dengan langkah yang diseret-seret.

Zehra mendengus pada Javas yang bergumam menolak di papah oleh dua lelaki tadi, berlagak sadar meski ia berjalan sempoyongan dan sesekali menoleh kebelakang menekankan Zehra mengikutinya, padahal lorong sempit yang mereka lewati sulit bagi Zehra untuk kabur terutama ada dua lelaki bertubuh tambun yang ikut mengawasinya.

Sekali lagi Zehra memelankan lajunya sambil berpikir cara agar lolos, "Pak,  aku udah nggak kuat,  aku harus ke toilet sekarang!" sergah Zehra menghempaskan tubuh besar Javas ke dinding dan berlari cepat ke arah toilet di depannya. 

"Jangan coba-coba kabur! Di kamar Tuan juga ada toiletnya." cekal salah satu anak buah Javas. 

Zehra mengeratkan genggamannya pada ujung roknya. "Nggak, aku nggak akan berani! Lagipula aku bekerja disini. Katakan saja nomor berapa kamarnya? Dan aku akan langsung menyusul."

Zehra mengangguk, setelah diberitahu nomor kamar yang dimaksud dan beringsut berbelok memasuki toilet wanita. Zehra menyempatkan untuk menoleh, menghempaskan napas lega dan meneruskan langkah memasuki pintu toilet dengan harapan ketiga orang itu terlambat menyadari kecurangannya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Kontrak Cassanova   72. Rencana Zehra

    Zehra merintih kesakitan setiap Ricky menciumnya demi menutupi bekas Javas yang menimbulkan ruam kemerahan di kulinya. Pria itu benar-benar kalap menggerayangi seluruh permukaan tubuh Zehra. Tarikan napas puas Ricky terdengar jelas setelah tarikan dia berhasil menyatukan dirinya dengan Zehra. Bertahun-tahun dia menunggu momen ini, momen dimana Zehra berbaring pasrah di bawahnya dengan kaki terbuka, momen saat dia berada di dalam Zehra, berkeringat bersama, saling bercumbu, saling menggerayangi, dan saling menikmati demi kepuasan bercinta. Ricky diam merasakan sensasi yang lama dirindukannya. Saat ini tidak ada saling, hanya dia seorang yang akan mencapai kepuasan itu. Sesering apa pun dia mencoba dan mengecap wanita lain, ternyata tidak ada yang senikmat Zehra, mungkin karena selama ini Zehra adalah wanita yang ia cintai sekaligus wanita yang menolaknya untuk dibawa ke ranjang, dan sensasi itu luar biasa.Seks itu subjektif. Tergantung bagaimana individu menilai pasangannya. Sensasi

  • Terjerat Kontrak Cassanova   71. Dilecehkan

    Zehra diliputi kecemasan, aura penindasan terlihat jelas dari sorot mata Javas. Zehra memang tidak pernah mengijinkan siapapun masuk ke sana, tempat itu tidak diciptakan untuk kesenangan sesaat para pria mesum sejenis Javas, tempat itu untuk mengeluarkan apa pun yang tidak dibutuhkan tubuh Zehra, bukan untuk dimasuki milik siapa pun. Menyadari dirinya dalam bahaya, Zehra beringsut mundur. Tapi sayang Javas Lebih cekatan memutar tubuhnya tengkurap lalu mengunci kedua tangan Zehra di belakang. "Jangan lakukan itu Javas, kumohon!" isak Zehra tidak bisa bergerak, sebab dia kalah tenaga. "I'll be the first there," ujar Javas mengikat tangan Zehra dengan tali bra-nya. Telinganya menuli, isakan Zehra malah membuatnya semakin bersemangat memberi pelajaran pada wanitanya yang berani mencium pria lain di depannya. Javas menarik pinggul Zehra mendekati miliknya yang sudah keras dan berhasrat. Tarikan kasar Javas otomatis menekuk kaki Zehra dan kepalanya menahan beban tubuh bagian depannya.

  • Terjerat Kontrak Cassanova   70. Hari Terakhir Kesepakatan

    “Kesepakatan sialan itu bisa kita ubah-”“Nggak! Aku nggak mau ada yang berubah!” Zehra menatap Javas dalam dan berani. Kemudian ia mulai menyunggingkan senyuman tipis, “Aku mau kembali hidup normal tanpa ada rasa bersalah, atau khawatir akan menyesal nantinya.”“Menyesal? Setelah banyak hal yang udah aku kasih ke kamu?!”Zehra mengangguk kecil masih tersenyum tipis, “Gimana sama kamu? Memangnya kamu belum mau berpacaran sama orang yang kamu inginkan dan punya hubungan serius sama dia?”“Dia? Siapa yang kamu maksud?”“Wanitamu … yang bernama Leticia?”***40 hari kemudian Zehra terbangun karena suara berisik yang ditimbulkan oleh aktivitas Javas, yang saat ini sedang berjalan mendekatinya. “Selamat datang, Jav. Kamu sampai terlalu pagi, tau!” sambut Zehra dengan suara mengantuk.“Habis dari mana kamu semalam?”“Apa? Aku?.... Kenapa kamu tanyain itu tiba-tiba?”“Dan kemarin malam juga, sama siapa kamu pergi dan apa yang kalian lakukan?”"Nafas kamu bau alkohol! Sebaiknya kamu tidur

  • Terjerat Kontrak Cassanova   69. Sebuah Jawaban

    Beberapa bulan kemudian“Jadi, kenapa kamu masih aja terlambat?”Zehra senyum tertahan atas sambutan Javas padanya yang terkesan sinis. “Aku… itu karena aku agak kesulitan dapat taxi onlinenya.”“Oh, ya? Bukannya karena kamu abis bertemu dengan teman kencanmu itu?”Zehra mengerjapkan matanya dua kali, ingatannya berputar saat ia kepergok sedang makan berdua di restoran mall oleh Elkan, salah satu sahabat Javas, dan tentu saja itu ia ia lakukan saat Javas tengah keluar kota dan menarik napas sebelum bicara. “Teman-temanku adalah teman-teman dia juga, dan jelas aku nggak bisa menghindari dia begitu aja ketika kami nggak sengaja makan siang di tempat yang sama, Jav!” Zehra lekas menjelaskan. Berharap kejujurannya bisa dipercaya oleh pria itu meski dengan kemungkinan yang sangat tipis."Kami… Cuma makan siang, nggak lebih…" Mata Javas menyipit tajam. Geraman terdengar dari dalam dadanya. Pengakuan Zehra membuat kecemburuan di dadanya semakin bergemuruh. Javas bangkit dari singgasananya

  • Terjerat Kontrak Cassanova   68. Ikut Permainan

    “Halo,”“Ra, akhirnya kamu angkat telpon aku juga! Ra, tolong bantu aku bicarakan pada pria itu untuk berhenti mengacaukan pekerjaanku! Aku sudah merelakanmu ‘kan? Jadi seharusnya dia menghentikan semuanya ‘kan?”Zehra menghela napas gusar dan menatap balik Javas yang menyeringai ringan kemudian mengangguk kecil. “Ya, aku akan menolongmu untuk bicara sama dia, ada lagi?”“Apa?... Ah, kamu mengerti ‘kan? Posisi aku? Kamu nggak marah sama aku ‘kan?”Zehra menahan nafasnya saat Javas menyambar ponsel dan mematikannya. ***Javas membuka kancing kemeja nya, melonggarkan ikat pinggangnya. "Apalagi yang bisa kulakukan selain ngobrol dengannya di tempat kerjamu. Kamu melarangku bicara dengan orang lain," balas Zehra berbaring di sofa panjang depan tv. "Entah kenapa aku nggak suka melihatmu bersamanya." Javas tiba-tiba menindih Zehra. Remote tv yang dipegangnya terjatuh karena kaget. Serangan Javas membungkam mulutnya sebelum protes. Awalnya Zehra meronta memukul dada Javas tapi lama-lama b

  • Terjerat Kontrak Cassanova   67. Ketahuan

    “Mau kemana?”refleks “Kenapa kamu harus menyamar jadi orang lain, hah? Apa tujuan kamu sebenarnya?”“Tujuan? Ckk… itu cuma sekedar nama panggung Jav! Lagian kamu tahu dari mana nama asli aku?”Javas memandang Zehra lamat lalu menjawab, “Aku jelas mendengar mantan pacarmu itu yang memanggil kamu Zehra.” “Oh, ya…. Kami saling mengenal sebelum aku bekerja di club malam,”“Lalu?”“Lalu, bukan cuma kamu orang yang memanggil aku dengan panggilan Lyra. Semua orang yang memakai jasaku, jga memanggil nama itu. Jadi apa kamu udah paham? Apa pembahasan kita udah selesai?”“Pergilah, setelah kamu, aku juga harus mandi atau kita bisa mandi berdu-”“Aku duluan!” potong Zehra segera berlalu.***"Iya Mah, aku paham. Tapi untuk kali ini aku lagi fokus membiayai urusan rumah sakit papah yang ternyata cukup banyak dan masih panjang. Tapi aku yakin aku bisa mengatasinya satu persatu." ucap Zehra sebelum ia memutuskan panggilan. Zehra menarik napas lega. Karena masalahnya sudah teratasi satu persatu d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status