Home / Romansa / Terjerat Kontrak Cassanova / 2. Memilih Wanita(Nya)

Share

2. Memilih Wanita(Nya)

Author: Intans Ranum
last update Last Updated: 2024-02-18 20:38:49

“Theo, Lepaskan dia!” suara dingin Javas terdengar di keheningan. Orang-orang masih diam menunggu, berperan sebagai penonton yang tengah menyaksikan pertunjukan Opera mahal.

Seketika itu juga, lelaki yang bernama Theo melepaskan lengan Zehra, membuatnya hampir terjatuh karena kelelahan meronta-ronta. Zehra memberi gestur menolak saat ada yang mengulurkan tangannya yang ternyata milik Javas yang sudah ikut berdiri.

Mereka berdiri berhadap-hadapan di bawah tatapan mata banyak orang yang menanti. Javas masih berdiri dengan wajah dingin tak berekspresi sambil mengusap pipinya, bekas tamparan Zehra.

“Mari kita buat sederhana, temani aku minum dan aku akan membayarmu, gimana?” suara Javas terdengar tenang dan dingin.

Zehra mengernyitkan dahi, dengan wajah merah padam ia mengatakan "Maaf, Tuan tapi saya disini hanya sebagai pelayan bar, kami punya teman-teman lain yang memang menerima pelayanan khusus, sebentar saya panggilkan mereka,-"

"Bung!" panggil Javas pada bosnya dengan suara dalam.

Zehra terkesiap mendengarnya ia bergerak bingung dan melemparkan tatap tanya sekaligus memohon untuk menolak pada Bosnya yang diam menunggu dengan patuh

Menangkap kegusaran pada gestur dan mata Zehra membuat Javas menoleh pada si bos, "Persiapkan dia untuk ikut denganku!”

"Ah, iya tentu Tuan tapi saya khawatir Lyra nggak akan memuaskan anda karena dia belum pernah bertugas menemani tamu, gimana kalau saya pilihkan Monita, dia sudah berpengalaman dan tahu betul bagaimana menyenangkan para tamu disini, tapi jangan salah sangka dia pekerja kami yang eksklusif, bagaimana tuan?"

Monita, sang primadona di bar ini yang mendengar namanya disebut pun bangkit dari kursi meninggalkan perannya sebagai tamu palsu yang terbiasa memilah milih untuk ia jadikan target dan setelahnya akan ia rayu untuk menemani dan bercumbu lalu ia kuras uangnya.

Dia jugalah yang biasanya dipilih  untuk menemani lelaki tampan nan mapan yang berkunjung hingga menjadi langganan di club malam ini, dan sekarang hatinya dipenuhi kecemburuan karena baik Regis atau Elkan dan teman-temannya tidak memilihnya bahkan Javas tampak begitu tertarik kepada anak baru itu yang bekerja hanya sebagai pelayan. 

Padahal kalau dilihat dari kecantikannya, anak baru itu jauh lebih jelek daripada dirinya, “Selamat malam Javas, hai namaku Monita salam kenal,” Monita menyentuhkan tangannya di kerah baju Javas, “Si bos benar dia itu bekerja sebagai pelayan bahkan dia masih baru bekerja disini jadi aku yakin perempuan itu jelas tidak tahu caranya bersenang-senang, bukan?"

Monita tersenyum manja tangannya membelai kerah kemeja hitam pas badan milik Javas yang dikancing rendah tanpa dasi melingkar di leher, membuat Monita tak kuasa menahan menyentuh lengkungan leher dan, "Adduh..!"

Monita mengaduh karena Javas merenggut tangannya yang meraba leher Javas. Jemari Javas mencengkeramnya dengan kekuatan tak ditahan-tahan lagi, menyakitinya hingga terasa remuk ke tulang,

“Minggir,” gumam Javas dengan tatapan membunuh pada Monita, lalu menghempaskan tangan Monita dengan kasar sehingga tubuh Monita terdorong menjauh. Sambil meringis menahan nyeri dan rasa malu Monita lekas berbalik menabrak kasar pada mereka yang menghalangi jalannya.

“Nah,” Javas berbalik memusatkan mata dinginnya kembali ke Zehra,

Zehra yang masih menatap kepergian Monita lekas menoleh dan mendongak pada Javas yang tengah menatapnya dingin. Sekuat tenaga ia mencoba tenang walau khawatir Zehra akan diberi hukuman yang lebih dari Monita karena telah lancang menamparnya didepan banyak orang walau itu tindakan refleks yang seharusnya.

“Katakan berapa tarif yang kamu inginkan untuk menemaniku minum, dan aku akan membayarnya.”

Zehra termangu dengan mulut agak terbuka sedetik ia sempat terpesona pada rupa yang terbalut rahang tegas, tulang hidung tinggi sepasang mata hitam pekat terlihat manis dan dingin secara bersamaan lalu pada kedua alis tebal dan panjang, wajah dan tubuh tingginya seperti aktor timur tengah dengan kulit sawo matang menampilkan sosoknya yang terlihat manly

"Lyra?" 

"Ah, apa?" tanya Zehra tersadar namun ia mengernyitkan dahinya masih menatap Javas dan sedetik kemudian ia terkesiap merasakan sentuhan panas milik Javas yang menyentuh poninya lembut bergeser pada anak rambut yang tak diikat lalu menyimpannya dibelakang telinga terasa belaian begitu lembut.

"So, apa jawaban kamu?"

"Oh tentu saja, Tuan, Zehra disini bekerja dan tugas utamanya adalah melayani tamu hingga memastikan para tamu puas hingga berkesan dan menjadi member disini, jadi Lyra akan menemani anda, jadi selamat bekerja Lyra" tekan si bos diakhir kalimatnya serta tatapan dalam, menuntut Zehra melakukannya.

Sedangkan Zehra yang sudah kepalang takut hanya mampu mengangguk kecil, pasrah walau rasa bingung, risih  menyergap karena ia tak pernah menemani siapapun minum alkohol di club malam yang berisik ini.

"Ayo, kita pindah ke atas, ke ruangan yang lebih pribadi!" Ajak seorang lelaki yang sedari tadi menjadi penonton di sofa U tanpa berkomentar. Lelaki itu memiliki tubuh yang proporsional walau dengan cahaya kelap kelip cenderung gelap Zehra bisa melihat warna kulit lelaki itu yang paling putih diantara sekumpulan lelaki yang datang bersama Javas.

"Ayo!" ajak Javas menarik pinggang Zehra merapat padanya menggiring berjalan bersama tanpa memperdulikan tubuh Zehra yang tegang dan setengah hati mengikutinya.

**

Setelah Zehra menuangkan sebotol Vodka pada gelas kecil ia memberikan gelas itu pada Javas tanpa menatapnya. Rupanya hal itu membuat Javas tak puas hingga diangkatnya dagu Zehra hingga mata mereka saling menatap dan Zehra bersumpah kilatan mata meremehkan Sekaligus berbahaya ia temukan kembali setelah kejadian tadi dan juga dibawah lampu yang lebih terang Zehra baru menyadari jika ada bekas tamparan tangan dirinya di pipi kanan Javas yang memerah pada bekas gambaran tangan, membuat ia kembali menunduk dalam.

"Kalau mau ngasih sesuatu atau berbicara pada orang lain, kamu harus menatap matanya biar lebih sopan." seru Javas dalam  isi kalimat dan nada suara begitu kontra membuat Zehra kebingungan meresponnya jadi ia hanya mengangguk dua kali dan menunduk, beruntung Javas lekas melepasnya dan mulai sibuk pada segelas Vodka ditangan kanan.

"Jadi, Lyra kenapa kamu bekerja ditempat seperti ini?"

"Apa?" tanya Zehra cepat, sekaligus memastikan jika ia tak salah mendengar lelaki itu yang bergaya Flamboyan tengah menunggu antusias akan jawabannya.

"Kamu kelihatan perempuan baik-baik yang terdampar bekerja di club malam ini, apalagi sudah hampir tiga bulan bekerja, itu termasuk langgeng 'kan? Untuk ukuran perempuan sepolos dia?" tambah Alven meminta persetujuan.

"Polos? Lo terlalu cepat menyimpulkan, Bung!" sambar lelaki yang memiliki warna kulit paling gelap diantaranya, lelaki tadi yang hampir meremukkan lengannya.

"Kenapa lo kelihatan sinis sama dia, lo punya masalah apa sama cewek ini?" kali ini Regis yang bertanya lelaki yang memiliki aura dominan bak raja yang tengah menikmati singgasananya. 

"Bukan, gue bahkan baru ketemu cewek ini, tapi gue udah kesel banget melihat dia dengan lancangnya menampar Javas didepan orang banyak, gila! Kalau gue jadi lo, Jav udah gue gampar balik dan pastikan dia dipecat malam ini juga."

Zehra termangu mendengarnya dengan tatapan masih kearah Theo yang baru saja memprovokasi atas dirinya. Namun Zehra tak bisa berbuat banyak dengan gusar ia menunduk.

"Kamu belum jawab pertanyaan Alven, jadi kenapa, Lyra?" tanya Javas dengan suara lembut berbalut merendahkan sambil mengangkat dagunya kembali.

"Ah, karena sulit dapat pekerjaan dan juga karena tuntutan ekonomi yang membuat aku bertahan bekerja disini" jawab Zehra sejelas mungkin agar tak lagi ditanya lebih jauh.

"Kamu manis dan tubuh kamu ngga terlalu gemuk aku yakin kamu bisa bekerja ditempat yang lebih positif dari disini, kenapa malah bertahan disini, Lyra?" tanya Alven tak menutupi pandangannya yang  memindai tubuh Zehra seolah tengah menilai.

Zehra balas memandang Alven dengan menahan omelan untuk berhenti lancang memindai tubuhnya seolah ia adalah barang yang ditimbang untuk dibeli, "Saya punya beberapa alasan yang lain Tuan." 

"Beberapa alasan? Jadi apa aja alasannya?"

"Stop asking Al, you making her not comfortable." seru Elkan dingin.

"Okay, i'm done." balas Alven sembari mengangkat dua tangannya bak penjahat yang menyerahkan diri.

"Lebih baik lo mulai Al, info apa yang lo bawa?" tanya Regis mode serius terbukti ia sudah menyingkirkan tangan wanita yang bergelayut manja di dadanya yang terbuka.

Regis, Elkan dan Theo mencondongkan tubuhnya ke arah Alven yang berlagak petinggi Intel memulai presentasi hasil penyidikannya.

Zehra menoleh pada Javas yang seakan tak berpengaruh pada sekitarnya, Javas masih memandang ke lantai bawah, menatap kumpulan manusia yang tenggelam pada hingar bingar club malam dengan tatapan tenang dan dinginnya.

Sejenak Zehra sibuk mengamati tingkah tanduknya para pria kaya dan mapan tengah bersenang-senang.

“Lyra,” Zehra tersentak kaku ditempatnya lantaran menyadari wajah Javas yang terlampau dekat pada kepalanya, bahkan deru napas mint bercampur aroma jantan menyerbu masuk indra penciumannya. 

“Lyra,” 

“Apa?” spontan Zehra menoleh dan matanya membola karena tanpa sengaja, ia mencium ujung hidung mancung milik Javas. Detik yang sama mata mereka saling bertaut dalam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kontrak Cassanova   74. Tertawan Nikmat

    “Dan aku mau!” tandas Javas mencengkram lengan atas Zehra, menariknya ke arah ranjang, namun segera dapat penolakan dari Zehra yang memberontak tak tentu arah. Kekuatan jantan Javaslah yang membuat ia tertahan."Sayang" Bibir Javas kini berada di dekat telinga Zehra. Membisikkan kata dengan sangat sensual. "Aku merindukanmu." "Jangan...." Zehra memejamkan mata. Jelang malam yang hujan dan dingin, suasana sepi, tubuh Javas yang kokoh dan luapan emosi yang telah lelah dibendung membuat gadis itu kewalahan. "Jangan lakukan ini, Jav! Atau aku akan teriak!" Penolakan Zehra berubah menjadi erangan saat tangan Javas menangkup dadanya di balik seragam. "Aku merindukanmu, kembalilah padaku." Ucapan Javas seperti sebuah alarm. Zehra berbalik, berusaha menjauh, tapi jemari kokoh lelaki itu menahan pinggangnya. "Nggak. Kita sudah selesai!" "Kita nggak pernah selesai. Jika sudah selesai, kamu nggak akan mendatangiku dan menerima sentuhanku, di apartemenku, apartemen kita!" "Aku… aku cuma mau

  • Terjerat Kontrak Cassanova   73. Pertemuan Tak Terduga

    Ricky tidak bergeming, dia hanya lurus menatap Javas yang juga memandangnya tanpa emosi yang bisa ditebaknya. Sejenak dia mengalihkan matanya ke Theo lalu kembali ke Javas. "Langsung saja, untuk orang yang sesibuk anda pasti ada sesuatu yang terlampau penting, jadi apa yang anda inginkan?” ujar Ricky setelah berhasil digiring oleh Theo dengan dalih akan menawarkan projek sebagai brand ambassador produk susu pria di pusat kebugaran langganannya.Javas meletakkan map merah yang berisi surat kesepakatannya dengan Zehra. “Apa kamu tahu apa isi map ini? "Zehra sempat bercerita denganku tentang surat kesepakatan yang mengikatnya padaku.” Ricky menyeringai penuh kemenangan karena membuat Javas cemburu akan keterbukaan Zehra dengan dirinya.“Aku sempat marah dan kecewa padanya namun pada akhirnya aku memilih memaklumi keputusannya, walau bagaimanapun ia begitu mencintai ayahnya meski ia terluka parah karena ayahnya. Maka dari itu aku tetap akan menikahinya. Yang membuatku terusik, perjanjia

  • Terjerat Kontrak Cassanova   72. Rencana Zehra

    Zehra merintih kesakitan setiap Ricky menciumnya demi menutupi bekas Javas yang menimbulkan ruam kemerahan di kulinya. Pria itu benar-benar kalap menggerayangi seluruh permukaan tubuh Zehra. Tarikan napas puas Ricky terdengar jelas setelah tarikan dia berhasil menyatukan dirinya dengan Zehra. Bertahun-tahun dia menunggu momen ini, momen dimana Zehra berbaring pasrah di bawahnya dengan kaki terbuka, momen saat dia berada di dalam Zehra, berkeringat bersama, saling bercumbu, saling menggerayangi, dan saling menikmati demi kepuasan bercinta. Ricky diam merasakan sensasi yang lama dirindukannya. Saat ini tidak ada saling, hanya dia seorang yang akan mencapai kepuasan itu. Sesering apa pun dia mencoba dan mengecap wanita lain, ternyata tidak ada yang senikmat Zehra, mungkin karena selama ini Zehra adalah wanita yang ia cintai sekaligus wanita yang menolaknya untuk dibawa ke ranjang, dan sensasi itu luar biasa.Seks itu subjektif. Tergantung bagaimana individu menilai pasangannya. Sensasi

  • Terjerat Kontrak Cassanova   71. Dilecehkan

    Zehra diliputi kecemasan, aura penindasan terlihat jelas dari sorot mata Javas. Zehra memang tidak pernah mengijinkan siapapun masuk ke sana, tempat itu tidak diciptakan untuk kesenangan sesaat para pria mesum sejenis Javas, tempat itu untuk mengeluarkan apa pun yang tidak dibutuhkan tubuh Zehra, bukan untuk dimasuki milik siapa pun. Menyadari dirinya dalam bahaya, Zehra beringsut mundur. Tapi sayang Javas Lebih cekatan memutar tubuhnya tengkurap lalu mengunci kedua tangan Zehra di belakang. "Jangan lakukan itu Javas, kumohon!" isak Zehra tidak bisa bergerak, sebab dia kalah tenaga. "I'll be the first there," ujar Javas mengikat tangan Zehra dengan tali bra-nya. Telinganya menuli, isakan Zehra malah membuatnya semakin bersemangat memberi pelajaran pada wanitanya yang berani mencium pria lain di depannya. Javas menarik pinggul Zehra mendekati miliknya yang sudah keras dan berhasrat. Tarikan kasar Javas otomatis menekuk kaki Zehra dan kepalanya menahan beban tubuh bagian depannya.

  • Terjerat Kontrak Cassanova   70. Hari Terakhir Kesepakatan

    “Kesepakatan sialan itu bisa kita ubah-”“Nggak! Aku nggak mau ada yang berubah!” Zehra menatap Javas dalam dan berani. Kemudian ia mulai menyunggingkan senyuman tipis, “Aku mau kembali hidup normal tanpa ada rasa bersalah, atau khawatir akan menyesal nantinya.”“Menyesal? Setelah banyak hal yang udah aku kasih ke kamu?!”Zehra mengangguk kecil masih tersenyum tipis, “Gimana sama kamu? Memangnya kamu belum mau berpacaran sama orang yang kamu inginkan dan punya hubungan serius sama dia?”“Dia? Siapa yang kamu maksud?”“Wanitamu … yang bernama Leticia?”***40 hari kemudian Zehra terbangun karena suara berisik yang ditimbulkan oleh aktivitas Javas, yang saat ini sedang berjalan mendekatinya. “Selamat datang, Jav. Kamu sampai terlalu pagi, tau!” sambut Zehra dengan suara mengantuk.“Habis dari mana kamu semalam?”“Apa? Aku?.... Kenapa kamu tanyain itu tiba-tiba?”“Dan kemarin malam juga, sama siapa kamu pergi dan apa yang kalian lakukan?”"Nafas kamu bau alkohol! Sebaiknya kamu tidur

  • Terjerat Kontrak Cassanova   69. Sebuah Jawaban

    Beberapa bulan kemudian“Jadi, kenapa kamu masih aja terlambat?”Zehra senyum tertahan atas sambutan Javas padanya yang terkesan sinis. “Aku… itu karena aku agak kesulitan dapat taxi onlinenya.”“Oh, ya? Bukannya karena kamu abis bertemu dengan teman kencanmu itu?”Zehra mengerjapkan matanya dua kali, ingatannya berputar saat ia kepergok sedang makan berdua di restoran mall oleh Elkan, salah satu sahabat Javas, dan tentu saja itu ia ia lakukan saat Javas tengah keluar kota dan menarik napas sebelum bicara. “Teman-temanku adalah teman-teman dia juga, dan jelas aku nggak bisa menghindari dia begitu aja ketika kami nggak sengaja makan siang di tempat yang sama, Jav!” Zehra lekas menjelaskan. Berharap kejujurannya bisa dipercaya oleh pria itu meski dengan kemungkinan yang sangat tipis."Kami… Cuma makan siang, nggak lebih…" Mata Javas menyipit tajam. Geraman terdengar dari dalam dadanya. Pengakuan Zehra membuat kecemburuan di dadanya semakin bergemuruh. Javas bangkit dari singgasananya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status