Javas mengerang karena bergairah, semakin merengkuh tubuh Zehra pada tubuh tegapnya yang membuat pipi Zehra memerah karena ikut merasakannya, dengan mata berkilat Javas mengusap pipi Zehra. "Jadi dari mana aja kamu seharian ini?" "Cuma di rumah, mengemas semua barang aku. Kamu ingat 'kan? Ini jadi hari terakhir-" "Aku berubah pikiran, ayo kita bertunangan!" Zehra mendorong dada Javas pelan, "Maaf, aku nggak bisa karena kontrak kita udah selesai, benar 'kan?" Tentang dua manusia yang tak pernah bersilang jalan sebelumnya kini terus dipertemukan hingga memantik rasa penasaran Javas Wira Sastro yang sudah muak dengan hidupnya, mencoba bermain api hingga memanfaatkan Zehra Deris yang terhimpit masalah. Mereka setuju untuk terikat dan tanpa sadar saling terbakar. Namun terlalu banyak perbedaan, drama serta celah diantara mereka. Hingga tiba saatnya mereka harus memilih antara tenggelam pada Drama Cinta Dewasa atau kembali pada Realita.
Voir plusTanpa sadar seulas senyum jahat muncul di bibirJavas, “Aku mau dia,” gumamnya sambil menunjuk perempuan itu.
Kalimat itu diucapkan dengan nada datar yang tenang, tetapi gaungnya terdengar ke seluruh ruangan. Entah kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Dan Zehra merasakan semua tatapan tertuju padanya. Pada dirinya yang sedang bersandar di meja bar, sibuk dengan menurunkan rok hitam pendeknya yang mulai terasa tidak nyaman.
Dengan gugup Zehra menegakkan tubuhnya, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mata itu. Mata coklat pekat sehingga nyaris gelap, menyebabkan pupil matanya tampak begitu hitam dan tajam.
“Cepat kesana! Dia mau kamu,” Anggito si bartender yang berdiri di belakangnya berbisik kepadanya, seolah takut kalau Zehra tidak cepat-cepat menuruti keinginan Javas, akan berakibat fatal.
Zehra mengernyit pada Javas, mencoba menantang mata laki-laki itu, yang masih menatapnya dengan begitu tajam tanpa ekspresi.
Zehra mengabaikan siulan dan nada-nada sumbang yang terdengar, membuat ia mencebikkan bibirnya dan mencoba berjalan menuju pria itu dengan wajar.
“Apakah… apa..” Zehra berdehem karena suaranya begitu serak, “Apa Anda ingin dibawakan minuman?”
Javas menatap Zehra dalam seolah tak puas ia memindai penampilan Zehra dari bawah hingga atas lalu berhenti tepat pada belahan dada yang sedikit terbuka hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukkan kepalanya.
“Bawakan satu, minumanku yang biasa!”
Secepat kilat sang bartender meracik minuman kesukaan pria itu, minuman yang biasa. Tangan Zehra gemetar ketika menerima nampan minuman itu. Pasalnya bos menatap memperingatinya ditambah beberapa rekan kerjanya yang melirik ingin tahu, Zehra sadar dan tak nyaman menjadi subjek perhatian, Sebentar saja Zehra….., gumamnya mencoba menyemangati dirinya sendiri. Sedikit lagi tugasmu selesai …… setelah itu ia akan mengerjakan yang lain yang biasa ia lakukan, sedikit lagi….
Zehra mengucapkan kata-kata itu bagaikan melafalkan doa, dengan langkah hati-hati ia mendekati Javas yang duduk di sofa berbentuk U bersama beberapa teman prianya yang memiliki vibes yang sama.
Zehrameletakkan gelas dan sebotol bir di atas meja yang kelewat rendah mengharuskannya menunduk dalam.
Pandangan Javas tertuju pada Zehra dan memandangnya tajam.
“Duduk!” Javas menjentikkan jarinya. Melirik tempat di sebelahnya.
Sekujur tubuh Zehra mengejang menerima perintah yang begitu arogan. Tanpa sadar matanya memancarkan penentangan, luar biasa sungguh arogan dan tak sopan!!
Ketika Zehra sibuk berdebat dalam hati, seorang waitress lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk tepat di sampingnya, menuruti permintaan Javas. Sehingga dengan kaku Zehra menggeser sedikit memberi jarak yang pantas di sebelah Javas.
“Siapa namamu?” Javas menatap tajam ke arah Zehra, sama sekali tidak melirik gelas minuman tadi dipesan.
Zehra sudah terbiasa dengan pertanyaan ini, ia melirik Bosnya dan semakin yakin atas anggukan itu.
“Lyra.” Jawabnya berdusta
Javas mengernyit menatapnya dengan seksama, lalu jemari panjang itu tiba-tiba terulur dan menarik dagu Zehra mendekat, supaya dia bisa mengamati wajah Zehra dengan cermat, yang di balas genggaman lembut untuk kemudian dilepaskan dengan hati-hati ditaruh di atas paha Javas.
Zehra tersenyum simpul dan menunduk sopan, mengabaikan tatapan dalam Javas yang mungkin tersinggung atas reaksinya.
“Aku belum pernah melihat wajahmu sebelumnya di sini, dia pelayan baru atau,-” tanya Alven berpikir
“Eh… dia… dia pegawai baru kami, tuan Alven, maafkan ketidaksopanannya, saya belum pernah mengajarkan bagaimana membawakan minuman untuk tamu sepenting Anda,” si bos klub menyela dengan gugup.
Wajahnya tampak cemas melihat Zehra melayani tamu pentingnya
dengan canggung terkesan setengah hati. Dengan pandangan memarahi dia memperingatkan Zehra, “Ayo cepat perkenalkan diri kamu pada tuan Regis, tuan Javas, dan yang lainnya juga kamu tahu 'kan ini salah satu kesempatan langka yang bisa kamu dapatkan. Dipanggil oleh kumpulan pria tampan, pokoknya paket lengkap seperti mereka.” jilatnya seraya tersenyum pada Javas.
"Heh, jangan buat dia dan gue marah, cepat layani dia, pastikan mereka mengeluarkan banyak uang malam ini dan kamu akan aku akan kasih komisi, setelah ini!" bisik si bos tepat di telinga Zehra.
Perintah itu membuat Zehra menegakkan dagunya menatap dalam yang diangguki singkat oleh si bos, lalu Zehra membalas tatap Javas,
“Saya Lyra, saya baru bekerja disini hampir tiga bulan dan ada lagi yang bisa saya bantu tuan-tuan yang terhormat,” jawab Zehra menarik kedua sudut bibirnya tanpa sampai pada matanya,
"Masih sangat baru, pantas saja." sungut Alven acuh.
"Kalau tidak ada lagi yang bisa saya bantu, saya permisi."
Zehra sempat berbalik sebelum tertarik ke belakang, Javas meraih pinggangnya dan menariknya tegas, hingga terduduk lagi namun kali ini bokongnya mendarat tepat di pangkuan Javas, sontak saja membuat sebagian teman-temannya terkekeh dan bersiul menggoda.
“Apa… apaaan….,” Suaranya terhenti ketika bibir yang keras dan dingin itu tiba-tiba memegang kepalanya dan melumat bibirnya. Perlu beberapa detik bagi Zehra sadar dan memberontak
ketika menyadari bahwa Javas sedang memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas.
Ciuman itu sungguh tak sopan karena bibir dingin Javas tanpa permisi langsung memagut bibirnya, melumatnya tanpa ditahan-tahan. Lidahnya langsung menyeruak masuk merasakan keseluruhan diri Zehra, menghisapnya, menikmatinya, dan menggilasnya tanpa ampun.
Sekujur tubuh Zehra terasa terbakar, panas karena amarah dan panah karena gairah. Lelaki ini sudah jelas-jelas sangat ahli ketika mencumbu perempuan, sehingga Zehra yang belum berpengalaman pun terbawa oleh gairahnya, mengalahkan kejengkelannya.
Tetapi pikiran bahwa lelaki ini tengah melecehkan dirinya sesuai apa yang disebut si penjahat kelamin dan ia tak sudi menjadi bagian dari banyak wanita yang pasrah hingga memuaskan rasa arogan dan kekuasaan pria itu, membuat Zehra merasa muak.
Dan tiba-tiba muncul kekuatan dari dalam dirinya untuk mendorong dada laki-laki itu menjauh dan menamparnya sekuat tenaga.
Plakk!!!
Suasana di klub itu menjadi sangat hening. Luar biasa hening. Bahkan musik yang hiruk pikuk itu pun terhenti karena semua orang berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap ke arah Zehra dengan gelisah menanti reaksi Javas, tak disangka-sangka Javas membiarkan Zehra yang lekas berdiri dari pangkuan dengan terengah-engah berhadapan dengan Javas yang menatapnya dalam masih duduk di sofa VIPnya yang berbentuk huruf U.
Sedetik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkram lengan Zehra dari belakang. Begitu menyakitkan hingga membuat Zehra menjerit mengadu.
“Kurang ajar lo!! berani-beraninya lo nolak dan mempermalukan Javas yang artinya lo mempermalukan kami semua, dasar perempuan gila!” teriak sebuah suara berat dan kasar.
Telinga Zehra berdengung akan teriakan lelaki itu, belum lagi tarikan serta jeratan yang meremas pangkal lengannya membuat ia berdiri, wajah Zehra memerah, matanya berair menahan tangis dan malu harus bertahan, tetap berdiri walau rasa takut menyergapnya. Sekali lagi Zehra meronta minta dilepaskan namun kekuatannya sebagai wanita yang jarang olahraga tak mampu mengalahkan kekuatan pria kasar itu.
“Theo, Lepaskan dia!”
Beberapa bulan kemudian“Jadi, kenapa kamu masih aja terlambat?”Zehra senyum tertahan atas sambutan Javas padanya yang terkesan sinis. “Aku… itu karena aku agak kesulitan dapat taxi onlinenya.”“Oh, ya? Bukannya karena kamu abis bertemu dengan teman kencanmu itu?”Zehra mengerjapkan matanya dua kali, ingatannya berputar saat ia kepergok sedang makan berdua di restoran mall oleh Elkan, salah satu sahabat Javas, dan tentu saja itu ia ia lakukan saat Javas tengah keluar kota dan menarik napas sebelum bicara. “Teman-temanku adalah teman-teman dia juga, dan jelas aku nggak bisa menghindari dia begitu aja ketika kami nggak sengaja makan siang di tempat yang sama, Jav!” Zehra lekas menjelaskan. Berharap kejujurannya bisa dipercaya oleh pria itu meski dengan kemungkinan yang sangat tipis."Kami… Cuma makan siang, nggak lebih…" Mata Javas menyipit tajam. Geraman terdengar dari dalam dadanya. Pengakuan Zehra membuat kecemburuan di dadanya semakin bergemuruh. Javas bangkit dari singgasananya
“Halo,”“Ra, akhirnya kamu angkat telpon aku juga! Ra, tolong bantu aku bicarakan pada pria itu untuk berhenti mengacaukan pekerjaanku! Aku sudah merelakanmu ‘kan? Jadi seharusnya dia menghentikan semuanya ‘kan?”Zehra menghela napas gusar dan menatap balik Javas yang menyeringai ringan kemudian mengangguk kecil. “Ya, aku akan menolongmu untuk bicara sama dia, ada lagi?”“Apa?... Ah, kamu mengerti ‘kan? Posisi aku? Kamu nggak marah sama aku ‘kan?”Zehra menahan nafasnya saat Javas menyambar ponsel dan mematikannya. ***Javas membuka kancing kemeja nya, melonggarkan ikat pinggangnya. "Apalagi yang bisa kulakukan selain ngobrol dengannya di tempat kerjamu. Kamu melarangku bicara dengan orang lain," balas Zehra berbaring di sofa panjang depan tv. "Entah kenapa aku nggak suka melihatmu bersamanya." Javas tiba-tiba menindih Zehra. Remote tv yang dipegangnya terjatuh karena kaget. Serangan Javas membungkam mulutnya sebelum protes. Awalnya Zehra meronta memukul dada Javas tapi lama-lama b
“Mau kemana?”refleks “Kenapa kamu harus menyamar jadi orang lain, hah? Apa tujuan kamu sebenarnya?”“Tujuan? Ckk… itu cuma sekedar nama panggung Jav! Lagian kamu tahu dari mana nama asli aku?”Javas memandang Zehra lamat lalu menjawab, “Aku jelas mendengar mantan pacarmu itu yang memanggil kamu Zehra.” “Oh, ya…. Kami saling mengenal sebelum aku bekerja di club malam,”“Lalu?”“Lalu, bukan cuma kamu orang yang memanggil aku dengan panggilan Lyra. Semua orang yang memakai jasaku, jga memanggil nama itu. Jadi apa kamu udah paham? Apa pembahasan kita udah selesai?”“Pergilah, setelah kamu, aku juga harus mandi atau kita bisa mandi berdu-”“Aku duluan!” potong Zehra segera berlalu.***"Iya Mah, aku paham. Tapi untuk kali ini aku lagi fokus membiayai urusan rumah sakit papah yang ternyata cukup banyak dan masih panjang. Tapi aku yakin aku bisa mengatasinya satu persatu." ucap Zehra sebelum ia memutuskan panggilan. Zehra menarik napas lega. Karena masalahnya sudah teratasi satu persatu d
Mataku mengerjap menyaksikan benda mencuat dengan begitu gagahnya. “Jadi?” Alis Javas terangkat menggoda.“Udah bereaksi ternyata,” refleks jawaban itu meluncur dari bibirku.“Yeah, I know" Javas mengangguk membuat bola mataku berputar. Dia terkekeh melihat wajah sebalku, sementara aku hanya bisa terpaku saat menyaksikan telapak tangannya perlahan melingkari miliknya lalu dengan santai mulai bergerak.Ya ampun, aku terpesona, seperti terhipnotis melihat pemandangan di hadapanku. Ada sesuatu yang sangat seksi melihat seorang laki-laki memuaskan dirinya sendiri, apalagi laki-laki setampan Javas, dengan tubuh tegap, rambut berantakan, dan cambang tipis yang membuatnya semakin maskulin, dengan celana yang ditarik ke bawah dan sepasang mata berkabut oleh gairah, dengan kepercayaan dirinya yang terpancar jelas.Tanpa ragu apalagi malu-malu, tangannya bergerak mantap mengurut miliknya yang semakin “Jadi mau mulai kapan? Karena milikku udah siap,” Suara serak Javas membuyarkan lamunanku. K
“dan mulai sekarang kamu hanya akan jadi milikku!”Zehra menjauhkan tubuhnya, menatap Javas dengan ekspresi kecewa. Dia berniat protes tapi ditarik kembali masuk dalam dekapan pria itu. "Aku akan meminta Theo menarik proposal kerjasama itu. Jadi nggak ada alasan dia buat nyalahin kamu kalau dia nggak kepilih jadi penanggung jawab di kantornya." "Jav, walau gimanapun kamu nggak boleh mencari masalah sama pekerjaan orang lain yang udah diperjuangin oleh siapapun itu, bahkan kamu sadar nggak sih? Kalau kamu udah ngerepotin teman kamu hanya untuk menyingkirkan Ricky dari tender itu. Maksud aku siapapun orangny, tolong jangan usik pekerjaan mereka demi Maslah pribadi. Karena kalau ada orang yang melakukan hal yang sama, aku yakin nggak ada orang yang terima dengan hal itu." bisik Zehra membujuk. Javas menarik napas berat menyadari betapa gigihnya perempuan ini mempermainkan logika dan simpatinya. Dia membaringkan tubuh Zehra di sampingnya lalu tangannya berusaha mengambil ponsel di atas
Zehra berguling-guling di tempat tidur, menutup tubuhnya dengan selimut berusaha menghilangkan pikiran aneh di kepalanya. Dia bingung apa yang harus dilakukan. Semuanya jadi rumit saat dia berencana menata masa depannya dan malah bertemu dengan Javas. Jam di dinding berdetak cukup nyaring dalam kekalutan Zehra, jam 22:15. Dia memperhatikan jarum jam itu terus berputar, sementara pikirannya bermain tarik-menarik antara akan kembali atau tidak ke apartemen Javas. Jika Zehra kembali, dia bisa membujuk Javas agar tak bermain-main dengan rekaman CCTV mereka yang sedang bercinta di berbagai sudut apartemen Javas, terlebih jika Zehra bisa kembali memanfaatkan Javas, dengan begitu masa depannya tak akan terancam, bukan? Zehra mengacak rambutnya frustasi, kembali berguling-guling di tempat tidur sambil menutup mata. Apa dia harus bertahan dengan keputusannya, tapi apakah dengan begitu Javas akan melupakan ancamannya? Dia yang pertama menawarkan diri. Karena panik setelah mendengar keadaan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires