Share

5. Fitting Baju

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2022-01-13 16:11:58

"Bah, bukankah ini sangat berlebihan? Kenapa dia kirim barang sebanyak ini? Padahal tadi uangnya sudah habis banyak buat bayarin hutang kita."

Abah tersenyum. "Terima saja, ini hadiah dari calon suamimu."

Inara pun mengangguk walaupun terasa berat di hati. Gadis itu berlalu ke kamarnya sembari membawa tas-tas belanja itu. Ia membongkarnya satu persatu. Beberapa helai baju yang cantik dengan bahan yang begitu lembut tersedia di hadapannya.

"Pasti barang-barang ini mahal harganya!" gumam Inara sendiri.

Ia beralih untuk mencobanya, gamis brokat tile, warna dusty pink, terlihat begitu elegan. Ada pula gamis berwarna abu-abu dengan hijab warna senada. Lalu gamis dengan warna coklat susu yang bagian bawahnya rumbai-rumbai.

***

Keesokan harinya, Inara sudah bersiap-siap. Gamis dan hijab warna abu-abu membalutnya saat ini. Kemarin Ettan bilang akan menjemputnya tepat jam delapan pagi. Dan dia harus memakai salah satu gamis pemberian tuannya.

Mobil sport mewah itu sudah bertengger mewah di halaman rumahnya. Beberapa tetangga yang melihatnya saling berbisik-bisik, mereka keheranan.

"Jangan-jangan si Inara jadi wanita simpanan orang kaya.l," celetuk salah seorang tetangganya.

"Iya, kemarin mau dinikahi Juragan Bani gak mau, eh ternyata jadi simpanan pria kaya. Ckckck!"

"Jangan-jangan sudah gak suci lagi itu si Inara, makanya dia mau. Kalian tahu sendiri kan orang-orang kaya itu tuh seperti apa?"

"Gak beda jauh dong kayak pelacur, penampilannya aja yang alim ternyata--"

Ettan yang tak tahan mendengarnya hendak memberi pelajaran pada para tetangga julid itu.

"Ettan, biarkan saja! Gak usah diladeni," ucap inara.

Pria itu mengangguk. "Ayo Non, kita harus berangkat sekarang!" sergah Ettan.

Inara melangkah ragu. Belum masuk ke mobil, ia menghentikan langkahnya.

"Maaf Tuan, laki-laki dan perempuan gak boleh berduaan nanti yang ketiganya setan," ucap Inara dengan polosnya.

Tetiba kaca mobil terbuka. Inara terkejut saat melihat Tuan Harshil tengah duduk di sana dengan tatapan dingin.

"Jadi kau anggap aku ini setan?" celetuk Harshil tiba-tiba.

Ettan mengulum senyum, ia tak tahan mendengarnya.

"Eh, Tu-tuan? Maaf saya gak bermaksud--" sapa Inara gugup.

"Sudah cepat masuk!" sergah Harshil lagi. Ia benar-benar kesal dibuatnya.

"Tapi--" Ucapannya mengambang di udara. Inara menoleh ke kanan dan kiri.

"Non, silahkan masuk ya! Tuan gak bakalan gigit kok!" seru Ettan bercanda. 

Ia mengulum senyum kembali saat Harshil menatapnya dengan tajam.

Inara mengangguk ragu, ia duduk mepet ke ujung.

"Kenapa mepet-mepet gitu duduknya? Disini kan masih longgar."

"Maaf Tuan, jaga jarak," sahut Inara. Gadis itu benar-benar gugup, jantungnya berdegup tak karuan. Baru kali ini dia merasa begitu canggung berhadapan dengan seorang laki-laki.

Harshil menghela nafasnya dalam-dalam lalu menggeleng pelan. 

"Ayo jalan, Ettan!" 

"Baik, Tuan."

Mobil melaju dengan kecepatan sedang.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Harshil memecah keheningan suasana.

"Sudah, tadi sama abah."

"Oke, berarti kita langsung ke tempat tujuan saja."

Inara mengangguk.

"Atau kau mau berjalan-jalan dulu?"

"Tidak, Tuan. Lebih cepat lebih baik. Biar cepat pulang."

"Kau gak nyaman pergi bersamaku?"

"Iya, Tuan. Soalnya kita ini bukan mahram."

"Jadi kau ingin aku segera menikahimu?"

Inara tertunduk dalam, tak berani menjawab apapun.

"Oke, kalau itu keinginanmu, besok kita ke KUA."

"Hah?"

"Biar kamu gak canggung saat jalan denganku," tukasnya lagi.

"Bukan itu maksudku--" Inara kecewa karena lelaki yang ada di sampingnya justru memalingkan wajah ke arah jendela.

Ettan yang mendengarnya dan sesekali memperhatikan mereka di kaca spion, ia mengulum senyum. Baru kali ini tuan mudanya penuh dengan semangat. Tak ada kemuraman di wajahnya. 

'Semoga ini awal yang baik buat tuan muda.' 

Tak butuh waktu lama, mereka sampai di area pelataran Wedding Organizer. 

Ettan membantu sang majikan turun dari mobilnya lalu mendorong kursi rodanya. Sementara Inara memandang dengan takjub bangunan mewah di hadapannya. Aneka baju pengantin mewah, dipajang di lemari kaca.

"Selamat datang, selamat berbelanja di toko kami," sambut salah satu pegawai dengan ramah.

Inara masih mengikuti langkahnya dari belakang. 

"Ettan, kau hubungi pemiliknya ya, aku akan langsung berkonsultasi dengannya."

"Baik, Tuan."

Ettan melangkah pergi menjauh dari mereka.

"Inara, kau pilih saja yang kamu suka," cetus Harshil.

Inara hanya mengangguk pelan, entah hatinya dilanda bingung. Ia tak terbiasa  berada di pusat perbelanjaan.

"Hallo, Tuan Harshil, baru bertemu lagi kita nih," seorang wanita berpakaian modis dan elegan berjalan menghampirinya. Mereka saling berjabat tangan.

"Tumben nih, datang kesini. Ngomong-ngomong gadis ini siapa?" tanya wanita yang bernama Susan itu penasaran. 

Terakhir kali Harshil datang kesini bersama seorang wanita, calon tunangannya--Chelsie, itu sudah dua tahun silam. Tapi rencana pernikahan mereka kandas karena Harshil mengalami kecelakaan. Dan terakhir yang ia dengar, Chelsie sudah menikah dengan pria lain yaitu Erick, yang tak lain tak bukan sahabat Harshil sendiri.

"Nyonya Susan, kenalkan, ini calon istri saya. Inara, namanya," sahut Harshil.

Inara menyambut uluran tangan Susan. Mereka saling melempar senyum. Walaupun dalam hati Susan bertanya-tanya kenapa tiba-tiba Harshil akan menikah dengan gadis low profil seperti dia? Dia bahkan tak mengenalnya sama sekali. 

'Apa sekarang selera Harshil sudah berubah? Dulu bukannya lebih suka perempuan yang seksi dan modis? Mereka berkenalan dimana?' Banyak pertanyaan bertebaran di kepala wanita itu. 

"Nyonya Susan, tolong kau pilihkan gaun terbaik untuk calon istriku ini."

"Siap, Tuan. Kapan nih pernikahannya akan digelar?"

"Tidak akan lama lagi."

"Hahaha, Tuan Harshil sudah bosan sendirian ya?" tanya Susan dengan nada meledek.

"Ya, aku butuh pendamping."

"Chelsie gimana? Kudengar ia sudah menikah dengan Erick?"

"Aku tak peduli lagi dengannya," ucap Harshil acuh. "Ayo Susan, tolong pilihkan gaun terbaik yang cocok dengannya. Kami masih banyak urusan."

"Hahahaha, its oke. Ayo Inara, kau ikut denganku."

Inara hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Susan ke dalam.

"Kau mau model yang seperti apa? Disini banyak pilihan modelnya," ucap Susan sembari menunjuk gaun-gaun cantik, tapi sayang semuanya terbuka. 

Inara menggeleng pelan. "Mbak, maaf, saya cuma ingin gaunnya tertutup dari ujung kepala sampai ke bawah."

"Gaun pengantin muslim?" tanya Susan memastikan.

Inara mengangguk. 

"Itu ada di belakang, tinggal beberapa saja. Inara tunggu disini ya, biar pegawai saya yang ambilkan."

Susan menyuruh salah satu pegawainya untuk mengambilkan gaun pengantin muslim.

"Nah, ini dia. Silahkan pilih yang warna apa?" tanya Susan sembari menyodorkan dua buah gaun, satu warna putih dan satu lagi warna ungu muda. 

"Putih saja, Mbak," jawab Inara tanpa pikir panjang. Baginya warna putih adalah warna yang suci, ia pun berharap bisa menjalankan pernikahannya yang suci.

"Kita coba dulu ya, Inara," sahut Susan. 

Gadis itu kembali mengangguk.

Usai mengenakan gaun pengantin itu, wajah Inara dipoles dengan make-up flawless, lalu Susan menghias model hijabnya dan menyematkan manik-manik headpiece untuk menambah kesan sempurna.

Susan tertegun melihat perubahan Inara, gadis itu terlihat sangat cantik. Dia seperti bidadari yang tersembunyi.

"Sudah selesai Inara, ayo kita temui calon suamimu itu," ajak Susan. Dia menggamit lengan Inara, tak sabar dengan reaksi Harshil.

"Tuan Harshil, lihatlah kemari. Bagaimana tanggapanmu dengan calon istrimu ini? Apa gaunnya cocok?" tanya Susan.

Harshil menoleh dan tertegun melihatnya. Seorang gadis biasa menjelma seperti putri yang cantik. Tanpa sadar ia menelan salivanya sendiri.

"Tuan muda Harshil, kenapa diam saja? Bagaimana tanggapanmu?"

Harshil masih memandang Inara tanpa berkedip. Ia berbisik lirih. "Cantik, sangat cantik ..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lz Lz
semakin tertarik membaca ceritany
goodnovel comment avatar
joko sutopo
bagus sekali. mantap cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   105. Antara Nafas dan Cinta (END)

    Harshil masih menenangkan diri di ruang perawatan bayi. Ia masih belum sanggup menemui Inara dalam keadaan yang menyedihkan. Berulang kali ia menghapus jejak genangan air mata. Nyatanya dia yang biasa tegar kini terlihat begitu rapuh. Bahkan sangat rapuh akan kehilangannya. Cukup lama, bayinya itu kembali tenang, sudah tak menangis lagi. Harshil bersiap menemui Inara. Di ruangan serba putih itu, Inara masih terbaring lemah. Ia sudah tak lagi memakai mesin ventilator hanya selang oksigen dan juga selang infus. Ia masih terdiam, belum mampu berucap satu patah kata. Harshil membuka pintu ruang perawatan. Inara menoleh ke arah suaminya, pandangan mereka bersirobok. Tanpa banyak kata, Harshil langsung menghambur ke arahnya, memeluk sang istri dan menciuminya berkali-kali. Dengan tangan gemetar, Inara mengangkat tangannya lalu berusaha mengusap genangan embun di kedua mata Harshil. Lalu membelai lembut bibir sang suami, membuat lelaki itu makin tak kuasa menahan air mata.Inara tersenyum

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   104. Sebuah Keajaiban

    Jika yang datang bisa pergi, lantas akankah yang pergi bisa kembali?***"Bangun sayang, kamu gak boleh pergi. Inara, banguuuun. Kau dengar aku kan?! Jangan tinggalkan aku sendiri di sini, Inara!! Aku sangat mencintaimu Inara, aku mencintaimu. Kumohon kembalilah, jangan pergiii .... Inaraku, bangunlah sayaaaaang."Inara masih bergeming meski Harshil berteriak dengan histeris. Harshil menghapus jejak air mata yang jatuh berderai. Ia bangkit dan kembali mencium puncak kepala Inara. Walaupun matanya terpejam, ia terlihat begitu damai dan teduh. Berkali-kali Harshil menelan saliva. Berharap ini hanya mimpi semata. Ia takkan pernah bisa terima bila Inara sudah tiada."Ah aku tau cara membangunkanmu, tunggu aku sayang ... Aku akan membawamu kembali."Harshil membuka pintu ruang perawatan dan kembali menutupnya. Sontak semua orang menatap ke arahnya. Keluarganya satu persatu sudah datang, mereka pun tengah menunggu kepastian, termasuk Chelsie yang didampingi oleh kedua orang tuanya datang.

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   103. Jangan pergi, Sayang

    "Ya, Tuan. Keadaan nona ..."'Ada apalagi dengan Inara?' Batin Harshil. Jantungnya makin berdegup dengan kencang. "Ada apa dengan Inara?" tanya Harshil dengan suara bergetar. Matanya sudah panas seolah kristal bening itu hendak berjejalan keluar."Tuan, keadaan nona kritis lagi."Tes ... Air mata itupun akhirnya jatuh tak tertahankan. Dia langsung mematikan panggilan teleponnya. Hatinya mendadak gusar."Van, kita ke rumah sakit sekarang!" titah Harshil dengan pandangan kosong. Perasaannya berubah tak enak. Khawatir, panik, cemas bercampur aduk menjadi satu. Apa yang terjadi pada Inara? Pertanyaan itu terus berputar-putat di pikirannya."Baik, Tuan." Vano memperhatikan sang majikan, merasa iba dengan keadaannya. 'Kasihan sekali, Tuan Muda."Vano memacu mobilnya dengan kecepatan kencang. Sepanjang perjalanan Harshil hanya diam, dengan perasaan yang berkecamuk begitu dahsyat.Terbayang kembali kenangan-kenangan manis bersama Inara. Kenangan yang takkan pernah bisa ia lupakan. Kepingan-

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   102. Siapa yang menyuruhmu?

    "Nak Harshil, gimana keadaan Inara?" Tiba-tiba Abah datang, wajahnya tampak begitu cemas. Teddy-lah yang sudah membawanya kemari.Harshil bangkit dan langsung menyalami tangan ayah mertuanya. "Abah bisa ikut aku ke dalam," ujar Harshil. Dia mengantarkan abah melihat kondisi putrinya. Di atas bed pasien, Inara tampak tertidur pulas dan damai. Wajah yang putih dan terlihat sangat pucat, membuat siapapun yang melihatnya melelehkan air mata. Abah menatap sang menantu, pandangannya seolah meminta penjelasan."Abah, maafkan saya karena tak bisa melindunginya dengan baik. Kata dokter, Inara mengalami koma akibat pendarahan hebat dan benturan keras yang dialaminya." Harshil mengambil nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan gejolak hatinya. "Tapi beruntung bayi dalam kandungan Inara masih bisa diselamatkan. Abah sudah punya cucu. Cucu yang sangat tampan," lanjut Harshil lagi dengan pandangan berkaca-kaca.Abah langsung mendekat ke arah putrinya. Bahu itu tampak berguncang. Abah menangis. Me

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   101. Cinta sejati takkan pernah mati

    Tanpa terasa butiran bening menitik di kedua sudut matanya. "Inara bangun, Inara! Bertahanlah sayang! Bertahanlah!"Beberapa orang langsung berkerumun. Bahkan ada yang hendak menolong Inara."Berhenti! Jangan sentuh istriku!" teriak Harshil. Emosi dan kesedihannya sudah memuncak bercampur padu menjadi satu.Mereka saling berpandangan, melihat kondisi Inara yang tampak begitu menyedihkan. Harshil meraih ponselnya dan menelepon Teddy supaya segera mempersiapkan mobil. Teddy berlari ke arahnya. "Tuan mobilnya sudah siap!" tukas Teddy, wajahnya pun ikut panik melihat kondisi nona majikannya.Dengan hati yang runtuh, Harshil mengangkat tubuh Inara. Dan berlari menuju mobil yang sudah dipersiapkan di depan mall. Tak peduli dengan tatapan orang-orang yang melihatnya iba. "Sayang, kumohon bertahanlah." Harshil terus menciumi sang istri, berharap ada keajaiban dan dia bisa sadarkan diri.Harshil duduk memangku tubuh Inara. Tak peduli rembesan darah itu sudah menodai bajunya. Ia mengusap peru

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   100. Jatuh

    "Mas, mau pilih yang mana? Kiri apa kanan?" Inara memberikan pilihan seraya menyodorkan kedua tangannya yang mengepal."Wah, kejutan apa lagi nih?" tanya Harshil. Dia beranjak duduk dengan pandangan yang antusias."Ayo mau pilih yang mana?" tanya Inara lagi."Yang kanan apa, Sayang?" Inara membuka kepalan tangannya. "Yeay makan jagung bakar," jawabnya seraya memperlihatkan sebuah tulisan di tangannya."Kalau yang kiri?" tanya Harshil. Inara membuka kepalan tangannya yang sebelah kiri. "Jalan-jalan ke pantai.""Ya udah aku pilih yang kanan dan kiri juga. Ayo kita jalan-jalan ke pantai sambil makan jagung bakar!""Hah? Beneran?""Iya, kalau bisa dua-duanya kenapa tidak?" Harshil menaik-turunkan alisnya menggoda."Beneran, Mas?" Inara kembali bertanya seolah masih tak percaya."Iya. Anniversary kita yang ke berapa tadi?""Sepuluh bulan!"Harshil mengulum senyum. "Oh iya, ayo. Siap-siap! Mandi dulu gih!""Eeh kan aku udah mandi dari sebelum subuh! Mas sih, habis subuhan malah tidur lagi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status