Share

Beken 7

*Happy Reading*

ARTIS CANTIK N DEVIA MUTIARA TERTANGKAP KAMERA TENGAH BERBUAT MESUM DENGAN SEORANG PEBISNIS SUKSES DI SELA  PEMOTRETAN. APAKAH INI RAHASIA KARIERNYA YANG CEPAT NAIK?"

Aarrggg ....

Rasanya, aku ingin sekali menjambak rambutku sendiri saat ini, melihat sebuah headline berita gosip di salah satu akun lambe-lambean.

Untungnya, aku ingat jika rambutku baru saja keluar dari salon, dan menghabiskan banyak uang untuk perawatannya. Jadinya ... gak aku jambak, lah. Sayang-sayang duit yang udah keluar, dong.

Namun, sumpah demi sempak pink petrik yang tidak pernah di ganti. Aku kesel sampai ubun-ubun melihat kabar tersebut. Karena ... ya, sembarangan aja bilang itu rahasia karierku! Lah, ketemu si papa aja aku baru berapa minggu doang, kan?

Ah, Netizen mah suka ngadi-ngadi!

Rahasia ketenaranku mah bukan si papah. Tetapi doa si Nurbaeti dan Intan yang teraniaya oleh orang dekatnya. Nur oleh titik-titik, baca di novelnya sendiri. Intan oleh ... siapa lagi kalau bukan Si Bella.

Nah, kalau si papah mah cuma bintang tamu. Ngapain dibawa-bawa? Meski ....

"Wah, Dev! Pesona Pak Alex memang luar biasa, ya? Baru kayak gini aja, udah bikin lo jadi haedline di mana-mana. Keren! Bakal mendadak virall lo! Yosh! Gue harus mempersiapkan diri menghadapi serbuan endors dan kerjasama buat lo kayaknya."

Nah, ini! Ini yang sebenarnya aku takutkan sejak awal. Kehadiran Pak Alex yang terlalu anak sultan. Eh, bukan. Anak sultan mah si Tita, ya? Kalau gitu Pak Alex berarti paduka raja. Bener, gak?

Nah, jika deket sama anak sultan bisa bikin virall berkepanjangan. Apalagi deket paduka rajanya, coba? Mau setenar apa aku?

Karierku pasti akan meroket tiada tara, ya kan? Namun, entah kalian mau percaya atau tidak, justru aku paling benci hal kayak gini.

Sebab apa? Sebab nanti usaha kerasku sampai di titik ini tidak ada harganya!

Orang akan mengenal aku sebagai artis yang menggunakan orang dalam untuk terkenal, dibanding artis berprestasi yang layak untuk dikenal.

Meski ... aku belum punya prestasi apapun, sih? Masih berupa bubuk sagon, yang ngebul kalau kalian makan sambil ngomong.

Namun kembali lagi ke topik. Apapun dan bagaimana pun aku sekarang. Aku punya cerita dan perjuangan sendiri bisa sampai ke titik ini.

"Berisik deh lo, Lik. Jangan ngadi-ngadi. Gue akan minta Pak Alex bikin konfirmasi bantahan tentang hal ini. Lo tahu kan, gue gak suka hal kontroversi kek gini," bantahku kesal, saat Lika malah dengan seenaknya membayangkan tumpukan kerjaan, yang pasti bikin aku kek kembali ke jaman romusa.

"Eh, jangan, Bego! Mayan buat pansos!" larang Lika tak setuju.

"Pansos mata lo belekan! Karier gue gak sengenes itu, sampai butuh pansos kek gini! Bikin kesel aja tahu, gak?" Aku pun menghardik kesal.

"Ya tapi ... kan mayan, Dev. Dengan begini lo bakal--"

"Pokoknya gue gak mau, Lik! Titik gak pake koma," selaku cepat, dengan ketegasan yang tidak kaleng-kaleng.

Asli! Aku tuh kesel banget sama berita itu. Karena baru sehari tayang aja, udah bikin aku diragukan semua orang.

Apaan katanya? Rahasia ketenaran?  Ugh ... pengen aku ajak ngerujak aja tuh yang nulis berita. Biar nanti sekalian aku ulek jadiin sambelnya.

"Dev, ayolah. Jangan terlalu keras kepala. Gosip itu tuh bagus buat karier elo. Nih, liat. Begini aja udah banyak banget yang ngundang lo ke podcast, bintang tamu di acara gosip dan--"

"Awas aja kalau lo terima!" tukasku sengit setelahnya. Membuat Lika lumayan terkesiap.

"Harus berapa kali gue bilang sama lo, Lik. Gue gak mau jadi artis kek gitu. Gue gak mau virall karena sebuah kontroversi. Gue cuma mau, orang-orang kenal gue karena prestasi gue, bukan gosip murahan kek gitu!" Aku menambahkan dengan sungguh-sungguh, berharap Lika mengerti apa yang aku rasakan saat ini.

"Tapi--"

"No coment, Lik! Pokoknya sampai ada yang lo terima tuh tawaran. Gue pecat lo!" Finalku akhirnya, memilih merebahkan diri pada kursi mobil, dan memejamkan mata.

Aku lelah!

***

"Dev, noh ada yang minta waktu lo."

Melirik arah tunjuk Lika sejenak, aku pun hanya bisa mendesah lelah, saat lagi-lagi melihat kerumunan wartawan yang menungguiku saat sesi pemotretan.

Ya, Rob! Sampai kapan ini berakhir.

"Gue gak mau!"

"Tapi, Dev--"

"Daripada itu, lo sendiri gimana? Udah berhasil bikin janji temu sama Pak Alex belum?" selaku cepat, sengaja mengalihkan pembicaraan. Membuat Lika menggaruk tengkuknya yang ku tahu sebenarnya tidak gatal.

Ah, tidak usah dijawab pun aku tahu. Pasti dia gagal lagi. Ck, maunya apa sih tuh si papah. Setelah seenaknya bikin gosip buat aku, orangnya malah raib gitu aja.

Aku memang meminta Lika mengatur pertemuan pribadi dengan Pak Aksa, untuk membuat konfirmasi bantahan serempak, agar gosip ini tidak makin menyebar.

Sebenarnya, bisa saja, sih. Aku bikin bantahan sendiri. Namun Mbak Laras menolaknya. Karena sama seperti Lika, di otak atasanku itu hanya ada uang, uang, dan uang.

Jadi, selama gosip ini menghasilian cuan untuk agensinya, dia tidak masalah dengan gosip yang sebenarnya sudah membuat aku selalu naik darah ini.

Beruntung Pak Aksa bukan orang sembarangan. Makanya Mbak Laras tidak bisa berbuat seenaknya menjual namaku dan nama Pak Aksa untuk kepentingan bisnis. Salah langkah, habis sudah usahanya.

Makanya, Mbak Laras pun menyuruh aku menemui Pak Aksa dan membuat klarifikasi bersama. Atau menunggu saja sampai gosip ini berhenti sendiri.

Akan tetapi ... sampai kapan? Aku capek dikejar awak media terus. Kan, aku jadi gak bebas main ke tempat Intan sama Nur lagi.

Kangen ghibah sambil ngeliwet aku, tuh.

"Apa gak sebaiknya, lo telpon sendiri aja Pak Alex? Siapa tahu, kalau lo sendiri yang nelpon, dia mau ketemu?" usul Lika.

Sebenarnya itu bukan usul yang buruk, hanya saja ... males banget sih harus nelpon duluan. Nanti kalau Pak Alex besar kepala, gimana? Lagian aku gak bisa telpon cowok duluan.

"Males."

"Tapi, Dev--"

"Dahlah biarin aja. Abis ini seperti biasa, cariin gue jalan tikus biar bisa pulang tanpa ketemu mereka," selaku kemudian, seraya bersiap melakukan sesi photo kedua.

Kali ini, tema pemotretannya garden party, jadinya aku harus berpose bersama teman-temanku di kebun buatan, yang di tata seapik mungkin.

"Okeh, Dev. Bersiap, ya," seru Toto memberi titah.

Aku sudah siap, sudah memasang gaya terbaik, saat tiba-tiba seruan kecil itu datang. Membuat semua mata yang ada di sana menoleh pada sumber suara.

"Mama?"

Eh? Apa?

Tita pun lalu berlari riang ke arahku, sambil membawa sebuah buket bunga yang kemudian dia serahkan dihadapan orang-orang.

"Dari Papa. Katanya, maaf belum bisa ketemu. Soalnya Papa masih ada perjalanan bisnis. Nanti kalau udah balik, kita dinner sekalian sama Oma dan Opa."

Aduh, makin virall gue!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status