Share

Bab 2. Sentuhannya

Pria yang mengantar Dini ke kamar hotel adalah Max asisten Kenzi dan ia bernafas lega saat Dini sudah masuk ke kamar dengan sedikit ancaman. Entah darimana Max mengenal Anna yang penting Max telah menemukan sosok yang akan membuat Tuannya tidak mengganggu gugat aset berharganya. Max masih setia berdiri di depan kamar tersebut untuk berjaga-jaga wanita di dalam jika gagal karena seperti yang sudah-sudah belum ada 15 menit wanita tersebut keluar dengan wajah berantakan. Namun Max berharap wanita kali ini harus berhasil memuaskan Tuannya.

Kenzi sedang memperhatikan sikap polos wanita yang berada di kamarnya, ada sedikit senyum di bibir Kenzi melihat tingkah konyol wanita itu yang menghempaskan bokongnya di sofa. Kenzi masih berdiri dengan tangan bersedekap, "sepertinya Max membawa anak playgroup kemari, tapi ini cukup menarik."

Dini lupa akan maksud kehadirannya di kamar tersebut, Dini terlalu terpukau dengan luasnya kamar hotel ini jika dibandingkan dengan kamar sangat jauh berbeda. Dini tersenyum senang saat ia menduduki sofa empuk dan meraih minuman kaleng yang ada di meja, sedikit lancang sebenarnya tapi ia sangat haus lagian di kamar ini seperti tidak ada siapa-siapa. Saat minuman tersebut hampir tandas terdengar suara bariton.

"Gimana, bisa kita mulai sekarang?" Ajak Kenzi yang sudah berada di depan Dini.

Dini yang sedang minum pun terkejut dan menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya sampai mengenai celana Kenzi. Dini terbelalak, "maaf…maaf…Om saya tidak sengaja."

Kenzi menyipitkan matanya, "apa kamu bilang, Om?"

"Ja-di saya harus panggil apa?" Tanya Dini dengan polos.

"Max benar-benar membawa anak Paud" geram kenzi dan didengar oleh Dini.

"Saya Dini, Om. Bukan Paud, tadi saya kemari disuruh ibu saya untuk menjumpai teman ibu saya. Apakah Om teman ibu saya atau Ibunya Om teman ibu saya?" Kata Dini yang masih duduk di sofa sedangkan Kenzi masih berdiri menatap tajam Dini.

Kenzi mengusap kasar wajahnya, untuk saat ini ia tidak peduli siapa wanita yang di hadapannya. Dengan wajah merah menahan amarah Kenzi menghampiri Dini dan mencekal tangan Dini buat berdiri.

Dini yang terkejut spontan berdiri dan sekarang mereka saling berdekatan tanpa ada jarak. Kenzi bisa merasakan kalau jantungnya berdetak lebih cepat beda seperti kalau ia sedang bersama wanita sewaan yang lain.

Dengan nafas memburu Kenzi berucap, "saya bukan teman Ibu kamu dan tugas kamu disini adalah membuat pusaka saya bangun."

Dini mulai ketakutan melihat sorot mata yang menyeramkan bahkan kata-katanya juga membuat Dini bertambah takut.

"Ma-maksud Om apa? Kenapa dengan pusaka Om harus saya yang bangunkan?" tanya Dini tidak paham dengan maksud Kenzi.

Kenzi tampak frustasi dengar ocehan Dini, sepertinya bocah ini sama sekali belum mengerti hal hal begitu. Kenzi pun langsung menarik tangan dini dan membawa Dini ke dalam kamarnya kemudian menghempaskan Dini ke tempat tidur berukuran king size.

Lagi-lagi Dini terpukau dengan tempat tidurnya, ia bahkan mengelus permukaan sprei yang halus. Kenzi yang melihatnya bertambah geram, maksud hati Kenzi ingin membangunkan pusakanya malah menaikan darah tingginya.

Kesabaran Kenzi habis, Kenzi pun membuka bajunya semua dan menyisakan boxernya. Dini melotot melihat Kenzi membuka bajunya, ia yang baru pertama melihat tubuh laki-laki pun menjadi lemas dengan jantung berdebar-debar.

"Om…mau apa? Kenapa Om membuka baju?" Tanya Dini dengan tubuh mulai gemetaran.

Kenzi malas menjawab ocehan Dini dan ia pun merangkak ke tempat tidur dimana Dini mulai memundurkan tubuhnya.

Tubuh atletis Kenzi membuat Dini menelan air liurnya, tubuh itu seperti tubuh oppa oppa korea yang sering ditonton. Lamunan Dini buyar saat tangannya kembali di sentuh oleh Kenzi.

"Kamu tau pusaka ku yang mana?" Tanya Kenzi masih dengan menggenggam tangan Dini.

Dini hanya menggeleng dengan tubuh gemetar ketakutan.

Mata Kenzo melirik ke bawah dan Dini pun mengikuti arah mata Kenzo melihat ke bawah dan alangkah kagetnya saat Dini tersadar kalau pusakanya itu ada di balik boxernya.

Dini berusaha menarik tangannya, namun sayang tangannya digenggam erat oleh Kenzo.

"Dengar anak paud, tugas kamu itu hanya memegangnya tidak lebih tapi kalau kamu mau lebih itu lebih bagus karena aku sudah membayar mahal dirimu"

Dini kembali berusaha menarik tangannya, Dini tidak mau tangannya ternoda memegang pusaka milik Om mesum tersebut. Kenzi yang mendapat perlawanan pun menjadi kesal sehingga terjadi tarik-menarik tangan Dini.

"Ternyata ini anak bukan sembarangan Anak Paud kuat juga tenaganya" bathin Kenzi dengan tetap mempertahankan tangan Dini.

Melihat Kenzi sedikit lengah Dini pun menarik tangannya dengan kuat namun bukannya tangan Dini terlepas tetapi tubuh Dini menjadi terlentang di tempat tidur dan membuat Kenzi ikut tertindih di tubuh mungil Dini.

Kenzi merasa seperti tersengat listrik saat tubuhnya menindih tubuh Dini. Kenzi pun menelan air liurnya saat matanya melihat bibir ranum Dini yang sedikit terbuka yang seakan menggoda Kenzi.

Dini tidak memiliki tenaga lagi saat tubuh besar Kenzi menindihnya dan bisa Dini rasakan kalau ada sesuatu yang menonjol di bawah sana. Kenzi tidak sadar kalau pusakanya sudah bangun karena Kenzi seperti terhipnotis dengan bibir merah Dini.

Gairah Kenzi tidak bisa tertahan lagi, ia pun langsung mendaratkan bibirnya ke bibir ranum Dini. Dini melotot saat bibir mereka bersentuhan, ini merupakan ciuman pertamanya dan harus di nikmati sama orang yang tidak Dini kenal. Kenzi yang merasakan bibir Dini yang manis dan lembut seperti permen yang kenyal bergula semakin bernafsu dan tanpa memperdulikan tatapan mata Dini yang seakan bola matanya mau keluar. Kenzi kembali mencium Dini penuh kelembutan. Tangan kenzi pun tetap menuntun tangan Dini untuk menyentuh pusakanya.

Dini pun semakin terbuai dengan ciuman lembut Kenzi dan tanpa sadar tangannya sudah menyentuh pusaka Kenzi. Kenzi melepaskan ciuman saat tangan Dini menyentuh pusaka dan Dini terbelalak saat tersadar menyentuh sesuatu yang belum pernah disentuh, ada rasa takut di hati Dini membayangkan pusaka yang Kenzi bilang tadi berdiri tegak dan bergerak-gerak.

Kenzi tersenyum bahagia ternyata apa yang ditakutkan Kenzi tidak benar dan dia bisa merasakan bahwa pusakanya terbangun dengan gagah hanya karena sentuhan singkat wanita yang berada di bawahnya.

Melihat senyuman Kenzi, jantung Dini semakin berdetak cepat dan deru nafas memburu. Pikiran buruk pun muncul di benak Dini, ia membayangkan pusaka yang sudah bangun itu akan menebasnya. Wajah Dini semakin pucat dan bayangan pria di hadapannya pun semakin kabur dan sesaat Dini tidak dapat melihat apa apa lagi alias pingsan.

Kenzi terkejut saat tiba-tiba mata Dini tertutup, Kenzi pikir Dini malu sehingga ia menutup matanya. Namun wajah Dini yang tampak pucat menandakan wanita tersebut bukan malu tetapi tidak sadarkan diri. Kenzi pun menepuk nepuk pipi Dini agar bangun, " hai….gadis paud bangun, mengapa kamu jadi pingsan hah? Ayo bangun!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
haha dini saking lugunya sampai pingsan pegang pusaka kenzi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status