Share

Bab 5

Lysia ingin sekali rasanya berlari pergi untuk menghentikan aksi yang menyeramkan yang dilakukan oleh Ivander. Namun, nyalinya sudah lenyap.

Lysia tidak bisa melakukan apapun dan menyaksikan penyiksaan yang terus dilakukan oleh Ivander membuat dia lemah dan ketakutan.

Sedangkan Ivander, dia terus saja memukul, merobek dan mencabik tubuh pria yang ada di hadapannya itu, lalu menjambak dan mematahkan lehernya di hadapan Lysia.

Ivander meraih sebuah pedang samurai yang sudah disediakan oleh anak buahnya. Saat ini sudah berada di tahap penghabisan. Ivander akan mengakhiri nyawa orang yang sudah mengkhianati dia.

"Aku peringatkan ini, Lysia. Jangan pernah mencoba untuk lari dariku agar kau tidak bernasib sama seperti dia." ancam Ivander.

Mata Lysia membola, dia terus saja menelan salivanya dengan susah payah. Melihat Ivander yang memegang senjata pedang samurai itu membuat Lysia tahu apa yang akan dilakukan oleh Ivander.

Lysia mulai melangkah mundur, perlahan tapi pasti, dia tidak ingin melihat hal yang lebih mengerikan lagi dari yang tadi.

Lysia pun langsung membalikan badan dan langsung berlari dari tempatnya kini. Dia tidak ingin melihat pedang samurai yang dipegang oleh Ivander dilayangkan kepada leher orang itu.

Lysia menangkup telinga sambil berlari dan menangis, terus saja terputar akan jeritan dan tangisan pria yang disiksa oleh Ivander dan hal itu membuat Lysia menderita. Lysia begitu syok karena baru mengetahui kalau Ivander orang yang sudah membelinya itu adalah seorang Mafia kejam berhati batu.

"Arhm."

Gedabrugh ….

Lysia tidak sengaja tersandung dan akhirnya terjatuh. Saat ini dia sedang berada di luar dan merasa tidak berdaya. Selama hidupnya Lysia tidak pernah melihat kekerasan sama sekali. Akan tetapi, semenjak kedua orang tuanya tiada meninggalkan dia, sekarang mulai muncul cobaan-cobaan besar yang datang menghampiri hidup Lysia.

Lysia pun mulai duduk di atas rumput hijau dan merengkuh lututnya sendiri, "papa begitu kejam. Kenapa papa menjual putrinya sendiri kepada pria mafia? Dia sangat menyeramkan dan terlihat seperti monster."

Lysia terus menangis dan meratapi dirinya. Bahkan rasanya dia tidak sanggup lagi untuk berkata-kata dengan apa yang telah terjadi.

Sepuluh menit dia menangis ….

Ivander datang sambil membenarkan pakaiannya. Dia membenarkan kerah kemeja dan memposisikan diri di samping Lysia.

Lysia yang menyadari keberadaan pria itu rasanya ingin lari dan muntah melihat wajahnya. Namun, dia merasa tidak berdaya dan jadi takut untuk bertindak.

"Ayo kita pergi," ajak Ivander dengan dinginnya. Dia sama sekali tidak memperdulikan bagaimana perasaan Lysia saat ini.

Satu ….

Dua ….

Tidak ada jawaban, akhirnya membuat Ivander melihat ke arah Lysia yang rupanya sudah tergeletak di sampingnya.

"Baru menyaksikan itu rupanya kau sudah pingsan," gumam Ivander.

***

Ivander menatap wajah Lysia yang sedang berbaring di atas ranjang. Rupanya gadis ini sampai pingsan satu hari gara-gara kejadian kemarin.

"Rupanya mentalnya begitu lemah."

Ivander menggelengkan kepalanya, sambil terus menatap lekat wajah Lysia yang mungil itu.

Bulu mata Lysia terlihat begitu lentik, hidungnya yang mancung dan bibir tipis itu membuat Ivander bergairah.

"Papa …," gumam Lysia menangis dan meraung memanggil kata papa.

Ivander yang baru saja akan terduduk, langsung kembali mengecek kondisi Lysia. Namun, rupanya Lysia masih belum sadar dan kemungkinan sedang mengigau.

"Papa kejam menjual putrimu sendiri kepada seorang mafia …. Lysia takut Pa …," jerit Lysia di alam bawah sadarnya dan bisa didengar oleh Ivander.

Ivander pun kembali menyelimuti tubuh Lysia, entah mengapa ada perasaan bersalah juga karena telah mempertontonkan kekejamannya.

Ivander menatap ke arah kursi dan duduk di sana. Membaca koran sambil menunggu kesadaran Lysia.

Setelah beberapa jam berlalu ….

"Lysia, akhirnya kau bangun juga," ucap Ivander yang melihat Lysia mencoba untuk duduk.

"Minum, nih!" suruh Ivander menyodorkan sebuah gelas yang berisikan air susu.

"Kau belum sarapan, jadi makan ini." Ivander juga menyodorkan sebuah roti dengan selai coklat.

Lysia terdiam seribu bahasa, dia tidak berani untuk melihat wajah Ivander.

"Ayo habiskan cepat makananmu, setelah ini kita akan pergi ke suatu tempat."

Lysia mengunyah makanan yang rasanya tidak enak itu. Mendengar ucapan dari Ivander semakin membuat selera makannya lenyap. Sungguh dia takut kalau Ivander akan melakukan hal yang mengerikan seperti kemarin.

Lysia sudah rapi mengenakan pakaian yang sudah disiapkan untuknya.

Ivander langsung meraih tangan Lysia yang saat ini berada disampingnya.

"Mau kemana kita?" tanya Lysia.

Sekuat tenaga akhirnya Lysia menghancurkan rasa takutnya. Kalau dia terlihat lemah maka dia yakin akan dimanfaatkan oleh pria itu. Jadi, dia pun bersikeras untuk selalu berani kepada seorang mafia dingin ini.

Ivander menatap wajah Lysia, rupanya wanita ini mempunyai sikap yang keras.

"Ikut saja!" jawab Ivander dan langsung melangkah ke arah lift.

Lysia langsung melangkah mengikuti Ivander, lalu pada saat Ivander hendak memasuki sebuah lift. Lysia langsung menarik tangannya, sehingga sampai tidak tertahan dan mereka berdua malah terjatuh. Mengakibatkan tubuh Lysia tertindih tubuh Ivander.

Lysia langsung mendorong tubuh Ivander dengan keras.

"Ish, kau yang menarikku, tapi kau yang mendorongku," kesal Ivander.

Lysia memutar bola matanya malas, jujur dia jijik sekali telah bersentuhan dengan tubuh pria itu.

"Saya tidak akan pernah mau menikah denganmu. Apalagi saya sudah menyaksikan sendiri betapa kejamnya dirimu." tangguh Lysia melipat tangan di dada.

"O'ow bukannya takut terhadapku kau malah tetap bersikap keras. Hebat … hebat …," ucap Ivander sambil bertepuk tangan dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak takut kalau kau membunuhku. Bunuh saja aku daripada aku harus menikah denganmu," ujar Lysia.

"Kalau aku membunuhmu maka aku akan mengalami kerugian yang teramat besar," sahut Ivander sambil memikirkan sesuatu.

Lysia menatap tajam mata Ivander yang sedang berpikir.

"Kalau begitu lepaskan aku. Maka aku akan berusaha untuk membayar hutang papaku. Dengan aset dan apa yang keluarga Willsom punya. Pasti aku bisa melunasi hutang papa, dan sisanya aku akan menyicil."

Ivander semakin tertawa keras dan terbahak-bahak. Hal itu membuat Lysia merasa keheranan dan kesal.

"Percaya diri sekali, kau. Aset yang dimiliki oleh keluarga Willsom sudah habis dipakai taruhan olehnya. Kalau kau tidak percaya, bisa kau cek sendiri. Hubungi pengacamu cepat!" suruh Ivander.

Lysia terkesiap mendengar itu, masa iya aset yang dimiliki keluarganya habis?

Ivander pun langsung menyerahkan ponsel miliknya untuk menghubungi pengacara keluarga Willsom.

Lysia menelan salivanya yang begitu seret. Sudah tidak ada harapan lagi setelah menghubungi pihak pengacara keluarga Willsom tentang aset yang dimiliki. Rupanya ucapan dari Ivander ini semua benar, kalau aset yang ada itu sudah habis alias lenyap. Teka-teki ini banyak sekali, apa yang sudah ayahnya perbuat selama ini? Kenapa bisa semua kekayaan bisa lenyap begitu saja?

***

Suara dengungan musik terdengar, Lysia memasuki sebuah tempat yang isinya begitu banyak sekali wanita berpakaian minim.

Lysia melihat ke sekelilingnya dan sungguh dia kebingungan sekali karena Ivander membawanya ke tempat yang belum pernah dia injak ini.

Pada saat berjalan memasuki tempat ini, Lysia melihat ada seorang wanita yang sedang berciuman tanpa ada rasa malu di dekat pillar.

"Ya ampun, kenapa dia membawaku ke tempat seperti ini?" gumam Lysia sambil membuang tatapannya. Karena risih melihat orang lain yang sedang berciuman.

Ivander dan Lysia pun terus melangkah dan langsung menduduki kursi yang ada di dalam tempat ini.

"Untuk apa kamu membawa kukemari?" tanya Lysia menatap Ivander.

Semenjak datang ke tempat ini, banyak sekali wanita yang merengkuh memberi hormat kepada Ivander. Sedangkan Ivander sendiri hanya menanggapinya dengan santai dengan hisapan nikotin yang terselip di bibirnya.

"Tentu saja agar kau bisa melunasi hutang kau padaku," jawab Ivander dengan santai dan membuang kepulan asap di dalam bibirnya.

"Bagaimana caranya?" tanya Lysia, "yang penting aku tidak menikah denganmu." Lysia tidak sabar ingin pergi dari Ivander.

Lysia begitu geli melihat banyaknya wanita yang melayani Ivander. Mulai dari menuangkan wine ke dalam gelas yang Ivander pegang dan memijat pundak pria itu.

"Rasanya muak sekali berada di tempat ini. Tolong katakan bagaimana caraku membayar hutang itu? Asalkan aku tidak menikah denganmu," ucap Lysia.

"Ya, ya, ya, ucapan itu tidak perlu terus menerus kau ulangi. Yang jelas saat ini aku sudah mempunyai cara agar kau yang keras ini bisa membayar hutang itu," terang Ivander dengan sebuah wine yang ada di tangannya.

Lysia begitu penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Ivander dan berharap kalau memang benar ada cara lain untuk melunasi hutang itu selain menikah dengannya.

"Ayo katakanlah! Jangan membuatku menunggu."

"Dengarkan ini baik-baik. Aku memberimu dua pilihan terakhir untuk itu. Yang pertama, singkirkan egomu dan menikah denganku. Atau kau harus menjual dirimu di rumah bordil milikku ini."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status