Share

Bab 4

Lysia yang sedang merenung tiba-tiba melihat para maid yang masuk ke dalam kamarnya.

"Silahkan dipakai ini, Nona," ucap maid tersebut dan meninggalkan Lysia yang masih terduduk di bawah ranjang.

Lysia menatap sebuah gaun pernikahan yang berwarna putih dengan balutan mutiara indah. Menatap itu rasanya begitu kesal dan menjengkelkan karena dia tidak mau menikah dengan pria yang bernama Ivander.

"Ayo berdiri biar saya bantu," ucap maid ingin membantu Lysia mengenakan pakaian itu.

"Pergi saja, saya bisa bersiap sendiri." tolak Lysia.

"Tapi … nanti Pak Ivander akan marah, kalau anda terlambat Nona."

"Tidak akan, saya bisa memakaikannya sendiri kalian pergilah dari sini!"

Setelah maid yang menyimpan pakaiannya itu pergi. Lysia langsung saja berdiri dan menginjak gaun pengantin yang telah disediakan untuknya.

"Dasar sialan, aku sama sekali tidak akan pernah mau untuk mengenakan pakaian ini."

Lysia pun merobek, mencabik dan menginjak-injak dress indah itu. Dia begitu kesal setengah mati saat melihatnya.

"Begitu gila, dia gila sampai-sampai ingin langsung menikahiku. Padahal aku akan berusaha untuk membayar semua hutang Papa," gumam Lysia.

Pakaian yang tadinya indah itu tergeletak di bawah lantai dengan kondisi yang sudah compang-camping karena Lysia sudah merusaknya.

Lalu, Lysia pun menyeringai dan dia pun menoleh ke arah jendela yang terbuka.

"Lebih baik aku pergi dari sini secepatnya," gumam Lysia dan langsung melangkah pergi dari tempatnya kini karena berniat untuk kabur lewat jendela.

Lysia menatap ke arah bawah jendela dan rupanya tempatnya kini berada itu di lantai dua, sehingga ketinggian jendela itu tidak bisa untuk dituruni.

"Sprei …."

Lysia pun melihat adanya sprei yang ada di atas ranjang. Lalu, dia berniat untuk menggunakan sprei dan selimut yang ada disana dan akan menggunakan kedua benda itu untuk turun.

"Uhk … akhirnya …," gumam Lysia sambil berkacak pinggang menatap ke atas. Rupanya dia sudah berhasil turun dan akan kabur sekarang ini.

Lysia pun langsung saja membalikan badan dan berlari ke arah gerbang untuk keluar. Jangan sampai ada yang melihat dia dan berhasil menangkapnya kembali.

Bruk ….

Lysia mendongak menatap ke arah wajah seseorang yang barusan dia tabrak.

"Mau kemana?" tanya Ivander dingin sambil melipat tangan di dadanya.

Lysia pun langsung menelan salivanya yang terasa begitu sulit. Kenapa bisa dia melakukan hal seceroboh ini dan sampai-sampai menabrak pria yang bernama Ivander itu.

"T-tidak–" jawab Lysia gugup dan ucapannya terpotong oleh Ivander

"Kau ingin lari dariku, Hah?"

Ivander langsung saja mencengkam rahang Lysia dengan kuat. Dia tahu betul kalau gadis ini ingin lari darinya.

"Jangan coba-coba untuk lari, apa kau tidak tahu siapa aku?" tekan Ivander kesal.

Ucapan Ivander begitu mengerikan di telinga Lysia, terdengar begitu tajam dan membuat Lysia merinding.

"Pria jahat," balas Lysia menekan rasa takut akan kegarangan pria dihadapannya ini. Rasanya tubuhnya lemas dan hati dia takut, tapi dia terus menghadapi pria itu tanpa menunjukan rasa takutnya.

"Bagaimana caraku agar kau patuh hah?" kesal Ivander dengan perlawanan yang diucapkan oleh Lysia.

Ivander pun memikirkan cara agar Lysia patuh dan menurut, lalu tiba-tiba ada pengawal yang datang menghampiri dia.

"Tuan … si pengkhianat itu sudah tertangkap," ucap pengawal itu datang rupanya untuk memberikan informasi.

Ivander yang sedang emosi jiwa pun langsung melepaskan cengkraman tangannya dan mendorong tubuh Lysia sampai jatuh ke bawah tanah.

Lalu, Ivander menghadap ke pengawal dan menyuruh dia untuk menyiapkan tempat eksekusi.

"Bagus, kalian sudah menangkapnya? Siapkan dia di ruang bawah tanah untuk dieksekusi. Biar saya sendiri yang akan menghukumnya setelah memberikan pelajaran kepada gadis ini," ucap Ivander dan langsung muncul ide untuk memberikan pelajaran terhadap Lysia. Agar Lysia menjadi wanita yang penurut dan takut terhadapnya.

Setelah pengawal itu pergi, Ivander langsung meraih tangan Lysia dan menariknya untuk berdiri.

"Ayo bangun!" perintah Ivander.

Lysia pun mencoba untuk menahan diri saat Ivander menariknya dengan begitu keras.

"Mau kemana? Saya tidak ingin menikah denganmu!" tahan Lysia.

"Akan kubuat pelajaran dirimu supaya patuh dan menurunkan nada bicaramu kepadaku," jawab Ivander.

Tubuh Lysia bergetar hebat, dia merasa ketakutan dengan perlakuan Ivander yang kasar terhadapnya.

Lysia juga merasa takut saat tempatnya kini berada begitu mengerikan dan hanya diterangi oleh cahaya obor api.

Cetar … Cetar ….

"Arghh …."

Seketika Lysia langsung menarik tangannya yang masih digusur oleh Ivander.

"Suara apa itu? Ada apa?" Lysia merinding mendengar suara jeritan dan rintihan yang ada di dalam sana.

Ivander kembali meraih tangan Lysia dan menariknya. Dia terus saja membuat Lysia mengikuti dia karena akan menunjukan sesuatu hal.

'Tuhan … suara itu terus terdengar. Untuk apa pria ini membawaku ke tempat mengerikan seperti ini?' dalam batin Lysia.

Sampailah Ivander di tempat yang dituju. Dia langsung melepaskan tangan Lysia dan membiarkan dia berdiri di ambang pintu masuk.

Lysia tertegun, dia menatap seorang pria yang sedang menerima cambukan hebat dan sudah terlihat penuh dengan darah segar. Lysia menelan salivanya yang terasa begitu susah saking ngerinya melihat ini. Rupanya dialah oranb yang tadi berteriak dan meringis.

"Ada apa ini?" gumam Lysia. Rasanya Lysia ingin menjerit minta tolong, tapi dia begitu takut sekarang ini. Bagaimana latar belakang keluarga Brxian terkenal dan terpandang bengis itu ternyata memang benar. Keluarga apa ini yang sampai menganiaya seseorang sampai seperti itu? Pikiran Lysia terus saja merasa aneh dengan apa yang dia lihat.

"Berhenti." suruh Ivander kepada pria yang sedang menyiksa tawanannya.

"Biar aku yang akan menghabisinya," ucap Ivander.

Lalu, Ivander pun berjalan mendekati tawanannya itu dan berbalik dan melihat ke arah Lysia, "Lihatlah Felysia Kirania. Apakah kau tidak tahu siapa saya sebenarnya?" teriak Ivander.

Ivander langsung saja membuka pakaian formal resmi yang melekat di tubuh dia sampai-sampai hanya menyisakan celana panjangnya.

Ivander memperlihatkan tubuh sixpack dan perut yang kotak enam itu. Terlihat tampan dan begitu gagah. Namun, Lysia tidak melihatnya seperti itu, melainkan melihat pria yang begitu jahat yang sedang tersenyum dihadapan orang yang teraniaya. Terlihat begitu kejam dan mengerikan.

"Kamu tahu siapa pria ini, Lysia?" tanya Ivander kepada Lysia yang tertegun. "Dia adalah orang yang berani mengkhianati kelompok Mafia Marvori di keluarga Brxian. Jadi, dia akan aku habisi disini, didepan matamu," terang Ivander dengan senyum smirknya.

Deg

Detak jantung Lysia rasanya tertahan, dia begitu terkejut dengan apa yang barusan di dengar. Rupanya, ayahnya itu sudah menjual dia kepada seorang Mafia?

Lysia membeku dengan tatapan kosong, sungguh dia tidak mau untuk menyaksikan pembantaian ini di depan mata.

"Kenapa aku memperlihatkan ini kepada calon istriku Lysia?" ucap Ivander sambil masih mengecut tawanannya itu. "Karena aku ingin kau tahu kalau aku ini kejam dan tidak ingin menerima pembantahan dan pengkhianatan! Aku ingin kau patuh dan takut kepadaku sehingga tidak ada niat untuk melarikan diri."

Ivander pun terus melayangkan aksinya, dan mengayunkan cambukan itu dengan tangguhnya, mendaratkan benda itu di wajah sang pengkhianat.

Cetar … Cetar … Cetar ….

Tadi anak buahnya melayangkan cambukan itu di bagian badan. Namun, Ivander yang kejam ini langsung saja mendaratkan cambukan itu di wajahnya.

"Ampun!" ringis orang yang disiksa Ivander.

Lysia pun mulai mundur perlahan, dia tidak sanggup melihat penyiksaan ini. Ivander menoleh ke arah Lysia dan tersenyum smirk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status