Home / Rumah Tangga / Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta / Bab 2. Kesepakatan Bersama

Share

Bab 2. Kesepakatan Bersama

Author: Diary94
last update Last Updated: 2024-04-19 11:10:15

Dengan raut wajah yang kesal, Edgar sudah berdiri di depan altar, di aula tempat pernikahan akan dilangsungkan. Tidak lama kemudian, Sylvia pun muncul dengan didampingi oleh ayahnya. 

Setelah berada di depan altar, ayahnya Sylvia menyerahkan Sylvia kepada Edgar. Lalu, Edgar pun naik ke altar pernikahan bersama Sylvia.

“Sebelum sumpah sucinya diucapkan, silahkan kalian saling berhadapan satu sama lain. Dan saudara Edgar, silahkan pegang tangan calon pengantin perempuan untuk mengucapkan sumpah suci pernikahannya,” ucap pendeta.

Edgar mulai memegang tangannya Sylvia seperti yang diperintahkan oleh pendeta. Sylvia bisa merasakan bagaimana rasa benci Edgar yang terpaksa ditarik ke altar, begitu juga dirinya. 

“Di hadapan Tuhan serta para tamu undangan yang hadir di sini, saya Edga–!”

Edgar meringis sambil memejamkan matanya ketika Sylvia meremas tangan Edgar, memperingatkannya tentang nama yang ia sebutkan. Ia bisa melihat pria itu menatapnya tajam, sebelum berdeham dan mengulang sumpah.

“Saya, Edward Alexander Wijaya menyatakan dengan tulus dan ikhlas senantiasa mencintai engkau Sylvia Maheswari Himawan, untuk menjadi istri saya satu-satunya yang sah…..”

Setelah Edgar menyelesaikan janjinya, Sylvia pun mengucapkan janjinya dengan lancar. Pendeta menyuruh mereka untuk bertukar cincin, dan ditutup dengan kecupan singkat di dahi.

‘Kalau bukan karena Edward kabur, aku pasti tidak merasa tertekan seperti ini.’ Sylvia berucap dalam hatinya sambil memasangkan cincin pernikahan di jari manisnya Edgar.

“Dengan ini, saya nyatakan bahwa kalian sudah sah menjadi pasangan suami dan istri,” ucap pendeta.

Setelah serangkaian acara pernikahan, Sylvia ikut pulang bersama Edgar dan Catherine. 

Sesampainya di rumah Catherine, Sylvia disambut oleh para pembantu yang ada di sana. Untuk menunjukkan rasa hormat mereka kepada nyonya mudanya para pelayan menundukkan kepala.

“Selamat datang, Nyonya muda,” ucap para pelayan Catherine.

“Nyonya muda?” Edgar melirik dengan sinis ke arah Sylvia. “Aku tidak sudi mengakuinya sebagai istriku.”

Sylvia yang samar-samar mendengar ucapannya Edgar, langsung menoleh. “Kamu bilang apa barusan?” 

“Tidak penting.” 

Dengan angkuhnya Edgar berjalan meninggalkan Sylvia yang masih berdiri di depan pintu. Berulang kali Catherine memanggilnya, tapi pria itu tidak peduli. Sylvia pun hanya mendengus melihatnya.

‘Siapa juga yang peduli dengan sikapnya dia. Justru kalau dia cuek, itu artinya dia gak akan gangguin aku,’ ucap Sylvia dalam hati.

“Bersabarlah pada anak itu ya, Sylvia. Aku minta maaf sekali.” Catherine berucap pelan.

“Iya, Tante, gak apa-apa,” sahut Sylvia, tapi matanya masih melirik tajam ke arah tangga. “Oh, iya, kalau begitu, apa aku boleh tau di mana kamarku?”

“Sylvia….” Catherine tiba-tiba meraih tangan Sylvia dan menggenggamnya lembut. “Bisakah kamu tidur di kamar Edgar?”

“Apa?” Sylvia mengerutkan dahi.

“Aku benar-benar butuh bantuan kamu buat bicara sama Edgar mengenai rencana ke depannya. Dia tetap harus tampil sebagai Edward demi usaha kita bersama.”

Sylvia terdiam. Ia pikir, semua ini hanya semudah ia menikah saja dengan Edgar, tapi ternyata tidak. Gara-gara kejadian tak terduga, ia dibawa ke rumah Catherine, tempat Edgar tinggal.

Akhirnya, dengan seluruh kepasrahannya, Sylvia diantar ke kamar Edgar bersama dengan salah satu pelayan.

Tok! Tok! Tok!

“Tuan muda, Nyonya muda sudah datang,” ucap Sekar, pelayan yang mengantar Sylvia.

Sylvia hanya bisa mendengus kesal karena Edgar tidak kunjung membuka pintu kamarnya. Di saat batas kesabarannya sudah hampir habis, Sylvia yang membuka sendiri pintu kamar Edgar.

“Heh! Kamu tuli atau bagaimana, sih?” maki Sylvia. “Dari tadi aku udah ketuk pintu kamar kamu tau!” 

Dengan melipat kedua tangannya, Edgar berkata, “Untuk apa kamu di sini?” Pria itu masih saja berwajah angkuh. “Kamu sama sekali tidak diharapkan di kamarku.” 

“Oh, jadi begitu.” Sylvia mengangguk-angguk dengan angkuh, sambil mengangkat dagunya. 

Meskipun sebenarnya ia ingin mengatakan kalau dia juga tidak sudi mendatangi Edgar seperti ini, tapi ia malah membalas, “Baiklah, kalau begitu, aku akan laporkan hal ini kepada ibumu–”

Tiba-tiba Edgar menyambar tangan Sylvia dan menarik gadis itu masuk ke kamarnya.

Sylvia menengok ke belakang. “Berubah pikiran?”

Edgar akhirnya menghela napas dan menggerakkan kepalanya. “Masuk!”

Melihat ekspresi Edgar, Sylvia sama sekali tidak takut. Dengan santainya ia langsung menarik kopernya masuk ke kamar Edgar. Kemudian, Edgar dengan cepat kembali menutup pintu kamarnya.

“Kamu boleh tidur di sini, tapi ada beberapa hal lagi yang harus kita sepakati,” ucap Edgar.

“Apa?”

Edgar berjalan lebih dulu ke arah sofa yang ada di kamar itu, lalu duduk sambil bersilang kaki. Sylvia mengikuti tanpa disuruh. Ia duduk di seberang Edgar dan melipat tangannya di dada. Matanya menatap tajam pria itu.

“Pertama.” Edgar mengangkat telunjuknya. “Kita tidak boleh melakukan skinship, entah itu berpegangan tangan, merangkul, berpelukan, atau berciuman.”

Sambil mengamati kuku tangannya, Sylvia dengan cuek bergumam. “Aku juga males kali ciuman sama kamu.”

Edgar tampak tidak peduli dengan komentar Sylvia. Ia pun melanjutkan, “Yang kedua, selagi kita berada di dalam kamar ini, kita harus menjaga privasi masing-masing. Gak boleh saling ikut campur.”

Dengan meregangkan tubuhnya Sylvia berkata, “Memangnya, kamu pikir aku gak ada kerjaan lain selain ngurusin kehidupan pribadi kamu?”

“Mana aku tau, mungkin saja kamu tipe cemburuan yang akan mengekoriku kapan saja,” akhirnya, Edgar membalas dengan sinis.

“Mana mungkin!” teriak Sylvia kesal. Kemudian, ia berdeham ketika menyadari kalau sikap anggunnya sudah hancur. “Ekhem! Aku juga punya syarat untukmu."

"Apa?"

“Selagi berada di depan umum, kita harus berpura-pura menjadi pasangan suami istri yang saling mencintai.”

Edgar mengerutkan dahi. “Kenapa?”

“Aku gak mau kamu ketahuan sebagai pengantin pengganti suamiku yang kabur di hari pernikahannya. Jika kita menghadiri suatu acara, kita harus berpura-pura bersikap romantis di depan kamera para wartawan,” jawab Sylvia.

"Baik." Edgar mengangguk. "Tapi, aku juga ada syarat tambahan."

Sylvia menghela napas. Seperti dugaannya, Edgar sangat merepotkan, berbeda sekali dengan Edward yang tenang, dewasa, dan penuh perhitungan. 

"Apa?" tanya Sylvia.

Edgar mengubah posisi duduknya menjadi tegak, dan menatap tajam Sylvia yang duduk di depannya. "Bantu aku mendapatkan investasi dan koneksi untuk perusahaan pribadiku."

Sylvia mengerutkan dahi. Banyak pertanyaan di kepalanya soal perusahaan pribadi Edgar. Kenapa pria itu tidak meminta bantuan keluarganya saja? 

Namun,  satu hal yang Sylvia tidak sukai adalah membuang waktu. Jadi, daripada urusannya jadi panjang gara-gara bernegosiasi dengan pria ini, lebih baik Sylvia menyetujuinya dengan cepat. 

Dengan begitu, ia akan memiliki waktu untuk mencari Edward dan membalikkan semua keadaan ini seperti semula.

“Bagaimana? Apa kamu setuju dengan semua kesepakatan yang tadi sudah aku katakan?” Edgar bertanya sambil mengulurkan tangannya.

“Baiklah aku setuju.” Sylvia berucap sambil menjabat tangannya Edgar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 69. Ketegasan Oma Beatrice 

    Malam harinya.Setelah hidangan makan malam sudah siap, Larissa beserta suami dan juga ibu mertuanya langsung berkumpul di meja makan. Saat melihat ke arah jam dinding, Beatrice langsung menyunggingkan bibirnya karena Sylvia maupun Edgar belum juga datang."Sebenarnya mereka itu tinggal dimana sih? Kenapa sudah jam 7 lewat, mereka belum datang juga?" tanya Beatrice."Sabar mom. Paling sebentar lagi mereka sampai," sahut Danuel yang merupakan ayahnya Sylvia."Sebagai ayahnya, seharusnya kamu mengajarkan tentang kedisiplinan yang tegas pada Sylvia. Bukan membiarkan dia membuang-buang waktu seperti ini," sahut Beatrice."Sylvia itu sudah besar, mommy. Dia pasti bisa mengatur waktu nya sendiri," ucap Larissa.Mendengar ucapan menantunya, Beatrice langsung menoleh ke arah Larissa. "Ini pasti karena ulah kamu yang terlalu memanjakan dia kan? Makanya dia jadi tidak disiplin seperti ini.""Ayolah, mom. Kita lagi ada dimeja makan loh. Masa iya sih, kita bertengkar di depan makanan," ucap Danue

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 68. Ajakan Makan Malam

    Tidak adanya sahutan dari putranya, hal itu membuat Catherine merasa bingung. Ia pun mencoba memanggil putranya. Tak lama barulah Edgar menyahuti ibu."Halo... Gar. Edgar! Kamu masih ada disana kan?" tanya Catherine."I-iya, bu. Edgar masih disini," ucap Edgar."Kamu tadi kenapa diem? Lagi ngelamun?" tanya Catherine."E-enggak, bu. Aku gak ngelamun. Kayaknya ada masalah di sinyal nya deh, bun. Suara ibu kadang suka gak jelas kedengeran nya," ucap Edgar."Ohhh begitu. Ya udah kalau begitu ibu tutup dulu aja deh. Inget ya, yang aku sama Sylvia," sahut Catherine."Iya, bu," sahut Edgar.Setelah mengakhiri panggilan telponnya, Catherine langsung pergi untuk mencari penginapan ataupun hotel. Selang 30 menit kemudian, Sylvia yang sudah selesai mandi dan berganti pakaian, ia langsung keluar dari kamar untuk menyuruh suaminya mandi.Namun, ketika Sylvia membuka pintu kamarnya ia sama sekali tidak melihat Edgar di ruang santai yang ada di lantai atas. "Kemana lagi perginya si Edgar."Berhubung

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 67. Kekesalan Sylvia

    Setelah selesai menyantap makanan masing-masing, Edgar dan Sylvia kembali fokus menyelesaikan pekerjaan mereka. Hari itu baik Edgar maupun Sylvia sama-sama memiliki urusan yang super sibuk. Edgar beberapa kali harus keluar dari ruangan nya hanya untuk melakukan kunjungan proyek maupun rapat dengan para client nya. Begitu pun dengan Sylvia, ia juga tidak kalah sibuk nya merancang desain yang di inginkan oleh client nya. Saking sibuknya, tanpa mereka sadari, waktu berjalan dengan sangat cepat."Akhirnya, selesai juga desainnya." Sylvia berucap sambil meregangkan persendiannya. Ketika melihat ke arah jam dinding yang ada di ruangan Edgar, Sylvia seketika langsung terkejut. "Astaga! Udah jam 7?! Perasaan tadi baru jam 10 pagi deh."Ceklek! "Sayang... Kamu udah selesai belum, desain nya? Kita pulang yuk." Edgar bertanya saat memasuki ruangan nya.Mendengar ucapan suaminya, Sylvia langsung menoleh ke belakang. "Memangnya rapat nya udah selesai?"Edgar pun berjalan ke arah meja kerjanya. S

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 65. Kepanikan Edgar

    Mendengar ucapan suaminya, seketika kedua pipi Sylvia langsung memerah. Melihat hal itu Edgar pun bertambah gemas. Lalu, ia pun merangkul pinggang istrinya. Saat Edgar akan mencium bibir istrinya, tiba-tiba seseorang pun masuk kedalam ruangannya.Ceklek! "Oow... Sorry... Sorry, gue gak liat." Andre berucap saat memergoki Edgar dan Sylvia.Seketika Edgar pun berdecak ketika ia melihat keberadaan Andre. Sedangkan Andre sendiri yang merasa tidak enak sudah mengganggu kemesraan sahabatnya, ia pun memutuskan keluar. Namun, saat Andre akan menutup pintu dari luar, Edgar langsung menghentikannya."Udah... Udah. Lo masuk aja. Percuma juga kalau Lo pergi. Momen romantis gue juga udah berantakan gara-gara Lo," sahut Edgar."Ya sorry. Gue mana tau kalau kalian berdua lagi mesra-mesraan," ucap Andre. Sementara itu Sylvia yang tidak familiar dengan wajahnya Andre, ia langsung menyikut lengan suaminya dan berbisik. "Dia siapa, mas?" "Dia Andre. Salah satu sahabat ku," ucap Edgar saat memperkenal

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 64. Sikap Yang Berubah

    Edgar pun mengambil jasnya. Setelah jas nya dipakai, Edgar dan Sylvia langsung keluar dari kamar. Tak lama ia pun sampai di meja makan. Melihat ibu mertuanya belum berada di meja makan, hal itu pun membuat Sylvia heran."Ibu kemana? Tumben belum ada di meja makan? Biasanya, ibu yang lebih awal, hadir di meja makan," tanya Sylvia."Mungkin, ibu masih ada dikamar. Tungguin aja, paling sebentar lagi juga dateng." Edgar menyahut sambil mengambil roti tawar yang ada dihadapannya.Persis seperti yang Edgar ucapkan, selang 5 menit kemudian, Catherine datang ke meja makan."Selamat pagi." Catherine menyapa sambil berjalan ke meja makan."Pagi juga, bu," sahut Sylvia."Ibu mau pergi kemana?" Edgar bertanya saat melihat ibunya berpakaian rapih."Pagi ini ibu mau ke rumah sakit yang ada di Bandung," ucap Catherine."Rumah sakit? Bandung? Apa, udah ada kabar mengenai Edward, bu?" tanya Edgar."Ibu juga belum tau pasti. Ibu cuma diminta datang ke rumah sakit yang ada di Bandung oleh pihak kepolisi

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 63. Gombalan Edgar

    Beberapa menit kemudian.Setelah makan malam yang dibuat oleh Wira sudah siap, ia langsung membawa makanan tersebut ke dalam rumahnya. Tak lama kakek Teguh pun duduk di tikar plastik untuk menyantap makan malam bersama cucunya. Berhubung pria yang mereka selamatkan dipinggir sungai sudah siuman, kakek Teguh memberikan sebagian makanan yang ia punya kepada pria tersebut."Kami hanya punya ikan bakar dan juga ubi rebus. Kamu duduk dulu ya, makan makanan ini supaya kamu memiliki sedikit energi," ucap kakek Teguh.Pria tersebut menganggukkan kepalanya. Lalu, ia pun berusaha bangkit untuk duduk. Namun, dikarenakan tenaganya sangat lemah, ditambah lagi kepalanya juga masih pusing, pria itu pun kesulitan untuk duduk. Seketika Wira langsung menghampiri pria tersebut untuk membantunya sebelum kakeknya yang turun tangan membantu."Sini aku bantu," ucap Wira."Terimakasih," ucap Wisnu setelah berhasil duduk."Kamu bisa makan sendiri? Atau mau aku suapin?" tanya Wira."Tidak usah, saya masih bisa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status