Terjerat Pesona Anak Mafia
Chapter 9
Karin PoV
Setelah sekian lama akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit, rasanya merdeka karena tak harus mencicipi masakan yang rasanya hambar dengan tangan tertusuk jarum, itu menyiksa.
Aku di kota sekarang, setelah kejadian itu esoknya kak Hyu langsung memindahkanku ke rumah sakit, untuk keamanan tukasnya dan tentunya untuk perawatan lebih intensif bagi calon bayi kami.
Apa ? Calon bayi ? Hmm terdengar membahagiakan, akhirnya aku bisa memberikan kabar bahagia ini untuk Agatha dan Hyuga tapi nyatanya tak semudah itu, takkan ada yang bisa tidur nyenyak malam ini, karena berita kedatangan ayah jenderal .
“Lalu kapan pesawatnya sampai ?” ucapku dengan mulut penuh, entah kenapa rasa roti srikaya ini jadi berkali lipat enaknya dibanding semua makanan yang kucicipi hari ini.
“Besok pagi, lalu gimana ini Karin, kayaknya papa bakalan murka karena tahu kamu hamil, buktinya dia langsung pulang ke Indonesia.”
“Ya sudah mau gimana lagi, bilang saja pacarku kabur gak mau tanggung jawab, rebeskan.”
Aku menyunggingkan senyum sambil mengangkat dua alisku pada Agatha tapi malah dibalas tatapan sewot darinya.
“Emangnya papi bakalan diam gitu aja, ntar kalau dia cari tu orang dan ketahuan rencana kita gimana ? habis kita. Terus kalau Hyu tahu siapa kamu ?”
Aku terdiam sambil meneguk susu putih yang diletakan Agatha di depanku, selama ini Hyuga memang tak tahu asal usulku dan sepertinya pria itu pun tak tertarik untuk mengetahuinya, tapi kurasa jika ia tahu siapa aku yang sebenarnya aku jamin 100 persen jiwa jurnalisnya pasti bangkit.
Aku jadi menertawakan diriku sendiri, memangnya aku ini siapa, lagian siapa juga yang tertarik dengan asal usulku. Dari pada itu, aku lebih takut jika ayah jenderal tahu bahwa identitas kelamku sudah ada yang tahu.
Itu karena aku ceroboh, gegabah mengucapkan kode itu, ”oh tidak Karin apa yang kau lakukan, ya Tuhan bisakah membuat pria bertopeng kekar itu lupa ingatan.”
“Ini kubawakan makanan ,” ujar Hyuga yang tiba-tiba datang, kalimatnya membuat aku dan Agatha tersadar dari lamunan masing-masing. Tampaknya dia baru saja tiba, karena masih mengenakan pakaian rapi saat masuk ke kamar.
Perlu diperjelas, ini kamarnya Agatha, walaupun berbagi suami tapi tak mungkin juga kami tidur bertiga dan lagi pula aku sadar posisiku. Setelah bayi ini lahir aku akan mundur dari dunia persilatan ini, huaaa ngawur lagi.
Aku lihat senyum Agatha langsung mengembang, ia berlari kecil sambil menyambut bungkusan yang ada ditangan Hyuga. Hmmm manis sekali dan kenapa pula aku disini, kabur yuk.
“Karin, mau kemana ?” tanya Hyuga yang melihat aku beranjak.
“Mau ke kamar, masa’ mau bobok di sini,” jawabku malas, entah kenapa aku jadi sebal saat melihat wajah tampannya . Eh... eh aku gak lagi cemburu loh ya, dan jangan bilang ini bawaan hamil, gak kali ya. Kesal aja, bisa-bisanya lelaki ini punya dua istri, menyebalkan, seperti cerita harem pula jadinya.
“Makan dulu ya Karin, aku pindahin ke mangkok dulu ,” tukas Agatha dan langsung kabur ke dapur, ya elah tu perempuan gak peka banget, dia ninggalin aku dengan suaminya, please deh Agatha, walau Hyuga suamiku juga tapi kami gak segitu akrab juga kali.
Akhirnya mataku dan matanya bertemu, ya ampun ini jantung kenapa juga gak mau kompromi malah deg-degan pula, walaupun kak Hyuga baik banget sewaktu di rumah sakit, tapi gak mesti jadi grogikan sama dia. Bye the way, kak Hyu ini, keturunan Jepang ya, namanya bikin salfok.
“Sudah sehat ?”
“Hmm.”
“Papanya Agatha akan datang besok, jadi kita mesti bilang apa pada beliau tentang kamu ?”
“Hmm… terserah saja mau bilang apa, aku gak masalah kok ,” ucapku dengan senyum, bagiku kebohongan itu tetap saja kebohongan, tinggal tunggu saja waktunya terungkap.
“Oke, kalian sudah mikirin reaksi beliau kalau lihat kita bertiga serumah, aku dan dua istriku ini.”
Deg, please deh ini orang, bikin bete sedunia aja, dia kan tinggal diskusi sama Agatha, ngapain juga sampai harus ngomong seperti itu coba, bisa-bisa di dor sama pak Jenderal.
“Kak Hyu tanya ke Agatha deh, atau bilang saja aku numpang sementara di sini.”
“Kamu tahu tidak, hubunganku dengan papa mertuaku itu tak terlalu baik, jadi kalau aku ketahuan bohong, kamu tahukan akibatnya. Lagian pula kalau menyimpan bangkai, lama-lama pasti ketahuan juga.”
“Kak Hyu anggap aku bangkai ?”
“Cuma perumpamaan.”
“Tapi aku tersinggung.”
Aku menatap matanya tajam, sekilas aku tahu maksud kalimatnya, tapi kenapa malah tambah kesal. ”Sudahlah,” kataku sambil berjalan melewatinya.
“Aku minta maaf,” ucapnya.
“Aku minta maaf untuk segalanya dan aku berjanji akan bertanggung jawab untuk ini,” ulangnya lagi. Setelah itu dia langsung masuk ke kamar mandi tanpa menoleh ke arahku lagi, ucapannya yang penuh penekanan itu sungguh membuatku gelisah.
****
Lagi-lagi aku termangu menatap langit kamar, bagaimana ini, tiba-tiba aku menjadi takut sendiri padahal tadinya sudah menyiapkan seribu alasan untuk ayah Jenderal.
Kak Hyu bilang mau bertanggung jawab, hah, gimana caranya coba, lelaki itu bisanya cuma ngomong tapi buktinya nol besar. Komandan itu juga bilang mau melindungiku, nyatanya apa, batang hidungnya saja tak tampak. Bikin kesal saja. Dasar, pria-pria pembohong.
Author POV
Keesokan harinya,
Karin diam seribu bahasa, bahan yang sudah disiapkannya untuk menjawab pertanyaan sang Jenderal, musnah seketika, otaknya blank bahkan ia hanya manggut-manggut ketika mendengar perdebatan antara ayah Jenderalnya dengan Agatha.
“Ini tidak seperti yang papa pikirkan, biarkan aku yang menjaga anak itu, anak Karin akan menjadi anakku,” ucap Agatha mendebat ayahnya. Pria tua yang kharismatik itu hanya menghembus napas kasar menanggapi perkataan ‘manja’ putrinya.
“Sekali lagi aku tanya siapa ayah anak itu, Karina Wijaya,” ucap Pak Jenderal sambil menatap tajam putri angkatnya itu. Gayanya yang tenang nyatanya membuat bulu kuduk Karin berdiri. Sampai menyebut nama lengkapnya pastilah jenderal sangat marah.
Karin mendekati sang jenderal, bertemu dengan pria tua ini adalah hal yang sangat ditunggu-tunggunya, hampir dua tahun ia tinggal di desa terpencil itu dan tak berkomunikasi sama sekali.
“Ayah tidak rindu pada Karin ?” ucapnya lirih, ada air disudut matanya, kakinya tiba-tiba melemah saat pria tua itu memeluk erat tubuh ringkihnya.
“Kau mau membuat ayahmu yang tua ini mendapat serangan jantung ?”
“Tidak, bukan begitu, maafkan Karin, ayah ...” tangis ayah dan anak itu pecah, Karin memang bukan anak kandung sang Jenderal namun nyatanya mereka memang sedarah, karena Karin adalah anak dari adik kandung Jenderal tua.
Setelah tragedi berdarah sebelas tahun yang lalu, Jenderalah yang menjadi wali gadis kecil itu, tanpa memperdulikan apa yang diperbuat oleh ayah kandung Karin.
Jenderal menatap wajah Karin dalam, ia tahu anak gadisnya ini tak kan mampu membuat hal yang sangat mengecewakan seperti ini.
”Lalu kamu masih tidak mau memberi tahu ayahmu ini, siapa laki-laki itu ? apa lelaki yang di hutan bersamamu itu, Garda ?”
“Akh... bukan ayah... bukan dia...”
“Lalu ?”
“ Itu …”
“Aku … aku pria itu pa. Aku ayah dari anak yang dikandung Karin.”
///// bersambung
Terjerat Pesona Anak Mafia Chapter 49 Karin sudah menundukkan tiga orang dengan pelurunya. Meninggalkan seorang lagi yang kini sedang mengacungkan samurai panjang di depannya. Siapa dia? Karin merasa mengenalnya, dia sampai memicingkan mata, karena gestur pria ini sangat mirip dengan pria yang ditemuinya semalam, Yamaguchi. Tapi apa mungkin? Karin lalu melirik pada Aron, mungkin pria itu harus menjalani perawatan rumah sakit lagi, ada luka tebasan di tangannya dan itu pasti sakit sekali. Dan, jangan tanya tentang keadaan Leo, karena lelaki itu sekarang dalam posisi mati segan hidup tak mau. Dia terkulai lemas di tanah dengan sekucur tubuh penuh sayatan, ditambah lagi bekas luka tembak yang terus mengalirkan darah. Mengerikan. “Hmm, akhirnya aku benar-benar melihatmu,” suara itu langsung menyadarkan Karin. Pria di depannya buka suara. “Kehormatan bagiku, Tuan Yamaguchi?”
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 48“Utari?”“Maaf kak, siapapun akan mengambil tawaran yang lebih baik.” Kalimat Utari membuat Karin menaikan sudut bibirnya. Matanya sontak melirik pada Leo, pria yang mengajaknya bekerjasama yang berbuntut kesialan seperti ini.Hmm, tapi Karin juga tak memungkiri bahwa kalimat Utari itu benar. Dia juga sekarang sedang mempertimbangkan tawaran mana yang lebih baik.Ikut bersama Garda dan dikejar sebagai penjahat atau berlindung di ketiak Aron.“Aku akan belajar denganmu soal ini,” kata Karin menjawab Utari.“Bagus, sekarang serahkan wanita itu pada kami,” ucap pria dengan tangan terhunus Samurai. “Dia pikir ini jaman apa, masih mondar mandir bawa senjata,” gumam Karin sambil menghela napas. Lalu matanya beralih pada Garda yang sudah mangambil ancang-acang akan memulai serangan.Selang b
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 47Karin berada di rumah Utari sekarang, tak jauh dari tempat yang disebut gerombolan kecil itu markas. Setelah berdebat panjang lebar, ketemulah titik terang, bahkan Karin akan berada dalam pengawasan Utari.Mereka sepakat menolak mengantar Karin pulang karena takut gadis itu ingkar.Karin duduk terdiam, mengamati Utari yang dari tadi bolak balik ke kamar lalu keluar lagi. Ada saja barang yang disodorkannya.Mulai dari pakaian ganti hingga kudapan ringan untuk sarapan, ah tapi tadi Karin sudah makan subuh jadi dia tak begitu lapar.“Tak usah repot-repot Utari, aku juga sudah makan tadi,” kata Karin tak enak hati. Bukan apa-apa, jika dilihat dari rumahnya, anak ini bukan dari kalangan menengah ke atas. Bisa saja kue-kue yang diberikan diambil dari kue yang harusnya mereka jual pagi ini.“Bukan aku kak, emak yang suruh. Kakakkan t
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 46Yun termenung, dia masih menunggu Leo siuman usai operasi pengangkatan peluru. Mungkin sekitar 15 menit lagi, kata dokter yang merawatnya.Tapi, 15 belas menit yang ditawarkan terasa lama, bahkan sekarang hari sudah menjelang subuh.“Akhirnya,” kata Yun saat meihat tubuh Leo begerak. Tak lama mata pria tinggi besar itu perlahan terbuka. Yun tahu, sekuat apa pertahanan tubuh orang kepercayaan Aron ini, tak mungkin sampai mati kalau hanya terkena satu peluru saja.“Cepat beri petunjuk dimana terakhir kau meninggalkan Kayra?” tanya Yun terburu. Ya, dia harus bergegas, sebelum Michael Lee tahu perkara ini.Walau Yun tahu pria tua itu masih berjuang melawan rasa sakit mendera akibat luka-luka yang diterima, pasca insiden dengan Garda tempo hari.Leo memandang tajam pada Yun, lalu memberikan alamat dimana dia terpisah terakhir denga
Terjerat Pesona Anak Mafia Chapter 45 Darah bercucuran di lantai, Karin memandang ke arah tangannya yang menggenggam pistol. “Bukan, bukan aku, yang menembak,” gumamnya dalam hati, karena dia memang tak menarik pelatuknya. Walau begitu, Karin kembali disadarkan dengan erangan kesakitan dari Tn. Yamaguchi yang memegang pundaknya. Benar, puluru itu dari arah belakang. Karin memandang dengan seksama, tak lama sosok Leo keluar dari balik sebuah pintu rahasia yang ada di bagian yang tertutup rapi dengan wallpaper. Mungkin itu yang menyebabkannya orang-orang termasuk dirinya tak sadar akan kehadiran orang kepercayaan Aron itu. Leo berjalan dengan tatapan tajam, Tn. Yamaguchi memutar badannya sambil melihat orang yang menembakinya dengan timah panas. “Seharusnya aku tahu akan begini, anjing tetaplah anjing,” kata pria bermata sipit itu pada Leo. Bahasa Inggrisnya terdengar belepotan kali ini, b
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 44Karin sudah bersiap dengan balutan mini dres ketat berwarna hitam, bibirnya berwarna merah terang kontras dengan kulitnya yang putih. Dia tampak menonjol malam ini. Gadis itu berjalan dengan anggun menuju mobil fort hitam yang sudah menunggunya dari tadi.“Bagaimana?” Karin tersenyum menggoda. Leo sampai menghela napas untuk menetralisir degupan jantungnya yang terasa kuat.“Seksi,” kata Leo singkat sambil membukakan pintu mobil. Karin baru saja keluar dari sebuah salon kecantikan yang mengubah penampilannya 180 derajat.Rambutnya panjang terurai, tubuhnya terekspos dengan jelas lekuk-lekuknya bahkan bagian dada terasa sangat vulgar, hingga membuatnya risih sendiri.Gadis itu melirik pada Leo yang sesekali mencuri pandang padanya yang duduk di kursi belakang. Dia sadar tampilannya begitu menggoda, tapi ini dilakukan semata-mata
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 43Yun dan Putri kini duduk berhadapan, sekarang mereka berada di sebuah cafe yang tak terlalu ramai. Walau begitu cafe ini sepertinya diperuntukan bagi kaum kelas atas, tampak dari tampilan orang-orang yang datang.Yun menatap Putri, gadis ini memakai mini dress berwarna merah jambu, kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat. Dari caranya berdandan, benar-benar tak seperti orang buta.“Dengan siapa kamu datang?” tanya Yun penuh selidik.“Pengawalku, dia duduk di pojokan, katanya.”“Oh,” kata Yun singkat sambil melihat ke arah pojokan. Ada dua orang wanita yang sedang mengobrol, apa itu? pikir Yun, karena tak ada lagi pojokan yang terisi selain di sana.“Lalu tujuanmu mengajak bertemu apa? cepatlah, aku sedang tak punya waktu sekarang.” Yun menyeruput kopi hitam yang baru saja diantarkan oleh pelayan. Menarik napas sejenak, menunggu j
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 42Karin menatap Yun dengan seksama, dia (Yun) sedang mengangkat senjata untuk siapa? Karin tak pernah bisa menebak isi hati orang-orang ini.Baik Yun, Leo atau Garda sekalipun, punya maksud masing-masing atas dirinya, lalu dia harus bagaimana? Karin gusar.Tangan Garda kini menggenggam erat tangannya, seketika jantung Karin berdetak kencang. Perasaan bodoh yang selama ini ingin dibuangnya, kembali lagi. Dia, masih memendam rasa pada pria ini.Entah itu suka atau benci, tapi Karin masih peduli.“Kapten pergilah.”“Aku tak mau.”“Aku mohon, aku akan menemuimu nanti.”Garda menoleh pada Karin, ditatapnya mata gadis itu yang memandangnya dengan penuh pengharapan.Pergi sekarang? apa kesempatan ini akan kembali lagi? batin Garda beradu dengan logikanya. Sepersekian detik dia disadarkan dengan su
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 41Karin membuka matanya perlahan, sekujur tubuhnya terasa kaku dan sakit. Ini hari kedua dia tak sadarkan diri.“Eh,” gumamnya pelan saat melihat sosok yang tak asing sedang duduk di samping tempat tidurnya. Sesaat lelaki tinggi tegap itu tak sadar sedang diperhatikan. Dia masih sibuk dengan secangkir kopi hangat yang baru saja selesai diseduh. “Kenapa ada di sini?” Karin mengatakannya agak keras, dia berharap pria itu mendengarnya.“Kamu sudah sadar?”“Hmm.” Pria itu terlihat kaget namun senang, tergambar jelas dari ekspresi wajahnya. Dia meletakkan bukunya, dan tak lagi sibuk menyeruput kopi hitam itu.Dia fokus pada Karin yang terkulai lemas di ranjang rumah sakit, diraihnya tangan gadis itu dan digenggamnya erat.“Apa masih sakit?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya.