Share

Terjerat Pesona Anak Mafia
Terjerat Pesona Anak Mafia
Penulis: unie

Pertemuan Pertama

Terjerat Pesona Anak Mafia

Chapter 1

Hyuga melangkahkan kakinya menuju taman bunga yang mengelilingi sebuah pondokan kecil, mata pria 27 tahun itu terus mengamati sosok gadis yang tampak asik dengan bibit-bibit bunga yang akan disemainya.

Tangan gadis itu penuh dengan tanah, dia terlihat asik tanpa merasa jijik atau pun risih sama sekali bahkan saat benda liat itu mengotori kaos putih yang dikenakannya. Rambut hitamnya diikat ke belakang hingga menampakan leher jenjangnya.

Hyuga menghentikan langkahnya tapi masih lanjut memperhatikan  Karin, keduanya belum saling akrab namun sudah melakukan akad nikah. Ada perjanjian tak masuk akal yang membuat kehidupan mereka saling terikat.

 “Ehem … “  kode itu berhasil mengalihkan perhatian Karin hingga menoleh kearahnya yang berdiri tak jauh dari tempat gadis itu berpijak. Raut wajah terkejut si gadis tampak lekat namun segera ditutupi dengan senyuman manis yang mengembang.

“Sudah sampai ?”

“Hmm … ”

“Masuk !”  sapanya ramah pada Hyuga yang terlihat arogan, walau begitu tak ditanggapi serius oleh Karin, kemarin pria ini juga bersifat begini padanya, dingin dan terkesan sombong.

Karin mendahului Hyuga, menuntun pria itu untuk masuk ke dalam huniannya, mata elang pria itu langsung menelisik setiap sisi rumah, seakan mengabsen apa saja yang ada di sana. Sofa usang menjadi pusat perhatian karena hanya ada benda itu di sana. “Syukurlah masih bisa buat duduk,” gumam Hyuga dalam hati.

Dia duduk di sana sambil menunggu empunya rumah yang entah sejak kapan hilang dari pandanganya. Hyuga melihat ada bayangan dari sebuah kamar yang pintunya tak tertutup, mungkin Karin di sana pikirnya dan mungkin juga itu kamar yang akan mereka gunakan untuk malam pengantin.

Benar dugaan Hyuga tak lama Karin muncul dari kamar itu dengan pakaian berbeda, wajahnya pun sudah bersih hingga Hyuga bisa melihatnya dengan jelas. “Cantik,” gumamnya dalam hati namun belum bisa menggetarkan jiwanya seperti Agatha, sang istri.       

Ya, Hyuga sebelumnya sudah menikah dan kini dia menjalin ikatan lagi dengan gadis cantik ini, bukan karena selingkuh namun karena permintaan sang istri yang memohon padanya untuk menikah lagi. Dan gadis ini yang dipilih untuk menjalin kontrak pernikahan, setidaknya sampai memiliki seorang anak.                                                                                                                                       

Keduanya saling tatap dengan canggung, Karin mencoba tersenyum walau bibirnya kaku, tak dipungkiri dia deg-degan saat ini, kalau bisa digambarkan, jantungnya sekan ingin melompat keluar.

“Kenapa menatapku begitu, apa aku seperti orang jahat ?” tanya Hyuga  sambil menatap tajam kearah Karin, walau awalnya Karin tak berpikir demikian tapi akhirnya ia mengakui bahwa pria didepanya ini cukup membuatnya takut.

“Nggak kok, mau minum apa ?” tanya gadis itu bingung, dia menimbang panggilan apa yang akan digunakannya, tak mungkin tanpa menyebutkan apapun seperti sekarang terdengar asing padahal mereka akan menjalin hubungan intim.

“Terserah, asal jangan kau beri racun dalam minumanku.” Lagi-lagi intonasinya ketus membuat Karin ingin kabur dari situasi ini. Dia jadi menimbang, apa keputusannya salah ketika menyanggupi permintaan Agatha untuk menikah dengan suaminya.

Karin melenggang dengan cepat, sambil berjalan dia berpikir bagaimana bisa ia akan tinggal bersama dengan pria yang sepertinya tak menyukainya. Andai waktu bisa diulang, takkan pernah ia menyanggupi permintaan nikah kontrak ini.

Karin menghembus napas kasar, padahal kemarin sebelum dan sesudah akad nikah wajah pria ini selalu dihiasi senyum setidaknya wajahnya tanpa beban seperti sekarang , apa semuanya palsu. Pikiran Karin kacau, Ia hanya membawa segelas air putih untuk pria yang sekarang bisa disebut sebagai suaminya.

“Kamu tahu maksud kedatanganku kan ? kita sudah menikah kemarin dan hari ini kita langsung saja pada prosesnya.”

“Hah, proses ? proses apa ?“ tanya Karin bingung, dia belum menangkap kemana arah pembicaraan Hyuga.

“Hah,” kini Hyuga yang menghembus napas kasar, lelaki itu bangkit dari duduknya lalu berpindah duduk di sebelah Karin, tanpa ragu Ia membisikan sesuatu yang membuat mata gadis itu melotot.

“Emangnya Aku mesin, mau langsung colok aja !”

“Kan memang begitu, bukannya kamu sudah buat perjanjian dengan Agatha, ya sudah tinggal kita lakuin, habis perkara,”

Karin menghembus napas kasar, laki-laki macam apa yang dinikahinya ini, walau ia tahu ini cuma pernikahan kontrak untuk memberikan keturunan pada pria ini dan Agatha, ‘tapi gak gini juga kali,’

“Ya sudah, buka celananya, nih langsung masukin!” ucap Karin kesal sambil membuka kancing celana jeans yang dikenakannya.

“Apa ?” ucap Hyuga terkejut, Ia sempat mengumpat ketika retsleting Karin sudah turun ke bawah. Pria itu langsung berjalan keluar menuju tempat mobilnya terparkir, namun sayangnya ketika ia sudah diluar, mobil dan supirnya sudah menghilang alias kabur.

“Damn it,” umpatnya dan bodohnya Ia tidak tahu sekarang berada di kampung mana, ditambah lagi dengan sinyal telpon yang hilang datang. Hyuga membanting telpon genggamnya setelah membaca  pesan dari Agatha istrinya,

”Semangat ya sayang, buat dedek bayi yang tampan sepertimu ya !” pesan itu ditambah emoji love love  yang membuat Hyuga semakin geram.

“Perempuan Gila.”

Hyuga termenung, Dia dan Agatha sudah 5 tahun menikah, ditahun ke empat pernikahan, mereka dihadiahi berita yang sudah sangat ditunggu oleh keduanya dan tentu  saja keluarga besar mereka. Agatha Hamil, anak kembar pula, cewek dan cowok.

Suasana mengharu biru kala itu, Agatha adalah wanita yang sangat dicintai Hyuga mereka sudah bersama dari bangku kuliah dan akhirnya menikah.

Namun karena kecerobohannya, Agatha kehilangan janin itu dan rahimnya harus diangkat. Belum lagi dengan kondisi kesehatan yang buruk membuat wanita 25 tahun itu tak bisa menghasilkan indung telur yang bagus untuk bayi tabung.

Ia terpukul, setiap harinya selalu menangis yang membuat kondisinya semakin buruk, hingga ia mendapatkan ide gila untuk mencarikan istri untuk suaminya. Bukan istri dalam artian sebenarnya, namun wanita yang dinikahi untuk mendapatkan keturunan sah dari bibit suaminya.

Tentu Hyuga menolak, lebih baik mereka mengadopsi anak dan bukan jalan jelimet seperti yang Agatha tawarkan. “Ini akan membuat masalah baru sayang,” tengkarnya saat itu.

“Aku yang cari perempuannya dan aku pastikan bibit, bobotnya supaya anak kita, sehat dan pintar,”

“Tapi,”

Semakin Hyuga menentang idenya, semakin kuat tekad wanitanya itu dan akhirnya Hyuga menyerah setelah istrinya itu mogok makan. Dan bisa ditebak, perempuan yang dipilih Agatha  adalah Karin gadis 19 tahun yang sedang membuat perasaanya kesal saat ini, entah alasan apa yang mendasari Karin bersedia untuk menikah dengannya.

“UANG, bukankah itu yang di mau wanita ini ?” gumam Hyuga yang sudah duduk di sofa usang yang ada di ruangan itu, ia menahan malu saat masuk kembali ke dalam rumah yang diiringi cekikikan dari sigadis manis.

Diakui Hyuga selera Agatha cukup bagus untuk mencari bibit keturunan yang ideal untuk anak mereka, Karin berwajah manis dan bisa dibilang imut dengan pipi yang sedikit cubby, tubuhnya ramping dan tinggi, kulit putih dengan bola mata cokelat menggoda.

“Aku mau mandi !” cetus Hyuga

“Oh, kirain mau pulang.” Karin sedikit terkekeh sambil membawa handuk, mata mereka sempat beradu kala Hyuga mengambil  handuk itu, lalu lelaki sedikit menunduk dan berbisik ditelinga Karin.

“Mana mungkin aku pulang, sebelum dapat yang kumau!” Karin sempat melotot karena Hyuga menghembuskan napas ditelinganya,  geli dan membuat bulu kuduknya meremang, 

“Heem, terserah tuan muda saja,” balas Karin dengan wajah santainya.

Sore setelah mandi Hyuga sempat terlelap di kamar yang dipenuhi aroma Magnolia itu, walau tak terlalu suka dengan wewangian tapi harum ini cukup membuatnya relax dan  mengantarkannya ke alam mimpi. 

----

“Ah, sudah jam berapa ini ?” gumamnya kala terkejut dan mendapati ruangan yang asing baginya. Hyuga langsung bangkit dan berjalan keluar.

“Kemana gadis gila itu ?” Hyuga mengumam kesal karena tak mendapati Karin dimanapun. Untung ia melirik ke arah kulkas dan mendapati pesan yang ditempel di pintu lemari pendingin itu.

“TUNGGU BENTAR YA, KARIN LAGI ADA MEETING,” tulisnya ditambah emoji senyum-senyum, membuat Hyuga mendecih, “Meeting apaan di tempat yang sinyal aja gak ada, ‘gadis gila’”

Hyuga membuka kulkas dan kembali menutupnya sambil mendengus kesal, “Hanya ada makanan kecil, harusnya aku bawa bekal tadi,” gerutunya.

Tak lama suara pintu terbuka yang membuat mata pria itu menatap dengan waspada namun kewaspadaan itu berganti dengan kelegaan kala senyum manis itu seakan menerpa wajahnya yang kaku.

“Kamu kemana saja ? aku lapar, belum makan dari tadi.”

“Lah, di kulkas kan banyak makanan.”

“Cih, memangnya aku anak kecil makan begituan, lagian itu sudah berapa lama kamu simpan di situ?”

 Senyuman Karin mengembang, snack-snack itu memang sudah lama di kulkasnya dan belum sempat dijamahnya lagi.

“Sebentar ya, aku masakin makan malam,” ucap Karin sambil meletakkan perlengkapan dan sebuah Kitab suci di atas lemari dan pemandangan itu membuat Hyuga sedikit merasa miris akan dirinya yang selama ini sudah jauh meninggalkan kewajiban seorang umat.

“Kamu mau masak ? yakin bisa dimakan ?”

“Hiss, jangan menilai orang dari penampilan luarnya dong, mentang-mentang aku cantik jelita begini.”

“Ptfff, ya kalau di hutan belantara gini sih yakin kalau kamu paling cantik.”

“Ish dasar.”

----

Mereka berdua duduk bersila di atas sebuah tikar anyaman, diatasnya tersaji nasi dan telur goreng yang dicampur dengan bawang dan cabai, lalu ada tumisan kangkung.

“Kamu dapat ini dari mana, memangnya  di sini ada pantai ?”

“Kerang ?”

Hyuga mengangguk sambil terus menyuapi mulutnya dengan makanan yang entah sudah berapa lama tak ditemuinya ini.

“Tadi pagi dikasi sama tetangga sebelah, enak ya ?”

“Iya, memang kamu gak cobain ?”

“Gak, aku gak bisa makan seafood,”

“Oh, rugi dong, enak banget ini.”

Karin hanya mengembangkan senyumannya, padahal ia hanya menumis itu dengan rawit merah dan bawang, “enak ya ? sukur deh,  mudahan kagak mabok,” gumamnya dalam hati.

Malam semakin melarut, suasana sepi ditambah suara gonggongan anjing tetangga membuat Hyuga risih, ia mengamati  Karin yang sedang asik mengutak atik HP nya yang tak bersinyal itu.

“Sialan wanita ini gak ada inisiatif sama sekali, masasih aku yang harus mulai duluan.” Hyuga berjalan menuju tempat tidur lalu menghempaskan pantatnya, duduk di sebelah Karin.

Ia tahu gadis di sebelahnya sedang canggung, tapi ia jadi semakin bersemangat untuk misinya mendapatkan anak. Ia menggapai wajah Karin membuat gadis itu menatap kearahnya. Wajah Karin yang gugup dan bersemu merah membuat Hyuga menahan senyum.

Tanpa basa basi, tanpa kalimat, Hyuga menangkup wajah sang gadis dan melumat bibir manis itu, awalnya pelan namun lama-lama semakin terhanyut  dan menuntut.

Napas keduanya terengah ketika bibir mereka terlepas, ”Boleh minum dulu ?” ucap gugup Karin. Hyuga mengangguk, tegukan air di leher jenjang itu membuat pikiran nakal Hyuga menyeruak, dengan cepat ia meraih leher Karin dan menghisap air dari bibir manis gadis itu.   

“Kau campurkan apa airnya ?” ucap Hyuga kaget karena rasa airnya sedikit aneh

“O... obat tidur.”

Hyuga mendengus kesal. ” Kenapa harus obat tidur, bukannya obat perangsang, dasar gadis bodoh,” umpatnya kasar.

“Kamu yang bodoh,” .

“Kamu mau buat anak atau mau aku buat marah,”  ucap Hyu kesal.

Brukk, bantal  mendarat  diwajah Hyuga, kalimat kasar Hyu membuat Karin geram.

“Awas kamu ...”

 bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status