Share

Hampir Saja

Terjerat Pesona Anak Mafia

Chapter 2

“Kamu bercanda, paling gak motor kek, pake ginian di jalan banyak tajakannya, bisa gempor kita.”

“Yaelah bawel amat sih kamu kak, kalo ada tanjakan kan tinggal dorong saja sepedanya repot amat,” balas Karin kesal karena dari tadi Hyuga terus mengomel, pagi ini mood mereka memang tampak berantakan, apalagi Hyuga. Dia tak habis pikir dengan insiden tadi malam, ditambah Karin yang memanggilnya kakak, membuatnya terbebani.

Hyuga terus menggerutu sepanjang jalan, tapi tak dapat dipungkiri ada kalanya senyumnya mengembang ketika melihat hamparan bukit dan pepohonan rindang yang tertiup angin ditambah lagi penduduk sekitar yang ramah membuat hatinya terasa hangat, “Masih ada ya yang seperti ini,” gumamnya dalam hati.

“Kamu terkenal juga ya Karin,” ucap Hyu ketika para penduduk yang berpapasan selalu menyapa Karin dengan ramah.

“Hoho jelas, aku kan yang paling cakep di sini kak !”

“Ptfff, percaya, percaya.”

“Kak Hyu ngeledek aku ? Awas kalau kamu sampai jatuh cinta sama  aku !”

“Hah ?  hahaha mimpi kamu,  yang ada kamu duluan yang cinta mati sama aku.”

“Ya, aku yang cinta, kamu yang mati hahaha,” timpal Karin sambal tertawa.

Sepanjang jalan mereka terus berdebat tak jelas, tak ada yang membahas tentang malam pertama mereka yang gagal total, setelah 20 menitan Hyuga mengayuh sepedanya,  akhirnya mereka sampai di pasar pagi.

Suasana ramai membuat Hyu sedikit risih namun apalah daya, cacing diperutnya tidak bisa diajak kompromi. Sedangkan Karin jangan ditanya,  sepanjang jalan mulut gadis itu terus mengunyah membuat Hyuga semakin dongkol.

Sebenarnya jajanan yang dipegang gadis itu sangat menggodanya setidaknya cukup untuk mengganjal perutnya yang keroncongan, namun kala teringat seorang lelaki berseragam yang memberikannya pada Karin tadi pagi membuat Hyu kesal. 

“Kemana lagi tu bocah,” gumam Hyu saat tak melihat Karin. Lelaki itu baru menyadari Karin tak disampingnya setelah menghabiskan semangkuk lontong sayur.

Hyu berjalan menelusuri pasar, menelisik lorong-lorong tapi tak menemukan gadis itu, tapi tak lama setelah itu ia mendengar suara orang beradu mulut dan ia merasa kenal dengan suara itu.

“Neng cantik, kemana pengawalnya, kok hari ini gak kelihatan?”

“Eh abang bongsor, mau ada kek, mau kagak, apa urusannya dengan abang?”

“Ya syukur deh kalau gak ada, ayo kita pacaran !” Lelaki bertato itu langsung menarik tangan Karin yang membuat gadis itu hampir jatuh tersungkur.

Karin mencoba memukul-mukul tubuh pria itu namun sepertinya tak berguna, malahan ia yang harus setengah berlari mengikuti langkah pria itu.

“Mau kemana kalian ?” ucap Hyuga sambil melipat tangan  didepan dadanya.

“Wuaaa, kakak tampan, tolongin adek,” teriak Karin cepat dengan dua bola mata berharap pada suami kontraknya itu.

Setengah menahan tawa, Hyu membalas tatapan memelas Karin lalu tak lama lelaki itu maju mendekat ke arah mereka berdua,

“Hmm, memangnya kita kenal ?”

Wuaaaa, jerit tangis suara hati Karin hampir meledak, “apaan ni orang, awas lo,” gerutu Karin dalam hati,  hanya sekali pandang saja Hyu sudah tau gadis itu sangat kesal padanya, tapi itu malah membuatnya girang,hitung-hitung balas dendam untuk kejadian tadi malam.

“Sayang, jangan sok kenal, ayo cepat jalan,” ujar  pria tinggi besar itu lalu kembali menarik tangan Karin, ia sempat tersenyum puas ke arah Hyu, yang serasa mendukungnya.

Tapi baru beranjak beberapa langkah akan beranjak, “ Bak buk bak buk braaakkkk, ahgrrr.” Terjadi baku hantam antar kedua pria itu.

----

Waktu sudah hampir menunjukan pukul 05.00 sore, matahari pun sudah mulai turun, dengan warna merah jingganya membuat gumpalan bola api raksasa itu sungguh indah apalagi jika dilihat dari tepian pantai dengan ombak yang menderu-deru.

Angin yang terus  berhembus membuat rambut Karin terombang-ambing kemana-mana, beberapa kali gadis itu menepikan rambut yang menutupi wajah mungilnya. Sesekali dia melirik kearah Hyu yang duduk disampingnya, setiap kali memandang wajah Hyu yang biru bengkak-bengkak membuat Karin ingin tertawa.

“Masih sakit kak ?”

“Diam kamu.“

“Ih marah, ngapain juga kamu nantangin preman pasar kelahi, itu mah cari mati namanya.”

Hyu mendengus kesal, gara-gara siapa coba ia sampai babak belur begitu, paling kesalnya lagi, Karin malah asik merekam perkelahiannya dengan preman tadi. “Mana ponsel kamu, sini !”

“Mau ngapain ? jangan dihapus enak aja,”

“Sini !“

“Nggak mau,  ini kan buat ditunjukin ke anak kita nan …” dengan cepat Karin menutup mulutnya, ia malah keceplosan mengatakan kalimat yang tak perlu itu.

“Agh, aku malas mau buat anak sama kamu. Cewek tak setia, lihat suaminya dipukul malah diam aja, cari bantuan kek, apa kek.”

“Memang kita kenal ?”

Hyu makin cemberut mendengar balasan Karin, mulutnya sampai monyong-monyong tak jelas membuat Karin terkekeh geli.

Mereka terdiam tak berdebat lagi, keduanya asik menyaksikan matahari berjalan turun, tapi itu hanya sebentar karena tak lama setelah itu mereka kembali adu mulut karena sepeda yang mereka bawa raib digondol maling.

“Kenapa kamu bodoh sih, dikunci dong dikunci,” teriak Hyuga kesal.

“Lah, bukannya kakak yang parkirin sepedanya?”

“Harusnya kamu ingetin aku dong, kamu kemana sih saat Tuhan bagiin otak !”

“Bukannya aku lagi sama kakak,makanya kita gak kebagian otak !”

“Argggg.”

----

Tak terasa sudah setengah jam Hyuga duduk sendirian di teras depan rumah, walau masih jam delapan malam tapi sepinya sudah terasa seperti tengah malam. Beberapa kali Hyu melihat ke arah jam tangannya , tapi tak ada tanda-tanda Karin akan pulang.

Petang tadi, tak lama setelah meraka sampai  ke rumah setelah menumpang pick up petani, seorang bapak-bapak tua datang tergopoh-gopoh, Ia minta Karin membantu persalinan anaknya. “What ? memangnya dia dokter atau malah dukun beranak ?” pertanyaan itu terus mengusik pikiran Hyuga, Ia akan memperjelasnya ketika istri kecilnya itu pulang nanti.

Angin dingin semakin menusuk hingga ke tulangnya, ketika Hyu hendak masuk, sebuah mobil Jeep hitam masuk ke pekarangan rumah.

“Siapa ?” gumam Hyu sambil menyipitkan matanya, lelaki itu melihat Karin keluar dari sana, lalu melambaikan tanganya pada seorang pria berseragam, “Itu pria yang tadi pagi kan ?“ gerutu Hyuga dengan kening mengkerut. Karin mengembangkan senyumnya kala matanya bertemu dengan Hyuga.

 “Kakak nungguin aku ?”

“Siapa itu ?”

“Ha ? yang mana  ?”

“Orang yang mengantarmu barusan ?”

Karin tak menjawab, cukup dengan senyum saja lalu ia menggandeng Hyuga masuk ke dalam, mereka duduk di sofa usang yang sudah tak asing bagi Hyuga. Mungkin terlihat bahwa Karin kelelahan, pria itu lalu menuangkan segelas air putih dan memberikannya.

“Terima kasih.“

“Jangan senyum-senyum begitu, kamu belum jawab pertanyaanku.”

“Itu dokter Dio, dokter tentara di pangkalan militer yang ada di balik bukit itu.”

Hyu menatap dalam ke arah Karin seakan minta penjelasan lagi, terlihat gadis itu menarik nafas panjang, ia merasa sedang interogasi oleh Hyuga.

“Kadang pak dokter menerima pasien dari desa,  tadi ia membantu persalinan ibu Nuri dan Aku yang jadi asistennya, karena dokter jarang turun tangan langsung kalau gak operasi.”

“Kamu dokter ?”

Dengan cepat Karin menggeleng.

“Perawat ?”

“Bukan.”

“Lalu ?”

“Ih, kakak kepo deh, capek tau ditanyain gitu, akukan bukan penjahat.”

Hyu tersenyum walau ia tak puas dengan jawaban Karin tapi tampaknya gadis itu sudah lelah dengan cepat Hyu mengangkat tubuh Karin yang membuat gadis itu berteriak karena terkejut.

“Kak, mau kemana ? aku bisa jalan sendiri.”

“Ke kamar, mau buat dedek bayi.”

“ Ha ? La katanya gak minat ?”

“Itukan tadi sore, sekarang minat sekali."

“Kyaaaaaa.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status