Share

BAB 5

"Dia tidak keberatan aku mengajar anaknya?" tanya Sarah tidak percaya.

"Ya, tapi dia menitipkan pesan. Pekerjaanmu adalah mengajar musik bukan yang lain. Jadi jangan suka ikut campur urusan yang lain!" tegas Rachel. Sarah tersenyum lega lalu mengangguk dengan keras.

***

Sarah memeriksa penampilan dari pantulan bayangannya di kaca iklan yang ada di halte kereta bawah tanah.

"Lumayan," guman Sarah sambil menyisir rambut panjangnya dengan jari. Dia sangat gugup tapi berusaha untuk tenang. Selama perjalanan menuju ke rumah Theo, Sarah tidak henti-hentinya meremas tangannya hingga memutih. Semakin dekat jantungnya berdegup makin kencang. Sarah menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan dan mengulangnya beberapa kali.

Akhirnya Sarah berdiri di depan pagar tinggi berwarna hitam, kedua sisinya terdapat tembok putih yang dihiasi tanaman merambat dengan bunga-bunga kecil berwarna warni. Namun, di sisi kiri ada kaca yang lebih mirip seperti jendela kecil. Sarah berusaha mengintip ke dalam pagar tapi dia sama sekali tidak menemukan celah. 

"Oh ada bel," ujar Sarah lega ketika menemukan sebuah kotak kecil dengan tombol berwarna merah. Sarah menekannya dengan kuat.

"Ada perlu apa?" Tiba-tiba seseorang membuka kaca kecil di samping pagar. Sarah hampir melompat karena kaget.

"Saya mau menemui Pak Theo," jawab Sarah gugup.

"Anda siapa?"

"Saya guru musik anaknya,"

"Oh iya, saya sudah diberitahu. Silakan masuk Nona," ucap pria besar berkulit gelap dan berkumis tebal itu dengan ramah. 

Pagar besar itupun terbuka sebelah. Sarah masuk perlahan dan menahan napas begitu melihat rumah yang ada di hadapannya.

'Ini rumah atau istana?' batin Sarah memandang rumah megah berwarna putih dengan sedikit aksen hitam di beberapa tempat.

"Silakan lewat sebelah sini Nona," ajak penjaga pagar tadi. Sarah segera mengikuti pria itu. 

Mereka masuk melalui pintu kecil dari garasi yang di dalamnya terdapat 4 buah mobil mewah yang biasanya Sarah lihat dari kejauhan.

Begitu memasuki rumah Theo, Sarah malah semakin tercengang. Dia pikir rumah semegah dan semewah ini hanya ada di TV. Sarah bertanya-tanya dalam hatinya, apa yang dikerjakan Theo sehingga bisa memiliki rumah semewah ini di usia yang begitu muda.

'Mungkin ayahnya juga konglomerat seperti ayah Rachel, karena itu mereka akrab,' ucap Sarah dalam hati.

Sarah dipersilakan untuk duduk sambil menunggu Theo dan putrinya datang. Seorang pelayan wanita keluar membawa nampan. 

"Silakan di minum Nona," ucap pelayan itu sambil meletakkan secangkir teh, sebotol air mineral, sepiring cake coklat yang sudah di potong dan sebuah piring kecil cantik dengan garpu kecil di atasnya.

"Terima kasih," jawab Sarah yang sudah berliur memandang cake coklat yang tampak lezat itu. Cemilan yang disajikan oleh orang kaya memang berbeda, Sarah belum pernah mendapat suguhan seperti ini. Namun Sarah tidak berani mengambilnya. Dia harus menunggu Theo.

Sarah sudah menunggu selama 5 menit, tapi Theo dan putrinya belum juga muncul. Dia melirik jam tangannya, dia memang tiba 12 menit lebih cepat dari jam yang dijanjikan, jadi dia menunggu dengan sabar, sambil menatap sekelilingnya. Sebuah foto lama tergantung di dinding. Foto pernikahan Theo dan istrinya yang sangat cantik.

Sarah merasa pernah melihat wajah istri Theo itu, tapi tidak yakin di mana.

"Nona Sarah." Tiba-tiba Theo muncul entah dari sebelah mana. Sarah sedang memandangi cake coklat yang terus menggodanya itu ketika Theo memanggil namanya.

"Tuan Theo," jawab Sarah lalu segera berdiri. Rumah dan mobil mewah Theo membuat sikap Sarah menjadi sangat sopan. Dia tidak boleh macam-macam dengan orang sekaya ini. 

"Maaf kalau anda menunggu agak lama. Tapi putri saya sangat ketat dengan waktu. Dia hanya akan keluar pada jam yang sudah di tetapkan." 

"Tidak apa-apa." Sarah tersenyum sopan sambil menganggukkan kepala dengan anggun.

"Oh iya, namanya Grace. Tolong jangan menyingkat namanya atau memanggilnya dengan panggilan lain. Dia tidak suka," jelas Theo yang diikuti anggukan kepala Sarah yang semakin anggun. 

"Selain itu, saya belum membeli piano untuk kamarnya, jadi anda tidak keberatan kan kalau belajar disini dulu untuk sementara? Dan tidak apa-apa kan kalau saya juga akan duduk di sini selama anda mengajar? Kebetulan saya juga sedang menunggu seseorang." Sarah kembali mengangguk, lehernya mulai merasa pegal, karena gerakan aneh yang dia buat agar tampak anggun.

"Miss Sarah." Seorang anak perempuan berusia 8 tahun dengan rambut diikat ekor kuda dan tubuh agak berisi berlari sambil berjinjit ke arah Sarah. 

Sarah segera berdiri dan kini ingat di mana pernah melihat wajah wanita tadi, Grace sangat mirip dengan ibunya.

"Grace!" seru Sarah bersemangat.

Anak perempuan itu melompat-lompat sambil bertepuk tangan mengelilingi Sarah tanpa menyentuhnya. Sarah hanya tersenyum sambil ikut bertepuk tangan sesekali.

"Anda kenal Grace?" tanya Theo bingung.

"Saya juga tidak menyangka, kalau putri anda adalah Grace. Dia adalah salah satu murid saya di Sekolah Pioneer," jawab Sarah tersenyum. Dia sangat dekat dengan Grace, dan lega karena ternyata Grace lah yang akan dia ajari.

"Anda guru musik Grace yang menyarankan agar dia mendalami musik?" tanya Theo tidak percaya.

Dia sengaja mencari guru musik privat, karena guru kelasnya mendapat laporan dari guru musik bahwa Grace memiliki bakat dan ketertarikan yang kuat terhadap musik. Karena itu, sebaiknya dia di beri pelajaran musik tambahan di luar sekolah.

Theo sudah meminta izin agar guru musik di sekolahnya yang memberi kelas tambahan. Tapi ternyata sekolah memiliki kebijakan, tidak mengizinkan gurunya memberi kelas tambahan untuk murid Pioneer di luar sekolah.

"Saya sangat senang dan tenang. Ternyata Grace sudah mengenal anda, dan sepertinya dia sangat senang bertemu dengan anda. Tapi apakah ini tidak masalah?" lanjut Theo sambil menghembuskan napas perlahan.

"Bernyanyi? Bernyanyi?" ucap Grace sambil menarik ujung lengan baju Sarah dengan pelan, sebelum Sarah sempat menjawab pertanyaan Theo.

"Baiklah, ayo bernyanyi," jawab Sarah sambil berjalan menuju ke Grand Piano hitam yang sangat berkilat.

"Berdiri tegap. Berdiri tegap." Grace berdiri di samping Sarah, mengikuti kebiasaan kelas musik nya di sekolah dan mengulangi kata-kata yang selalu Sarah ucapkan di sekolah.

"Bagus Grace," puji Sarah.

"Pemanasan. Pemanasan." 

Sarah tersenyum lalu mulai memainkan piano dengan nada-nada yang sudah dikenali oleh Grace.

"Do, re, mi, re, do." Grace mulai bernyanyi dengan santai. Sarah terus memainkan piano dan menaikkan nada dasarnya hingga di batas tertinggi suara Grace. 

Theo kagum, ini pertama kalinya dia mendengar Grace bernyanyi. Meskipun baru pemanasan, tapi nada Grace sangat tepat dan suaranya sangat cemerlang.

"My Grandfather's clock! My Grandfather's clock!" seru Grace dengan mata yang tidak fokus begitu mereka selesai pemanasan.

Sarah segera memainkan intro lagu yang diminta Grace. Tangannya yang tadinya mengepak-ngepak berhenti begitu Sarah memainkan pianonya. Theo sangat takjub, tidak menyangka musik bisa berpengaruh begitu besar terhadap putrinya.

Lalu ketika Grace mulai bernyanyi, Theo tidak bisa menahan air matanya. Hati pria dingin dan keras itu melunak begitu mendengar suara putrinya yang indah, seindah suara almarhum ibunya. Theo merindukan Grace, istrinya.

"Maaf Tuan, tamu anda sudah tiba," ucap pelayan setelah Grace selesai bernyanyi. Theo segera mengusap pipinya.

"Suruh dia masuk," perintah Theo, lalu berjalan mendekati Grace dan Sarah.

"Bagus sekali Grace," puji Theo. Grace kembali mengepak-ngepakkan tangannya, sambil memandang kantong baju ayahnya.

"Sekarang papa mau kenalkan Grace ke teman ayah. Dia sekretaris baru ayah. Ayo," ajak Theo sambil menarik ujung lengan baju Grace karena dia tidak suka disentuh dan menyentuh orang lain.

"Miss Sarah ikut. Miss Sarah ikut," ucap Grace bergeming. Sarah segera berdiri.

"Ayo, Miss temani." Grace segera memegang ujung lengan baju Sarah. Mereka berjalan menuju ke tempat Theo duduk tadi. Pelayan yang tadi melaporkan masuk, diikuti seorang wanita muda di belakangnya.

"Halo," ucap wanita itu dengan suara manja. Sarah membeku. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Perempuan itu sama kagetnya dengan Sarah.

"Kakak Sarah? Sedang apa kau disini?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status