Share

BAB 4

[Sarah, bisakah hari ini kau luangkan waktu?] Sarah yang sedang dalam perjalanan menuju ke sekolah untuk anak berkebutuhan khusus, membaca pesan yang dikirimkan Rachel dengan kesal.

[Untuk apa?] balas Sarah singkat.

Hari masih pagi tapi Rachel sudah mengajaknya bertemu. Sarah menduga pasti ada persoalan di sekolah musik, karena itu Rachel menghubunginya sepagi ini.

[Theo ingin bertemu dan membicarakan rencanamu untuk mengajar putrinya.]

[Aku akan tiba di sekolah musik jam 2 siang. Waktuku kosong sampai jam 4,] balas Sarah cepat. Lagi-lagi dia merasa bersemangat karena akan bertemu dengan Theo. Lalu seakan seseorang menamparnya dengan keras, Sarah kembali menyadari bahwa Theo adalah suami seseorang.

Siang itu, Sarah tidak membuang waktunya dan langsung berangkat menuju ke sekolah musik. Sarah merasa putus asa karena tidak bisa mengendalikan perasaannya. Meski menyadari bahwa Theo adalah pria beristri, namun hati Sarah tetap berbunga-bunga membayangkan akan bertemu dengannya sebentar lagi.

[Kalau sudah tiba, segera ke ruanganku.] Sarah baru saja turun dari kereta ketika pesan dari Rachel masuk. Dia segera bergegas berjalan setengah berlari menuju ke sekolah musik.

"Masuk," teriak Rachel setelah Sarah mengetuk pintu ruangannya.

"Halo," ucap Sarah canggung begitu melihat Theo yang langsung berdiri begitu Sarah masuk.

"Theo, ini guru yang akan mengajar putrimu. Kalian sudah bertemu semalam," ujar Rachel sambil menunjuk sofa. Sarah segera duduk di sofa yang ditunjuk Rachel.

"Oh iya, guru yang kelemahannya adalah kurang sabar," sahut Theo membuat pipi Sarah memerah.

"Maaf, bagaimana saya harus memanggil anda?" tanya Theo sopan.

"Panggil saja nona," jawab Rachel mewakili Sarah.

"Sekali lagi maaf, saya lupa. Nama nona adalah?" Sarah tertawa sinis di dalam hatinya. Theo bahkan tidak mengingat namanya.

"Sarah." Theo mengangguk lalu segera menjelaskan peraturan yang ada di rumahnya.

"Baik Nona Sarah, saya memiliki beberapa hal yang perlu anda ketahui. Putri saya tidak terlalu nyaman dengan kehadiran orang asing, karena itu saya ingin dia belajar di rumah, di tempat yang dia kenali. Dia juga sering tantrum kalau ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Kemampuan verbalnya sudah baik, tapi dia masih sering mengulang kata. Selama kelas anda akan ditemani oleh perawatnya atau saya atau asisten pribadi saya." jelas Theo.

"Apakah dia agresif?" tanya Sarah tanpa basa-basi. Theo tampak kaget mendengar kelugasan Sarah, karena biasanya orang tidak akan bertanya seperti itu.

"Terkadang. Ada orang-orang tertentu yang bisa dia cakar atau gigit ketika tantrum. Tapi dia tidak pernah melakukannya dengan saya."

"Bolehkah saya tahu spektrum autisme nya? Terapi apa saja yang sudah dan masih dilakukan? Lalu bagaimana dengan dietnya?" Theo memandang Sarah dengan risi.

"Maaf, tapi saya hanya ingin anda mengajarinya musik. Jadi saya tidak perlu menjelaskan hal-hal lainnya," jawab Theo tersinggung. Sarah menyadarinya.

"Maaf, saya-" Theo segera memotong perkataan Sarah.

"Untuk waktu dan hal-hal lainnya, akan saya bicarakan dengan Rachel. Terima kasih," ucap Theo sambil berdiri.

"Rachel, aku harus bekerja. Nanti aku akan menghubungimu lagi." Theo segera keluar dari ruangan Rachel tanpa mengucapkan apapun kepada Sarah.

"Kau benar-benar keterlaluan!" bentak Rachel setelah Theo menghilang dari pandangannya.

"Sudah berapa kali aku bilang, jangan mencari masalah dengan orangtua murid. Lakukan saja tugasmu untuk mengajar, tidak usah ikut campur masalah yang lain." Sarah diam, untuk pertama kalinya dia setuju dengan Rachel.

"Apa kau pikir kau lebih baik daripara orangtua itu? Kau pikir kau lebih memperhatikan anak-anak itu daripada ayah dan ibunya? Selama ini aku menahan diri, tapi kali ini kau harus mendengarnya. Yang kau lakukan bukan semata-mata karena perhatian, tapi karena kesombonganmu!" sembur Rachel yang merasa kesal karena Sarah telah menyinggung perasaan Theo.

"Maafkan aku," ucap Sarah pelan lalu berdiri dan keluar dari ruangan Rachel dengan wajah tertunduk.

Kali ini Sarah merasa sangat terpukul. Andai bukan Theo, dia pasti akan membalas dengan sengit. Tapi karena Theo, dia hanya bisa menginstrospeksi dirinya sendiri.

'Aku bukan ingin ikut campur. Aku hanya ingin tahu metode apa yang harus aku lakukan untuk mengajarnya dan kapan waktu yang pas, agar efektif,' batin Sarah sambil berjalan dengan lunglai menuju ke ruang tunggu guru.

"Ada apa kak?" tanya Catri yang sedang bersiap untuk mengajar. Sarah hanya menggelengkan kepala lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa empuk yang berada di samping jendela.

"Cat, apa kau pernah bermasalah dengan orangtua murid?" tanya Sarah sambil memandang ke luar jendela.

"Aduh, jangan sampai. Catri sih sebisa mungkin menjaga perasaan orangtua. Aku enggak seberani itu," jawab Catri engan suara cemprengnya. Sarah mengangguk.

"Aku ngajar dulu ya."

"Oke," jawab Sarah pelan. Dia segera merebahkan tubuhnya di atas sofa. Dia masih punya waktu hampir dua jam sebelum mengajar. Setelah kebijakan yang Rachel buat, kini dia jadi punya waktu luang yang cukup banyak. Orang dewasa biasanya baru bisa kursus setelah pulang kuliah atau pulang kerja.

Rachel berbaring sambil menatap langit terang yang terlihat dari jendela yang ada di hadapannya. Dia teringat semua perselisihan yang pernah terjadi antara dirinya dan para orangtua murid. Kalau saja bukan Rachel bosnya, dia pasti sudah dikeluarkan sejak lama.

Sarah semakin merasa bersalah karena telah menyebabkan banyak masalah bagi Rachel, tapi dia tidak pernah menyesali tindakannya terhadap para orangtua itu.

Tidak jarang Sarah menghabiskan setengah waktu mengajarnya untuk mendengarkan muridnya menceritakan keluh kesah mereka tentang orangtua, sekolah dan teman-temannya. Sarah mengerti perasaan mereka dan dia selalu berada di sisi mereka.

Dia pernah memaki seorang ayah yang memukul sang anak di depannya. Dia pernah mengusir seorang murid karena mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, orangtuanya tidak percaya. Maka setiap kelas Sarah selalu merekamnya tanpa sepengetahuan sang murid. Hingga kejadiannya terulang kembali, tapi kali ini Sarah punya bukti. Namun, orantuanya malah meminta Sarah menghapus video itu atau dia akan dilaporkan karena merekam tanpa izin.

Sarah tidak pernah merasa lebih tahu dari mereka, dia hanya tidak tahan melihat anak-anak yang diabaikan. Namun peristiwa kali ini benar-benar membuat Sarah terpukul. Dia yakin Rachel akan mencari guru lain untuk menggantikannya mengajar anak Theo. Sarah yang kelelahan, perlahan tertidur.

"Hei bangun," Sarah segera melompat dari sofa dan melirik jam tangannya. Ternyata dia tertidur selama sejam.

"Ada apa? Mengagetkanku saja," gerutu Sarah kepada Rachel.

"Barusan Theo menghubungiku, bisakah kau mulai mengajar putrinya besok?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status