Krystal merapikan dress di atas paha yang sedang dikenakannya. Sekarang, dia tinggal menunggu Samudra, kekasihnya. Rencananya, mereka akan makan malam di kediaman keluarga Samudra sambil merayakan anniversary mereka yang ke-2 tahun. Dan rencananya juga, mereka akan mengumumkan kepada keluarga Samudra, bahwa hubungan mereka akan melaju ke jenjang yang lebih serius. Mereka ingin bertunangan.
"Sayang, sudah siap? " tiba-tiba Samudra datang dengan senyumnya.
Krystal menghampiri Samudra dan menggandeng tangan Samudra. Dengan lipstiknya yang berwarna merah merona, Krystal mengecup bibir Samudra. "Sudah siap sayang. Aku sudah tidak sabar."
Samudra tertawa kecil, dan selanjutnya membawa Krystal kepelukannya sambil berjalan menuju tempat di mana mobil samudra berada.
Selanjutnya, Samudra mulai melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah Krystal. Di dalam mobil, mereka saling berbicara satu sama lain diselingi candaan. Pembicaraan tentang masa depan menjadi topik kali ini. Samudra sudah mempersiapkan masa depannya bersama Krystal dengan matang. Dan Krystal pun sama. Dia memiliki khayalan pernikahan yang sama dengan Samudra. Mereka sudah satu hati.
•••
"Aku gugup, " ucap Krystal.
Samudra tersenyum, lalu menggenggam tangan Krystal. "Semuanya akan baik-baik saja. "
Kystal berbalik dan mencium pipi kanan Samudra dengan manis. "Terima kasih selalu, sayang. "
Setelah adegan cium-cium itu, akhirnya Krystal dan Samudra mulai melangkahkan kakinya menuju pintu utama kediaman Samudra. Kediaman yang bergaya Eropa klasik itu benar-benar memanjakan mata Krystal. Lampu-lampu besar, dihiasi lukisan dan guci super mahal membuat rumah ini tampak hidup dan indah.
"Indah banget, " ucap Krystal.
Samudra tersenyum dan merangkul bahu Krystal. "Indah memang, nanti jika kita sudah menikah aku akan membelikan rumah yang sama seperti ini. Bahkan mungkin akan lebih dari ini. Anything untukmu sayang. "
"Aw, sweet sekali sayangku ini. Terima kasih sayang. "
"Aku sudah tidak sabar. " Lanjut Krystal.
"Tak sabar menikah denganku?" tanya Samudra dengan nada menggoda.
"Bukan sayang. Tidak sabar untuk menikmati uangmu lebih banyak lagi. "
Samudra tertawa mendengar perkataan Krystal. Kekasihnya ini, sangat lucu sekali. Samudra beruntung memiliki Krystal.
Dulu, butuh perjuangan untuk mendapat hati Krystal. Terlebih, Krystal adalah wanita tertutup dan banyak sekali lelaki yang mendekati dan menyukai Krystal. Namun, ternyata pilihan Krystal jatuh pada Samudra. Dan Samudra bahagia untuk itu.
Samudra tidak akan melepaskan Krystal. Selamanya, dia ingin bersama Krystal dalam suka maupun duka.
"Kita duduk dulu ya, " ucap Samudra.
Mereka berdua duduk di ruang keluarga yang mayoritas hiasannya berwarna ungu dan emas. Sangat elegan dan indah. Di samping kanan, terdapat foto keluarga Samudra dan kedua orang tuanya.
"Itu kamu waktu kecil? " tanya Krystal.
Samudra mengangguk, sambil menenguk orange jus yang berada di tangannya. "Iya, lucu kan sayang? "
Krystal mengangguk antusias. "Iya, ganteng banget. "
Samudra terkekeh dan selanjutnya mengacak rambut Krystal gemas. "Kita makan sebentar lagi ya sayang, tunggu papi mami aku ya. Papi masih di kantor, kalau mami lagi di butiknya. "
Krystal mengangguk, dan memeluk Samudra dari samping. Samudra sedikit kaget dengan pelukan Krystal, namun dia segera menyimpan gelas orange jus itu dan membalas pelukan kekasihnya.
"Kamu yakin nggak sama aku? " tanya Krystal tiba-tiba.
"Yakin dong. Aku bener-bener udah jatuh cinta sama kamu. "
"Dih, bucin sekali Mr. Samudra ini. "
Samudra terkekeh, dan kembali memeluk Krystal lebih erat sambil mencium pipi Krystal dan bibir kenyal milik Krystal.
Secara tidak sadar, perlakuan mereka sedari tadi diperhatikan oleh seorang lelaki paruh baya yang masih terlihat tampan di usia yang memasuki empat puluh sembilan tahun. Dia Abraham. Ayah dari Samudra.
"Ehem."
Samudra dan Krystal sontak kaget dan berusaha menetralkan detak jantungnya. Samudra hafal suara itu. Suara ayahnya.
Krystal sudah salah tingkah saja ketika ayah dari sang kekasih memergoki mereka sedang bercumbu sambil bercanda.
"Papi, udah pulang? " ucap Samudra sambil berdiri menghampiri Abraham.
Abraham mengangguk dan melihat ke arah wanita yang sedang merapikan dress nya.
Seakan tahu bahwa papinya memperhatikan sang kekasih, Samudra segera membawa Krystal ke sampingnya.
"Ini Krystal pi, pacar aku. "
Krystal yang merasa dirinya diperkenalkan kepada ayah dari sang kekasih pun mendongak, melihat ke arah ayah sang kekasih.
Deg..
Jantung Krystal berpacu sangat cepat ketika melihat lelaki paruh baya yang masih terlihat tampan, gagah dan perkasa di usia yang tak lagi muda. Biar Krystal definisikan ayah dari kekasihnya itu. Badannya tinggi, kekar, rambutnya mulai beruban, janggutnya menghiasi rahang runcingnya, matanya tajam dan hidungnya mancung tajam. Benar-benar sempurna.
"Sayang?! " panggil Samudra lembut.
Seakan tersadar dari lamunanya, Krystal berbalik menatap Samudra. Samudra tersenyum kecil dan beralih menggenggam tangan Krystal.
"Eh, iya. Perkenalkan om nama saya Krystal Angeline. Panggilan saya Krystal, " ucap Krystal memperkenalkan diri.
"Panggil papi saja, " ucap Abraham.
Krystal benar-benar dibuat melayang ketika mendengar suara tegas dan berwibawa milik Abraham. Kini, pikirannya sudah melayang entah kemana. Tiba-tiba nafsunya meningkat hanya dengan melihat dan mendengar suara Abraham.
Sebenarnya, ada apa dengan Krystal?
"Mami nggak bareng papi? " tanya Samudra. Mereka sudah duduk di ruang keluarga. Abraham duduk di sofa single, sementara Krystal duduk bersebelahan dengan Samudra.
"Nggak, mami kamu masih ada urusan katanya. " Jawab Abraham.
Samudra mengangguk. Samudra tidak banyak berbicara dengan Abraham. Karena fakta nya, Abraham dan Samudra kurang dekat. Samudra lebih dekat dengan ibunya. Status anak tunggal juga membuat Samudra lebih dimanja oleh sang ibu.
Samudra merasakan bahwa Krystal memang gugup. Itu terlihat dari sikap Krystal yang salah tingkah sedari tadi. Itu pemikiran Samudra.
Namun, Samudra tidak tahu saja bahwa Krystal salah tingkah bukan karena kedatangan Abraham. Atau karena takut dengan Abraham. Melainkan, menahan nafsunya yang tiba-tiba melonjak tinggi hanya dengan melihat Abraham.
Inti Krystal sangat gatal, dan dia butuh pelampiasan untuk itu. Samudra fokus pada televisi yang menyiarkan berita perselingkuhan, sedangkan Abraham sedang fokus pada layar handphone nya.
"Kenapa sayang? " tanya Samudra.
"Boleh ikut ke toilet? "
"Tentu saja sayang. Kamu bisa pakai toilet di kamar aku ya, toilet yang bawah lagi rusak, kamu tau kan kamar aku? " Krystal mengangguk, dan selanjutnya dia buru-buru berdiri untuk menuju toilet kamar Samudra.
Setelah Krystal pergi, Abraham membuka suaranya. "Jadi, dia yang akan kamu ajak serius? " tanya Abraham.
Samudra mengambil orange jus nya, "Iya, gimana menurut papi? " tanya Samudra.
"Papi serahkan semuanya sama kamu. Kalau kamu sama dia yakin, orang tua hanya bisa mendoakan yang terbaik."
"Terima kasih pi. " Ucap Samudra sambil tersenyum.
Abraham mengangguk dan selanjutnya berdiri untuk menuju ke kamarnya. Abraham butuh meluruskan punggungnya yang kaku. Maklum, umur dia sudah tidak muda. Dia butuh istirahat yang cukup.
•••
Krystal memperhatikan dirinya di cermin besar yang berada di toilet. Dressnya nampak berantakan, rambutnya juga berantakan. Tapi, dia tersenyum puas, dia sudah berhasil mengeluarkan nafsunya dan berkhayal tentang Abraham.
Ya, Krystal melakukan pelepasan dengan menyebutkan nama Abraham. Bukan, Samudra.
Krystal begitu nafsu dengan Abraham. Bahkan, disetiap desahannya dia menyebutkan nama Abraham dan berkhayal seolah Abraham sedang membuat dirinya mendesah hebat.
Abraham benar-benar membuat Krystal gila.
Krystal tersenyum sambil memasukkan dada nya kembali ke tempatnya. Namun, dress yang sebetulnya memiliki lengan itu dia gunting dan beralih menjadi dress tanpa lengan. Dia turunkan sedikit dress itu dan mulai meneliti pakaiannya. Benar-benar menggairahkan.
Dan tujuan Krystal sekarang sama sekali bukan meminta restu kepada mami juga papi dari Samudra. Tapi, membuat papi Samudra berada di bawah dirinya. Semudah itu Krystal berubah pikiran.
Perihal pertunangan dan hubungannya dengan Samudra? Entah kenapa Krystal sudah tidak minat dengan Samudra. Krystal kini hanya ingin Abraham, bukan Samudra.
Krystal segera keluar dari kamar Samudra untuk kembali melihat masa depannya, Abraham. Namun, di tengah perjalanan dia melihat Abraham yang sedang berjalan menuju kamar miliknya dan sang istri. Dengan penasaran, Krystal segera mengikuti Abraham dan melihat Abraham yang mengganti kemeja di kamarnya dari celah pintu yang tidak tertutup rapat.
"Errr, sangat menggairahkan. " Gumam Krystal.
Seakan mengetahui dirinya ada yang memperhatikan, Abraham dengan refleks menoleh ke arah pintu dan melihat sang kekasih dari anaknya sedang memperhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Krystal, sedang apa? "
Sial! Krystal ketahuan mengintip Abraham!!
Krystal tersenyum canggung ketika Abraham menghampiri dirinya yang masih berdiri mematung di luar kamar milik Abraham. Rasa malu benar-benar mendominasi saat ini, namun rasa ingin memiliki Abraham semakin kuat. Rasa ingin memegang perut kotak-kotak milik Abraham sangat menggebu-gebu."Ada apa Krystal? " tanya Abraham.Krystal tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. Dia mendekat sedikit ke arah Abraham dan kembali tersenyum manis. "Nggak papa kok pi, maaf ya nggak sopan liat papi ganti baju. Nggak sengaja serius. "Abraham tidak merespon perkataan Krystal. Abraham hanya mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamarnya dan kemudian menutup rapat pintu kamarnya."Ish, dingin sekali. Apa tidak tergoda dengan pakaian seksi ku ini, papi mertua? " ucap Krystal sambil terkekeh."Sayang! " Krystal segera berbalik dan melihat Samudra yang menghampiri dirinya.Krystal segera tersenyum semanis mungkin, dan memeluk Samu
Krystal tersenyum manis ketika melihat seseorang yang sedang dia sukai akhir-akhir ini berada di depannya. Pakaiannya formal, dan benar-benar terlihat cocok, membuat lelaki itu bertambah tampan berkali-kali lipat. Jantung Krystal kembali bergemuruh, persis sama seperti waktu pertama kali mereka bertemu. Dia, Abraham. Ayah dari kekasihnya. "Ada apa pi? " tanya Krystal sambil tersenyum. Abraham menggelengkan kepalanya, lalu tanpa bicara memberikan buku menu kepada Krystal. Tanda Krystal harus memesan makanan. Krystal tersenyum, dan mengambil buku tersebut. Dia mulai memesan menu yang populer di restauran ini, tentu saja Krystal bertemu tanpa sepengetahuan Samudra. Dan untungnya, letak restauran ini lumayan jauh dari daerah rumah Abraham maupun Krystal. Jadi, sedikit aman. "Papi mau pesan apa? " tanya Krystal ketika seorang pramusaji perempuan mencatat pesanan mereka. "Samakan saja. " Ucap Abraham. Pramusaji itu mengangguk sambil tersenyum, selanjutnya, dia berpamitan untuk membuatk
Abraham mengganti bajunya di dalam kamar miliknya dan Luna. Semalam , dia tidak pulang ya karena dia bermalam penuh gairah dengan kekasihnya, Krystal. Sebelum menghabiskan malam dengan Krystal, tentu saja Abraham meminta ijin kepada Luna. Alasannya, dia akan lembur dan kemungkinan tidak pulang karena pekerjaan yang sedang menumpuk. Luna percaya saja, lagi pula suaminya itu selalu lembur juga ketika memiliki banyak kerjaan. Luna memaklumi itu."Udah sarapan mas? " tanya Luna disertai senyum manisnya.Abraham membalas senyuman Luna, dan memeluk pinggang wanita nya. "Sudah tadi di kantor, mas beli bubur ayam. ""Dibeliin siapa mas? " tanya Luna sambil memeluk pinggang suaminya lagi."Office boy sayang. "Bohong.Office boy apaan, sarapan dengan kekasih sih iya. Saling menyuapi satu sama lain, dan jangan lupakan saling meraba tubuh kekasihnya juga tentunya. Entahlah, tubuh Krystal bagaikan candu untuk Abraham.
Setelah puas dengan ayah dari sang kekasih, Krystal segera pulang ke rumahnya diantarkan oleh Abraham. Krystal tinggal sendiri, orang tuanya tinggal berbeda kota dengannya. Dan itu lumayan jauh. Mungkin mereka akan bertemu paling cepat satu bulan sekali untuk mengobati rindu mereka. Tadi, sebelum percintaan antara Abraham dan dirinya dimulai, Samudra menghubungi Krystal dan mengabari bahwa dia akan pulang besok, dia bertanya kepada Krystal apa yang diinginkan dirinya dari Jepang. Dengan menahan desahan akibat Abraham yang sedang memainkan dirinya, Krystal berbicara kepada Samudra apa saja. Untungnya, sang kekasihnya itu tidak curiga sama sekali. Jadi, ini tetap aman. "Daddy pulang ya sayang. " Setelah mengatakan itu, Abraham mengecup dahi dan bibir Krystal singkat kemudian berlalu mengendarai mobilnya meninggalkan halaman rumah milik Krystal. Krystal tersenyum dibuatnya. Padahal, baru kemarin dia berpikir bahwa Abraham adalah lelaki yang dingin dan irit berbicara. Namun, ternyata
Luna terkekeh pelan ketika melihat pemandangan di depan sana. Pemandangan yang seharusnya membuat dia marah. Tetapi, rasanya biasa saja. Bahkan dia senang sekali melihat kedua orang yang sedang kasmaran itu gelagapan karena pertemuan mereka diketahui oleh kekasih salah satu dari mereka. Mereka adalah Abraham, Krystal dan Samudra. Luna adalah pelaku yang membuat Samudra sampai ada di hadapan Abaham dan Krystal. Perihal kelakuan Krystal dan Abraham di belakangnya, tentu saja Luna tahu. Namun, dia masih diam. Karena sesungguhnya, Luna pun sama seperti Abraham. Sama-sama memiliki kekasih lain di dalam pernikahan mereka. Anehnya, walaupun Abraham adalah suaminya dan berstatus masih sebagai suaminya sahnya, dia sama sekali tidak ada gairah dan cinta kembali kepada Abraham. Padahal, mereka tidak satu atau dua tahun menikah. Tapi, berpuluh-puluh tahun. Entahlah, dia merasa pernikahannya semakin ke sini semakin membosankan. Tapi dengan David, Luna merasa spesial kembali. Perselingkuhan it
Krystal dalam diam berpikir mengenai ajakan menikah yang dilontarkan Samudra tempo lalu. Sudah tiga hari, dia dan Samudra tidak saling berkomunikasi. Baik dirinya dan Samudra sama-sama enggan memulai pembicaraan yang mungkin akan membahas mengenai ajakan Samudra. Krystal benar-benar belum siap dengan yang namanya pernikahan. Dia takut jika dalam pernikahannya nanti, kemungkinan buruk akan terus datang kepada pernikahannya. Termasuk perselingkuhan. Krystal tahu dan sadar bahwa dirinya pun dengan sengaja menjadi duri pada rumah tangga orang tua dari sang kekasih. Justru itu, Krystal tidak mau menikah terlebih dahulu. Karena, dia takut karma itu menimpa pada hubungan pernikahannya nanti bersama dengan Samudra. "Apa hubunganku dan Samudra akan berakhir seperti ini? " gumam Krystal. Tiga hari ini dia termenung memikirkan itu, dan tiga hari ini juga dia ditinggalkan oleh sang kekasih, Abraham yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Bali. Abraham belum tahu tentang ajakan Samudra. Ren
Samudra kini sedang memandang foto yang memperlihatkan dua orang yang sedang tersenyum ke arah kamera. Itu dirinya dan Krystal. Foto itu, diambil pada saat mereka belum menjadi sepasang kekasih. Berfotonya pun secara formal, karena mereka sedang mengikuti pelatihan waktu itu. Dalam foto itu pun, tidak hanya Krystal dan dirinya. Ada Kevin dan teman-teman Krystal dan Samudra yang lainnya. Samudra terkekeh kecil ketika mengingat perjuangan dia untuk mendapatkan Krystal. Benar-benar membutuhkan waktu lama untuk meyakinkan Krystal bahwa dia memang benar-benar tulus mencintai Krystal. Mungkin, Krystal memang ingin seseorang yang serius kepadanya dan tidak ingin main-main dalam suatu hubungan. Nyatanya, Samudra pun sama. "Kok, aku kangen kita yang dulu ya, " gumam Samudra. Samudra menghela nafasnya pelan. Dia sekarang berada di apartemen miliknya. Sedari tadi pikirannya tidak tenang. Mau menghubungi Krystal pun, sang kekasih tidak pernah menjawab telpon nya maupun membalas pesan yang dik
Samudra merapihkan jas hitam yang melekat pada tubuh kekarnya. Dia meregangkan otot-ototnya yang kaku akibat terlalu lama duduk. Mata indah yang terpasang kaca mata minus itu pun melihat ke arah pemandangan hingar bingar kota. Otaknya kembali berpikir tentang sang kekasih, Krystal. Sudah hampir dua minggu dia dan Krystal tidak bertemu dan tidak saling berhubungan. Samudra sudah berusaha mencari keberadaan Krystal yang seperti hilang tanpa jejak dari Samudra. Mengirimkan pesan pada Krystal, menelpon Krystal semua sudah Samudra lakukan. Namun, hasilnya nihil. Bertahan terluka, sepertinya lagu itu cocok untuk keadaan Samudra sekarang. Tok.. Tok.. Tiba-tiba pintu ruangan Samudra diketuk dari luar. Dengan tegas, Samudra memerintahkan seorang itu untuk masuk ke dalam ruangannya. Ruangan kantor bernuansa hitam putih dan coklat itu benar-benar nyaman. "Maaf pak, ada yang ingin bertemu dengan bapak, " ucap Siska yang tak lain adalah sekretaris dari Samudra. "Bukankah sudah kuperintahkan