Krystal tersenyum canggung ketika Abraham menghampiri dirinya yang masih berdiri mematung di luar kamar milik Abraham. Rasa malu benar-benar mendominasi saat ini, namun rasa ingin memiliki Abraham semakin kuat. Rasa ingin memegang perut kotak-kotak milik Abraham sangat menggebu-gebu.
"Ada apa Krystal? " tanya Abraham.
Krystal tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. Dia mendekat sedikit ke arah Abraham dan kembali tersenyum manis. "Nggak papa kok pi, maaf ya nggak sopan liat papi ganti baju. Nggak sengaja serius. "
Abraham tidak merespon perkataan Krystal. Abraham hanya mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamarnya dan kemudian menutup rapat pintu kamarnya.
"Ish, dingin sekali. Apa tidak tergoda dengan pakaian seksi ku ini, papi mertua? " ucap Krystal sambil terkekeh.
"Sayang! " Krystal segera berbalik dan melihat Samudra yang menghampiri dirinya.
Krystal segera tersenyum semanis mungkin, dan memeluk Samudra dari samping.
"Ngapain kamu di sini? " tanya Samudra.
"Nggak, tadi papi minta tolong sama aku, jadi aku bantuin deh sayang, " ucap Krystal.
"Minta tolong apa? " tanya Samudra lagi.
"Minta tolong puasin papi hihi. " Tentu saja Krystal tidak mengucapkan itu. Itu adalah perkataan batinnya.
"Nggak kok, cuman tolong cek pintu takut engsel pintu nya patah. "
Meski terkesan tidak masuk akal, tetapi Samudra mengangguk. Namun, otaknya berpikir, bagaimana bisa papi nya menanyakan engsel pintu pada Krystal. Memangnya Krystal tukang bangunan yang tahu segalanya? Cukup menjadi pertanyaan besar bagi Samudra. Namun, Samudra berusaha menghilangkan fikiran negatif, dia harus selalu berpikiran positif. Lagi pula, pikiran negatif Samudra pun tidak masuk akal.
"Ayo sayang, Mami kamu nanti keburu datang. " Ajak Krystal.
Samudra dan Krystal kemudian mulai jalan menuju lantai satu tempat mereka berbicara bersama. Sambil menunggu Mami Samudra, Krystal dan Samudra akan membahas hal yang belum Krystal dan Samudra ketahui secara rinci.
•••
Abraham melihat istrinya yang sedang meng-akrab kan diri dengan calon menantunya, Krystal. Setelah makan malam keluarga, Luna sang istri segera membawa Krystal untuk memilih-milih tas branded yang katalog nya baru saja dikirimkan oleh teman-teman sosialita istrinya.
"Mau yang mana ni jadi nya? " tanya Luna.
Krystal melihat ke arah Luna, dan menggelengkan kepalanya. "Kayanya nggak deh mi. Ini terlalu mahal. "
Luna menggeleng keras. "No. Harus beli dong, nggak boleh menyia-nyiakan uang Samudra. Kamu harus memanfaatkannya dengan baik, dengan belanja contohnya. "
Samudra terkekeh, dan Krystal hanya tersenyum. Samudra bahagia melihat Krystal dekat dengan ibunya. Apalagi, ini adalah pertama kalinya dirinya membawa wanita ke rumah orang tuanya, dan perempuan pertama yang akan Samudra pinang. Samudra berharap seperti itu.
"Belanja lah semaumu, jangan sungkan ya. Uang ku, uang mu juga sayang. "
Krystal tersenyum dan mengangguk. Tatapannya beralih pada Abraham yang sama sekali tidak membuka suaranya. Tapi, penampilan lelaki itu benar-benar membuat Krystal menelan air liur nya dengan susah payah. Celana pendek dengan kaus putih benar-benar terlihat sempurna melekat di badan tegap milik Abraham.
"Mami boleh borong tas ini kan pi? Mami pengen semua warna nya pi. " Tanya Luna pada Abraham.
Abraham tersenyum manis ke arah istrinya. Lalu menganggukkan kepalanya.
Demi Tuhan. Krystal benar-benar terbuai dengan senyuman milik Abraham. Krystal bisa benar-benar gila. Senyum Abraham benar-benar membuat hatinya berdegup kencang. Krystal sudah benar-benar jatuh dalam pesona papi kekasihnya. Obsesi ingin memiliki Abraham semakin nyata.
•••
Abraham melihat istrinya yang sudah terlelap di samping dirinya. Pikiran nya melayang pada kejadian siang tadi. Bukan tidak peka dengan sekitar, Abraham sangat tahu jika sang calon menantunya itu mengintip dirinya berganti baju dari celah pintu. Namun, Abraham tetap membiarkan itu, dia ingin tahu sejauh mana Krystal bisa melihat tubuhnya.
Namun, ternyata Abraham salah berpikir. Abraham sempat berpikir Krystal akan segera sadar dan berlalu meninggalkan dia yang sedang mengganti baju. Namun, ternyata Krystal tetap diam menikmati pemandangan tubuh Abraham.
Abraham adalah orang yang memang pendiam. Dalam artian, dia tidak banyak bicara. Namun, untuk perasaan dia adalah seseorang yang peka. Bahkan sangat peka. Kepekaan itu yang membuat Luna sangat mencintai Abraham. Merajut pernikahan yang akan masuk ke-27 tahun pernikahan, tak membuat cinta mereka luntur begitu saja. Bahkan, menurut Abraham cintanya kepada Luna semakin hari semakin bertambah. Tapi, tidak untuk sekarang.
"Saya sayang kamu Luna. "
Setelah mengatakan itu, Abraham mulai menutup matanya dan mencium dahi Luna sebentar. Dia sangat mencintai Luna. Tapi, akhir-akhir ini cinta itu seolah sedikit memudar. Hanya sedikit. Perhatiannya kepada Luna pun perlahan mulai hilang. Hanya sedikit. Karena, Abraham sekarang sedang melihat ke arah Krystal.
Calon menantunya.
Ya, Abraham juga mulai memperhatikan dan tertarik dengan Krystal. Sudah Abraham bilang kan bahwa dia adalah tipe orang yang sangat peka, jadi dari gerak-gerik saja Abraham sudah mengetahui bahwa Krystal menyukai nya. Itu sangat terlihat bagi Abraham.
Dan untuk itu, Abraham mulai melirik Krystal. Walau dia tau, nanti ada Luna yang tersakiti.
•••
Krystal tersenyum sambil membayangkan wajah tampan Abraham. Pikirannya kini dipenuhi Abraham. Bahkan, di hatinya kini sudah ada nama baru, Abraham. Menurut Krystal, Abraham adalah sosok yang sempurna untuk dijadikan suami. Karena faktanya, Krystal sangat menyukai lelaki yang lebih tua darinya. Apalagi, seperti Abraham. Krystal sangat menyukai itu.
Ini pertama kalinya Krystal merasa bahwa dia sangat terobsesi pada seorang lelaki. Bahkan, nafsunya ketika dia dekat dengan lelaki itu melonjak tinggi. Dadanya bergemuruh dan rasa ingin melakukan hal yang tidak seharusnya pun sangat besar.
Krystal tidak tahu mengapa. Yang jelas, papu mertua nya itu sangat menggoda. Berdekatan dengan papi mertuanya memang tidak baik untuk kesehatan jantung, tapi baik untuk mata, hati dan juga tubuh dari seorang Krystal.
"Aku harus mendapatkannya. Bagaimana pun caranya," gumam Krystal.
"Tapi, ada Luna? Ah, itu akan aku fikirkan nanti. " Lanjut Krystal.
Setelah berbicara seperti itu, Krystal tersenyum sinis, dia sudah sangat jatuh ke dalam pesona Abraham. Dan Abraham harus bertanggung jawab atas itu. Krystal akan menghalalkan segala cara untuk membuat Abraham menjadi miliknya. Termasuk, mengandung benih dari seorang Abraham. Krystal rela. Yang penting, dia dan Abraham akan selalu bersama. Untuk urusan Luna dan Samudra? Itu akan Krystal pikirkan nanti. Yang jelas, dirinya dan Abraham harus bersatu.
Tiba-tiba handphone milik Krystal berdering, tanda ada telfon masuk. Dengan malas, Krystal segera mengambil handphone nya dan melihat siapa yang menelfon nya malam-malam.
Namun, raut wajah malas itu kini digantikan dengan raut wajah sumringah dan senyum cantik yang menghiasi bibirnya. Dadanya bergemuruh, otak nya tiba-tiba tidak bisa berpikir jernih. Pikiran negatif mulai mendominasi saat ini. Karena..
Panggilan telfon itu berasal dari Abraham!!.
Krystal tersenyum manis ketika melihat seseorang yang sedang dia sukai akhir-akhir ini berada di depannya. Pakaiannya formal, dan benar-benar terlihat cocok, membuat lelaki itu bertambah tampan berkali-kali lipat. Jantung Krystal kembali bergemuruh, persis sama seperti waktu pertama kali mereka bertemu. Dia, Abraham. Ayah dari kekasihnya. "Ada apa pi? " tanya Krystal sambil tersenyum. Abraham menggelengkan kepalanya, lalu tanpa bicara memberikan buku menu kepada Krystal. Tanda Krystal harus memesan makanan. Krystal tersenyum, dan mengambil buku tersebut. Dia mulai memesan menu yang populer di restauran ini, tentu saja Krystal bertemu tanpa sepengetahuan Samudra. Dan untungnya, letak restauran ini lumayan jauh dari daerah rumah Abraham maupun Krystal. Jadi, sedikit aman. "Papi mau pesan apa? " tanya Krystal ketika seorang pramusaji perempuan mencatat pesanan mereka. "Samakan saja. " Ucap Abraham. Pramusaji itu mengangguk sambil tersenyum, selanjutnya, dia berpamitan untuk membuatk
Abraham mengganti bajunya di dalam kamar miliknya dan Luna. Semalam , dia tidak pulang ya karena dia bermalam penuh gairah dengan kekasihnya, Krystal. Sebelum menghabiskan malam dengan Krystal, tentu saja Abraham meminta ijin kepada Luna. Alasannya, dia akan lembur dan kemungkinan tidak pulang karena pekerjaan yang sedang menumpuk. Luna percaya saja, lagi pula suaminya itu selalu lembur juga ketika memiliki banyak kerjaan. Luna memaklumi itu."Udah sarapan mas? " tanya Luna disertai senyum manisnya.Abraham membalas senyuman Luna, dan memeluk pinggang wanita nya. "Sudah tadi di kantor, mas beli bubur ayam. ""Dibeliin siapa mas? " tanya Luna sambil memeluk pinggang suaminya lagi."Office boy sayang. "Bohong.Office boy apaan, sarapan dengan kekasih sih iya. Saling menyuapi satu sama lain, dan jangan lupakan saling meraba tubuh kekasihnya juga tentunya. Entahlah, tubuh Krystal bagaikan candu untuk Abraham.
Setelah puas dengan ayah dari sang kekasih, Krystal segera pulang ke rumahnya diantarkan oleh Abraham. Krystal tinggal sendiri, orang tuanya tinggal berbeda kota dengannya. Dan itu lumayan jauh. Mungkin mereka akan bertemu paling cepat satu bulan sekali untuk mengobati rindu mereka. Tadi, sebelum percintaan antara Abraham dan dirinya dimulai, Samudra menghubungi Krystal dan mengabari bahwa dia akan pulang besok, dia bertanya kepada Krystal apa yang diinginkan dirinya dari Jepang. Dengan menahan desahan akibat Abraham yang sedang memainkan dirinya, Krystal berbicara kepada Samudra apa saja. Untungnya, sang kekasihnya itu tidak curiga sama sekali. Jadi, ini tetap aman. "Daddy pulang ya sayang. " Setelah mengatakan itu, Abraham mengecup dahi dan bibir Krystal singkat kemudian berlalu mengendarai mobilnya meninggalkan halaman rumah milik Krystal. Krystal tersenyum dibuatnya. Padahal, baru kemarin dia berpikir bahwa Abraham adalah lelaki yang dingin dan irit berbicara. Namun, ternyata
Luna terkekeh pelan ketika melihat pemandangan di depan sana. Pemandangan yang seharusnya membuat dia marah. Tetapi, rasanya biasa saja. Bahkan dia senang sekali melihat kedua orang yang sedang kasmaran itu gelagapan karena pertemuan mereka diketahui oleh kekasih salah satu dari mereka. Mereka adalah Abraham, Krystal dan Samudra. Luna adalah pelaku yang membuat Samudra sampai ada di hadapan Abaham dan Krystal. Perihal kelakuan Krystal dan Abraham di belakangnya, tentu saja Luna tahu. Namun, dia masih diam. Karena sesungguhnya, Luna pun sama seperti Abraham. Sama-sama memiliki kekasih lain di dalam pernikahan mereka. Anehnya, walaupun Abraham adalah suaminya dan berstatus masih sebagai suaminya sahnya, dia sama sekali tidak ada gairah dan cinta kembali kepada Abraham. Padahal, mereka tidak satu atau dua tahun menikah. Tapi, berpuluh-puluh tahun. Entahlah, dia merasa pernikahannya semakin ke sini semakin membosankan. Tapi dengan David, Luna merasa spesial kembali. Perselingkuhan it
Krystal dalam diam berpikir mengenai ajakan menikah yang dilontarkan Samudra tempo lalu. Sudah tiga hari, dia dan Samudra tidak saling berkomunikasi. Baik dirinya dan Samudra sama-sama enggan memulai pembicaraan yang mungkin akan membahas mengenai ajakan Samudra. Krystal benar-benar belum siap dengan yang namanya pernikahan. Dia takut jika dalam pernikahannya nanti, kemungkinan buruk akan terus datang kepada pernikahannya. Termasuk perselingkuhan. Krystal tahu dan sadar bahwa dirinya pun dengan sengaja menjadi duri pada rumah tangga orang tua dari sang kekasih. Justru itu, Krystal tidak mau menikah terlebih dahulu. Karena, dia takut karma itu menimpa pada hubungan pernikahannya nanti bersama dengan Samudra. "Apa hubunganku dan Samudra akan berakhir seperti ini? " gumam Krystal. Tiga hari ini dia termenung memikirkan itu, dan tiga hari ini juga dia ditinggalkan oleh sang kekasih, Abraham yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Bali. Abraham belum tahu tentang ajakan Samudra. Ren
Samudra kini sedang memandang foto yang memperlihatkan dua orang yang sedang tersenyum ke arah kamera. Itu dirinya dan Krystal. Foto itu, diambil pada saat mereka belum menjadi sepasang kekasih. Berfotonya pun secara formal, karena mereka sedang mengikuti pelatihan waktu itu. Dalam foto itu pun, tidak hanya Krystal dan dirinya. Ada Kevin dan teman-teman Krystal dan Samudra yang lainnya. Samudra terkekeh kecil ketika mengingat perjuangan dia untuk mendapatkan Krystal. Benar-benar membutuhkan waktu lama untuk meyakinkan Krystal bahwa dia memang benar-benar tulus mencintai Krystal. Mungkin, Krystal memang ingin seseorang yang serius kepadanya dan tidak ingin main-main dalam suatu hubungan. Nyatanya, Samudra pun sama. "Kok, aku kangen kita yang dulu ya, " gumam Samudra. Samudra menghela nafasnya pelan. Dia sekarang berada di apartemen miliknya. Sedari tadi pikirannya tidak tenang. Mau menghubungi Krystal pun, sang kekasih tidak pernah menjawab telpon nya maupun membalas pesan yang dik
Samudra merapihkan jas hitam yang melekat pada tubuh kekarnya. Dia meregangkan otot-ototnya yang kaku akibat terlalu lama duduk. Mata indah yang terpasang kaca mata minus itu pun melihat ke arah pemandangan hingar bingar kota. Otaknya kembali berpikir tentang sang kekasih, Krystal. Sudah hampir dua minggu dia dan Krystal tidak bertemu dan tidak saling berhubungan. Samudra sudah berusaha mencari keberadaan Krystal yang seperti hilang tanpa jejak dari Samudra. Mengirimkan pesan pada Krystal, menelpon Krystal semua sudah Samudra lakukan. Namun, hasilnya nihil. Bertahan terluka, sepertinya lagu itu cocok untuk keadaan Samudra sekarang. Tok.. Tok.. Tiba-tiba pintu ruangan Samudra diketuk dari luar. Dengan tegas, Samudra memerintahkan seorang itu untuk masuk ke dalam ruangannya. Ruangan kantor bernuansa hitam putih dan coklat itu benar-benar nyaman. "Maaf pak, ada yang ingin bertemu dengan bapak, " ucap Siska yang tak lain adalah sekretaris dari Samudra. "Bukankah sudah kuperintahkan
"Samudra dengan senyum yang menghiasi bibirnya berjalan bersama Matahari di sampingnya. Dulu, mereka adalah dua orang yang saling menyayangi. Sebenarnya, sampai hari ini semuanya pun masih sama. Rasa Matahari kepada Samudra masih ada. Namun, tidak dengan Samudra. Rasa Samudra kepada Matahari hanya sebatas teman kecil, lebih spesifiknya adalah sahabat kecil. Tidak lebih. "Kita mau kemana ni? " tanya Matahari. Tangannya menggandeng tangan Samudra dengan erat. Tidak ada penolakan dari Samudra. Samudra hanya tersenyum dan memperlihatkan raut wajah seperti berpikir. "Gimana kalau makan siang. Sekalian kamu cerita-cerita. "Matahari mengangguk antusias. Dengan senyum yang menghiasi keduanya, sepasang sahabat itu memasuki mobil Samudra dan selanjutnya meninggalkan pelataran kantor Samudra untuk makan siang berdua. Di dalam mobil, keduanya terlibat pembicaraan masa lalu yang menyenangksn. Kisah yang terlewat oleh keduanya pada masa lalu, mereka bicarakan hari ini. Rasanya, hari ini sepert