Beranda / Romansa / Terjerat Pesona Ibu Anakku / Bab 7. Janda Lebih Menantang

Share

Bab 7. Janda Lebih Menantang

Penulis: Kaiwen77
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-20 18:01:32

Tenaga Wanhan sedikit melemah, setelah dia menembus Arumi dengan paksa. Arumi yang kesal mulai memukuli suaminya amat keras, Wanhan sesekali menghindar namun tidak pernah membalas.

"Bapak jahat sekali pada saya," adu Arumi masih menangis.

Wanhan berusaha menenangkan Arumi, dia cium dahi sang istri cukup lama.

"Arumi tenanglah! Aku tidak akan menyakiti kamu lagi."

Tangisan Arumi mulai mereda, hingga meminta Wanhan untuk melepaskan dirinya.

"Pak, lepaskan saya. Tolong, bangun dari tubuh saya!" pintanya.

Bukannya menuruti, Wanhan justru mengangkat dagu Arumi dan mulai melayangkan beberapa kecupan di bibirnya. Arumi pun kaget dengan bagian bawah yang mulai digerakkan oleh suaminya.

"Sebentar saja, Arumi," bisik Wanhan lembut.

Arumi berusaha memberontak, namun Wanhan mencekal tangannya dan hasrat dia makin menggebu. Arumi yang belum merasakan kenikmatan hanya bisa meringis, menahan perih dan panas di bawah sana yang dijelajahi paksa.

***

Wanhan menyugar rambut sembari mata memandang diri di hadapan cermin. Bibir yang sudutnya terluka oleh gigitan Arumi semalam, kini terlihat tersenyum sinis.

“Dasar lelaki hina,” maki Wanhan sendiri.

Langkah dia mulai meninggalkan kamar mandi. Tujuan Wanhan begitu pasti, saat menuruni anak tangga lirikan dia otomatis tertuju pada Arumi yang begitu pendiam di meja makan.

“Bunda sakit, ya?” tanya Luna dengan mata memandangnya lekat.

Dari yang Luna dengar, Wanhan menyuruh Arumi untuk tidak masuk kerja. Jadi, pemikiran bocah itu hanya karena sakit saja.

Arumi yang mengulas senyum. “Bunda baik-baik saja, mungkin agak terlambat ke kantor.”

“Aku sudah mengizinkan kamu, jadi hari ini istirahatlah di rumah.”

Suara itu terdengar dari Wanhan yang mulai berjalan mendekat. Arumi langsung menghindari tatapan mata suaminya.

Kesal dan amarah masih singgah di hatinya. Masih tak menyangka, setelah dihina Wanhan tetap menyentuhnya juga.

“Kamu ke kantor pun percuma, aku bakal menyuruh satpam untuk mencegatmu di depan lift,” lanjut Wanhan.

Namun, Arumi tak mendengarkan sama sekali. Dirinya lebih memilih mengambilkan makanan untuk Luna.

“Makanlah! Habis ini langsung ke sekolah,” ujarnya.

Luna yang menyadari Arumi tak menanggapi semua ucapan dari Wanhan langsung bertanya.

“Ayah sama Bunda lagi bertengkar?”

“Tentu saja tidak, bukankah begitu Arumi?” elak Wanhan dengan tangan menyentuh pundaknya.

Namun, Arumi langsung menghindar hingga tangan Wanhan terjatuh. Dia tak mengira, kalau Arumi berani marah dalam waktu yang lama. Wanhan mengulas senyum dengan paksa.

“Kalau sudah selesai, biar ayah yang antar Luna ke sekolah.”

***

Arumi benar-benar tidak mendengarkan ucapan dari Wanhan. Dirinya tetap memaksa masuk kerja, meski dengan kondisi tubuh yang masih belum pulih. Tiap kali jalan, rasa tak nyaman singgah.

Namun, Arumi bukanlah wanita yang manja. Membiarkan rasa sakit menghalangi pekerjaannya.

“Jadi, dia tetap masuk kerja?”

Wanhan yang baru tiba di ruang kerja, mempertanyakan absensi Arumi pada Dani.

“Benar, Pak.”

Mata Dani diam-diam mencuri pandang pada atasan dengan raut kesal. Tidak menyangka, pagi-pagi justru mendapat perintah untuk mengawasi Arumi. Padahal banyak pekerjaan yang bisa ditanyakan oleh atasan dan siap dijawab oleh lelaki tersebut.

Wanhan menghela napas kesal. “Ternyata dia pandai memberontak.”

“Baru juga menikah, masalah apa yang ditimbulkan olehnya?” tanya Dani penasaran.

Mata Wanhan melirik sekretaris yang ternyata belum pergi. Wanhan tak mungkin menjelaskan kejadian semalam yang dia lakukan pada Arumi saat mabuk.

“Kembalilah bekerja!”

“Baik, Pak.”

Meski hati dilanda penasaran, Dani tetap menuruti permintaan atasan dan mulai berjalan keluar dari ruangan Wanhan.

“Dani, panggil Arumi ke ruanganku!”

Permintaan itu masih bisa didengar oleh Dani dari luar ruangan.

“Baik, Pak.”

Dani mendengkus kesal, selagi lelaki tersebut melangkah pergi, bibir menggunjingkan Arumi.

“Trik apa yang betina itu berikan, hingga pak Wanhan mulai peduli dengannya?"

Sementara, di divisi tempat Arumi bekerja. Terlihat seorang anak magang keluar dari kubik kerja hanya untuk menghampiri dirinya. Pandangan Arumi mulai teralihkan pada lelaki berusia 20-an ini.

“Mba, Arumi. Saya ada hadiah sebagai rasa terima kasih karena telah membimbing.”

Arumi menatap coklat yang cukup besar di atas meja kerjanya.

“Sama-sama, sudah seharusnya dilakukan.”

Lelaki bernama Rehan yang sebentar lagi akan jadi karyawan tetap memandang Arumi lekat.

“Kalau boleh tahu, apakah Mba Arumi masih single?”

Mendapat pertanyaan seperti itu, beberapa mata langsung melirik dan berniat ikut mendengarkan. Arumi tertawa canggung, manusia mana yang tidak tahu statusnya.

“Saya janda dengan anak satu,” sahut Arumi.

Pernikahannya dengan Wanhan sangat rahasia, jadi Arumi tidak ingin mengakui kalau dirinya telah jadi istri orang. Apalagi karyawan di kantor, Arumi tidak bisa jujur pada mereka.

Rehan bukannya merasa ilfeel dengan statusnya, malah terlihat tersenyum senang.

“Bukankah janda lebih menantang?”

Setelah mengatakan itu, Rehan mulai meninggalkan dirinya dan kembali ke kubik kerja sendiri. Arumi kini berada di situasi canggung karena ulah Rehan, semua mata masih meliriknya dengan sedikit menghina.

Arumi memilih melanjutkan pekerjaan.

Pintu divisi mendadak terbuka dan terlihat sekretaris dari Wanhan memunculkan diri.

"Arumi, ke ruangan pak Wanhan sebentar."

Semua mata mulai melirik dengan pikiran mereka masing-masing. Tidak biasanya Wanhan menyuruh sekretaris untuk turun tangan mencari seseorang, kecuali ada hal yang sangat mendesak.

"Sekarang?" tanya Arumi dengan tubuh malas berdiri.

"Menurutmu?" Dani memandang tajam.

Arumi mulai meninggalkan kubik kerjanya dan mengikuti Dani yang terlihat tidak senang.

"Akhir-akhir ini, pak Wanhan selalu mencari Arumi."

"Arumi seorang janda, sementara pak Wanhan masih lajang."

"Pasti Arumi yang menawarkan tubuh dan menggoda atasan."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 35. Sebuah Penjelasan

    Wanhan memandang mata Anggara dengan sedikit terkejut. "Maksud Kakek apa?"Anggara menghela napas kesal. "Kakek melihat dengan mata kepala sendiri! Arumi membicarakan kandungannya dengan lelaki lain."Wanhan mengernyitkan dahi. "Apakah dia tinggi dan pakaiannya kemeja motif?"Seingat Wanhan, lelaki yang sok baik dan akrab dengan Arumi hanya Rehan seorang. "Bagaimana kamu bisa tahu?" Anggara terlihat kaget karena cucu sendiri malah tahu.Helaan napas Wanhan pun terdengar berat. Sudah dia duga, kalau hanya Rehan yang dekat dengan Arumi. Sementara Anggara justru terlihat makin marah."Kamu kenal lelaki itu, tapi kamu malah diam saja dan merelakan Arumi!"Wanhan hanya diam saja. Sekali pun tangan dia mengepal karena kesal, mendengar ada yang tahu soal kehamilan Arumi selain keluarga. Terlebih orangnya lelaki yang menyukai istri dia."Berhubung Kakek baik saja dan ditangani dokter, aku akan kembali pulang," Wanhan langsung pamit.Anggara kaget mendengar omongan dari cucu kesayangan."Eh!

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 34. Anak Lelaki Lain

    "Jadi, Luna dijemput oleh kak Airin dan diajak pergi?"Setelah suasana tenang, Arumi duduk di ruang tengah dengan Luna di pelukannya. Wanhan yang duduk di depan mereka berdua mengangguk pelan.Arumi memandang sembari mengusap kepala Luna dengan lembut. "Luna dipaksa atau ikut sendiri?""Ikut sendiri," sahut Luna sembari bersembunyi di tubuhnya."Maaf ya, Bunda."Jemari Arumi masih mengusap. "Tidak apa. Tapi, lain kali harus tunggu bibi atau paman sopir kalau mau ikut sama tante, ya."Kepala Luna mengangguk pelan. Wanhan memandang padanya yang bisa dengan tenang saat bicara. "Ayah sudah minta maaf sama Luna? Begitu pun sebaliknya.""Sudah," sahut Luna dan Wanhan hampir bersamaan.Pandangan Arumi dan Wanhan saling bertemu. Menurutnya Airin berhak jika ingin bertemu dengan Luna, toh wanita itu ibu kandung dari Luna. Bedanya Airin pasti ada tujuan tertentu sampai menemui Luna, seperti halnya menginginkan uang lebih banyak. Arumi paham kenapa Wanhan bisa sampai marah."Nah, sekarang Lun

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 33. Wanhan Marah

    Matahari yang mulai bersiap untuk tenggelam satu jam lagi, terlihat Arumi memasuki mobil milik Wanhan yang terparkir cukup jauh dari kantor.Namun, Arumi merasa ada yang tidak beres dengan suaminya. Biarpun Wanhan mulai mengemudikan mobil, suaminya ini terlihat diam membisu dengan raut wajah yang menahan amarah."Ada apa, Mas? Apa di kantor sedang ada masalah?" Arumi langsung bertanya.Wanhan menoleh. "Tidak ada."Jawaban singkat dan raut wajah yang masih belum berubah membuat Arumi yakin, kalau suaminya ini sedang kesal."Apa aku yang buat masalah?""Kamu tidak buat masalah apa pun."Arumi jadi heran. "Kalau bukan masalah di kantor, bukan karena aku juga. Terus kenapa Mas kelihatan kesal begini?"Wanhan pun melirik wajah sendiri di spion. Memang kemarahan dia tidak bisa disembunyikan. Wanhan menarik napas dan berusaha untuk menenangkan diri."Aku tidak kesal atau marah kok, Arumi."Kepala Arumi mengangguk. "Baiklah."Meski penasaran, tapi Arumi tidak mungkin terus mendesak Wanhan unt

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 32. Luna Hilang

    "Ya?" Wanita tersebut berusaha mencerna ucapan dari Wanhan. "Maksud Bapak, Arumi bersuami dan sudah menikah?" Kepala Wanhan mengangguk membenarkan. Pandangan wanita tersebut tertuju pada Wanhan dengan pemikiran yang buruk. "Arumi sedang mengandung dan sudah bersuami, lalu Bapak masih mendekatinya?" Wanita tersebut bertanya dengan hati-hati. "Itu anakku." Pengakuan itu berhasil membuat ketua divisi Arumi menahan napas sejenak. Merasa dugaan yang buruk ternyata benar adanya. Arumi wanita yang murahan. Sudah tahu bersuami, tapi masih berselingkuh dengan atasan sendiri di kantor. Melihat karyawan dia yang hanya diam, tak memberikan reaksi terkejut membuat Wanhan berbicara lagi. "Sepertinya kamu masih belum paham ya." "Soal apa, Pak?" Wanhan menarik napas. "Aku suami Arumi itu, jadi sangat wajar kalau aku yang menghamilinya." Begitu mendengar pengakuan lagi, wanita tersebut barulah membulatkan mata dengan menunjukkan raut wajah yang terkejut luar biasa. Bahkan tangan sempa

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 31. Wanita Bersuami

    "Bapak sudah tidak waras, ya?"Datang-datang Dani langsung mengeluhkan kelakuan Wanhan. Sampai Wanhan yang semula sibuk bekerja, terpaksa mengalihkan pandangan pada sang sekretaris."Kamu punya adab, kan? Sekali pun pintu terbuka, kamu wajib mengetuknya dahulu," protes Wanhan.Bukannya mendengarkan dan intropeksi, Dani justru menghela napas kemudian mengeluarkan ponsel."Bapak minta saya untuk bertemu lagi dengan kakaknya Arumi dan memberinya uang.""Bagaimana mungkin saya ingat untuk mengetuk pintu?"Wanhan sepenuhnya berhenti dari kegiatan dia membuka halaman demi halaman dokumen. "Aku hanya menyuruh kamu seperti biasanya, kenapa masih saja mengeluh?"Dani langsung menarik napas panjang. "Masalahnya, uang yang Bapak berikan itu besar. Hampir 200 juta, sebenarnya apa yang sudah dia lakukan sampai Bapak seloyal ini?" keluh Dani panjang lebar.Mulut Wanhan membisu sejenak. Dia tatap sekretaris yang mungkin seharusnya tahu."Dia sudah tahu soal hubunganku dengan kak Valdi," sahut Wanh

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 30. Ketahuan

    "Kalau bukan perumpamaan, sudah saya tambah beras supaya tidak jadi bubur," sahut Dani membuat Wanhan melirik. "Oh ya, hari ini jangan lupa ada jadwal makan dengan pak Anggara." Dani tiba-tiba saja mengingatkan hal yang ingin Wanhan lupakan. Wanhan menarik napas kesal. "Kenapa kamu harus mengatakannya sekarang sih?" Dani mengerutkan dahi, melihat atasan yang malah marah diingatkan. "Kalau saya tidak bicara sekarang, saat Bapak sibuk justru lebih tidak mendengarkan." Lirikan Wanhan menjadi tajam. Sekretaris dia benar-benar butuh pendamping yang memikat hati pria lain sekali pun hanya diam, supaya Dani ikut merasakan seperti apa kesalnya hati dia. ** Wanhan makan malam bersama sang kakek dengan mulut membisu, kalau ditanya baru sesekali jawab. "Sebenarnya kamu kenapa sih? Seperti wanita yang lagi haid saja," sindir Anggara saking herannya. Wanhan melirik sejenak, kemudian meletakkan alat makan karena sudah selesai. "Aku sedang sibuk-sibuknya di kantor, Kakek malah m

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 29. Berani Bertanggung Jawab

    Pandangan Arumi dan Wanhan saling bertemu. Berusaha ia cari kebohongan di mata suaminya, namun tak ditemukan olehnya. Hanya ada keseriusan yang Wanhan tunjukkan."Bu, aku rasa Arumi lelah," ujar Wanhan tiba-tiba setelah suasana hening."Aku akan bantu Arumi kembali ke kamar."Mendengar maksud dari sang menantu yang ingin bicara berdua dengan Arumi, membuat Aisyah langsung mengerti dan segera bangun dari tempat duduk."Tentu saja Nak Wanhan. Kalau begitu ibu melihat Luna dulu."Jemari Wanhan terulur ke arahnya. Mulanya Arumi merasa ragu, namun pada akhirnya ia mulai meraih suaminya dan bangun dibantu oleh Wanhan."Aku tidak lumpuh, Mas," ujarnya karena berjalan pun tangan masih dituntun oleh Wanhan."Diam."Arumi menurut dan langsung membisu. Namun, Wanhan yang menyadari ucapan dia sendiri telah salah, Wanhan langsung mengeratkan tangan yang menggandeng Arumi."Kamu tidak lumpuh, kok. Aku cuma mau gandeng kamu sampai kamar saja."Mata Arumi memandang pada suaminya yang terlihat damai h

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 28. Aborsi

    Arumi membulatkan matanya. "Buat apa ke klinik, Mas?" Wanhan mengulurkan tangan untuk digapai olehnya. "Periksa, barangkali memang kamu lagi hamil," sahut Wanhan. Arumi meraih tangan suaminya dan dituntun untuk keluar dari area kamar mandi. Terlepas benar tidaknya Arumi mengandung, Wanhan hanya tidak ingin istri tergelincir karena lantai yang barangkali licin. "Aku tidak hamil, Mas. Hanya masuk angin saja, serius," ujar Arumi terdengar kekeh. "Apa salahnya periksa, Arumi?" Dorong ibunya. Sementara Luna sudah tersenyum senang semenjak tadi. Sangat berharap benar-benar memiliki seorang adik. Melihat Arumi yang hanya diam, terlihat tidak ingin pergi dan memeriksakan diri membuat Wanhan angkat bicara. "Kamu sudah telat Arumi, masih tidak mau periksa?" Pandangan Arumi dan Wanhan saling bertemu. Dirinya sedikit terkejut karena suaminya ternyata tahu kapan tanggal datang bulannya. Memang tidak dipungkiri, Arumi sadar namun pemikirannya justru menganggap paling hanya te

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 27. Percaya Sedikit Saja

    Bibir Arumi mengulas senyum sedikit. Dirinya tahu, siapa orang yang dimaksudkan oleh Wanhan. Sosok yang membungkam para karyawan duluan sebelum diperintah. Tentu saja orangnya Dani, sosok yang sangat tidak ingin pernikahannya dengan Wanhan diketahui. "Jadi, kakakmu yang buat kamu basah saat makan siang?" Arumi sempat menjawab saat Wanhan bercerita di tengah hubungan badan mereka barusan. Kepala Arumi mengangguk mengiyakan. Wanhan menarik napas, merasa kalau kakak dari Arumi makin lama makin ngelunjak. "Aku akan menyuruh Dani untuk menemui kakakmu itu," putus Wanhan. Mata Arumi membulat. "Jangan, Mas!" Dirinya langsung saja melarang, tentu saja Arumi seperti ini bukan tanpa alasan. "Kalau Mas suruh pak Dani, maka ujungnya Mas bakal memberi uang," ujarnya. Wanhan mengerutkan dahi. "Lantas, menurut kamu aku harus bagaimana, Arumi?" Bibir Arumi langsung membisu, dirinya juga bingung harus menghadapi kakaknya dengan sikap seperti apa. Kalau menuruti kemauan Airin, maka Wanhan h

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status