Share

Diam yang Mengguncang

Penulis: THANISA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-23 20:34:26

Leon tidak langsung mengejar Elera saat wanita itu meninggalkannya di ruang kerja. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama... ia merasa cemas—bukan karena ancaman dari luar, tapi karena kemungkinan Elera meragukannya.

Ia menonton ulang video itu. Berkali-kali.

Rekaman pendek, suara Celeste yang lembut namun licik. Dan dirinya sendiri—ia duduk di sana, di ruangan itu, entah karena urusan bisnis atau sesuatu yang lain.

Ia mencoba mengingat.

Itu pertemuan saat dia masih mencoba menyelamatkan cabang bisnis properti yang terguncang. Celeste menawarkan bantuan. Tapi dia menolaknya. Ia yakin ia menolaknya.

Tapi rekaman ini—direkam dari sudut tertentu, diedit, dipotong. Tidak ada lanjutan dari kata-kata Leon setelah itu. Tidak ada penjelasan. Tidak ada keseluruhan konteks.

Dan yang paling menyakitkan adalah—Elera tidak bertanya.

Dia hanya... diam.

Leon mengepalkan tangan. Ia merasa dihukum karena sesuatu yang belum sempat dijelaskan.

“Aku akan membuktikannya,” gumamnya, pelan. “Aku akan bua
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Retakan yang Tidak Terlihat

    Pagi itu dimulai dengan sunyi yang berbeda.Rumah keluarga Santiago masih diselimuti kehangatan yang biasa, wangi kopi, suara pelan Alva yang sedang mengatur mainannya, dan dentingan piring dari dapur. Namun di antara semua itu, ada sesuatu yang tak kasatmata menyusup… seperti kabut tipis yang menggantung di udara—nyaris tak terasa, tapi menyiksa bagi mereka yang peka.Elera berdiri di dekat jendela, secangkir teh di tangannya tak berkurang setetes pun. Matanya tak menatap apa pun secara khusus. Tapi pikirannya berputar—tentang Celeste, tentang video yang tampak nyata namun penuh cela, tentang sikap Leon yang semalam terlalu tenang… terlalu ragu.Dan itu cukup untuk melukai. Bukan karena cemburu. Tapi karena keraguan itu datang dari orang yang ia cintai.Leon memasuki ruang tamu, tanpa suara. Seperti biasa, instingnya langsung membaca suasana. Tapi pagi ini… Elera bahkan tidak menoleh.“Sayang…,” katanya perlahan, mendekat.Elera akhirnya menoleh. Senyumnya tipis. Bukan dingin, tapi j

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Diam yang Mengguncang

    Leon tidak langsung mengejar Elera saat wanita itu meninggalkannya di ruang kerja. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama... ia merasa cemas—bukan karena ancaman dari luar, tapi karena kemungkinan Elera meragukannya.Ia menonton ulang video itu. Berkali-kali.Rekaman pendek, suara Celeste yang lembut namun licik. Dan dirinya sendiri—ia duduk di sana, di ruangan itu, entah karena urusan bisnis atau sesuatu yang lain.Ia mencoba mengingat.Itu pertemuan saat dia masih mencoba menyelamatkan cabang bisnis properti yang terguncang. Celeste menawarkan bantuan. Tapi dia menolaknya. Ia yakin ia menolaknya.Tapi rekaman ini—direkam dari sudut tertentu, diedit, dipotong. Tidak ada lanjutan dari kata-kata Leon setelah itu. Tidak ada penjelasan. Tidak ada keseluruhan konteks.Dan yang paling menyakitkan adalah—Elera tidak bertanya.Dia hanya... diam.Leon mengepalkan tangan. Ia merasa dihukum karena sesuatu yang belum sempat dijelaskan.“Aku akan membuktikannya,” gumamnya, pelan. “Aku akan bua

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bayangan Lama di Tengah Cahaya

    Rumah sakit sore itu terasa lebih sunyi dari biasanya, setidaknya bagi Elera. Mungkin hanya karena lelah. Mungkin hanya karena firasat. Tapi ia tak menyangka, wanita yang kini berdiri di ruang tunggunya akan membawa getaran lama yang asing—dingin dan menusuk.“Selamat sore, Dokter Elera,” ucapnya dengan senyum yang sopan namun tidak tulus. “Aku Celeste.”Elera menyipitkan mata. Nama itu asing, tapi tidak sepenuhnya. Seperti pernah terdengar dari desas-desus yang tak pernah ia cari tahu.“Maaf... kita pernah bertemu?” tanya Elera sopan, meski ada tensi halus di suaranya.Celeste tersenyum. “Belum. Tapi aku... cukup mengenal suamimu. Leon Santiago.”Jantung Elera berhenti sepersekian detik.Celeste melangkah pelan ke arahnya. Wajahnya cantik. Auranya elegan. Dan setiap gerak-geriknya seperti dirancang untuk menusuk, tapi dibungkus dalam keanggunan yang menipu.“Kami dulu akan menikah,” katanya datar, namun cukup keras untuk mengguncang dinding ketenangan yang selalu Elera bangun.Elera

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bayangan dari Masa Lalu

    Hari itu, rumah sakit sedang sibuk. Elera baru saja keluar dari ruang operasi, melepaskan sarung tangan bedah dengan napas panjang. Ia lelah, tetapi juga tenang—karena tahu Leon dan Alva sedang menunggunya di rumah.Namun saat melangkah keluar, ia menemukan seseorang yang tidak dikenalnya sedang berdiri di koridor utama, dikelilingi beberapa staf yang tampak tidak tenang. Wanita itu tinggi, elegan, dengan senyum percaya diri. Dan pandangannya langsung tertuju padanya.“Dokter Elera?” tanyanya dengan nada tenang tapi tajam.Elera mengangguk. “Saya. Ada yang bisa saya bantu?”Wanita itu melangkah mendekat. Langkahnya ringan, tatapannya menusuk. “Saya... tamu lama. Namaku Celeste.”Sebelum Elera sempat menjawab, Rafael tiba—wajahnya tegang, seperti baru saja melihat hantu. Ia berdiri di samping Elera dengan sikap protektif. “Celeste Moreira.”Elera menoleh cepat. Nama itu... terdengar asing tapi jelas mengguncang orang-orang di sekitarnya.“Dia hampir menjadi istri Tuan Leon Santiago.” s

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Serangan Sunyi

    Pagi hari setelah malam yang tenang itu, mansion terlihat seperti biasanya—dengan cahaya matahari masuk dari kaca jendela besar, suara burung, dan aroma kopi dari dapur. Tapi di ruang kontrol kecil tersembunyi di lantai bawah tanah mansion, layar-layar CCTV menampilkan sesuatu yang membuat dahi Dante berkerut.“Ada pergerakan tak biasa di sektor timur,” ucapnya tegas, menunjuk layar di mana satu kendaraan tak dikenal muncul dua kali dalam seminggu, lalu menghilang sebelum bisa dipastikan identitasnya.Rafael berdiri di belakangnya. “Koordinat pelacakan GPS sudah kami tempelkan ke mobil itu semalam saat tim pengintai menemukan mereka parkir di pom bensin. Kita bisa tarik data lengkap hari ini.”Dante mengangguk. “Dan kita butuh tim diam-diam untuk menyusup ke pelabuhan tua malam ini. Mereka bersembunyi di tempat yang tidak asing.”Rafael hanya menjawab, “Sudah dikirim. Kita mulai dari akar.”~~~Di sisi lain kota, di gudang terlantar dekat pelabuhan, seorang pria bertubuh kurus dengan

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Rumah Hangat

    Matahari mulai merunduk ke ufuk barat saat mobil keluarga mereka melaju pelan memasuki gerbang mansion. Lampu-lampu taman mulai menyala lembut, menyambut kedatangan Leon, Elera, dan Alva yang tampak sangat antusias menceritakan semua hal yang terjadi hari ini.“Terus… terus, pas temen Alva didorong sama anak lain, Alva langsung bilang, ‘hei jangan gitu, kita harus main baik!’ tapi dia malah dorong Alva balik, Mama!” Alva mencerocos dari kursi belakang, tangannya ikut bergerak seolah sedang menceritakan adegan aksi.Leon melirik ke kaca spion dan tertawa kecil. “Anakku sudah jadi diplomat kecil ya?”“Diplomat dengan sedikit jurus dorongan, mungkin,” gumam Elera sambil mengusap kepala Alva dengan lembut. “Tapi kamu hebat, sayang. Kamu berani membela yang benar.”Saat mereka masuk rumah, suasana terasa hangat dan nyaman seperti biasa. Lampu-lampu gantung menciptakan cahaya keemasan di langit-langit, dan aroma harum dari dapur sudah tercium. Rafael dan beberapa staff sudah bersiap menyamb

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Tangan yang Menenangkan

    Suasana bangsal anak berubah ramai. Tawa dan suara riuh bocah-bocah memenuhi ruangan. Alva berada di tengah-tengah lingkaran anak-anak yang lebih besar darinya. Ia tak terlihat canggung. Justru dengan keberanian polosnya, ia menjadi penengah ketika dua anak mulai beradu argumen soal giliran bermain.“Enggak boleh rebutan gitu! Kalau kamu marah, temen kamu juga jadi sedih,” kata Alva sambil memegang lengan masing-masing anak.Anak-anak itu tampak terkejut—mereka lebih tinggi, lebih besar, tapi tetap menurut. Salah satu mengangguk malu, dan yang lain langsung minta maaf.Leon yang menyaksikan dari kejauhan hanya bisa menahan napas. Matanya tak beralih sedetik pun dari sosok kecil itu. Sekali lagi, Alva menunjukkan bahwa ia dibesarkan dengan prinsip—meskipun tubuhnya mungil, hatinya besar.Namun detik berikutnya, seorang anak laki-laki yang tampaknya sedang kesal mendorong Alva cukup keras hingga bocah itu jatuh terduduk.Leon sontak berdiri, tubuhnya refleks menegang. Sorot matanya beru

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Seperti Hari Biasa, Tapi Tidak Sepenuhnya

    Udara pagi itu cerah, dengan langit biru pucat yang bersih dan angin sejuk yang menyapa setiap dedaunan. Di halaman belakang mansion, Alva sedang bermain gelembung sabun bersama Rafael yang, meskipun berpakaian serba hitam seperti biasa, kini lebih terlihat seperti “om favorit” daripada bodyguard yang ditakuti.“Lihat, Om Rafael! Gelembungku sampai ke langit!” seru Alva sambil tertawa, mengejar gelembung-gelembung yang beterbangan.Rafael hanya tersenyum kecil. “Awas jangan sampai jatuh, Komandan.”Sementara itu, dari dalam rumah, Elera memperhatikan mereka dari balik jendela dapur sambil menyuap sesendok yogurt ke mulut. Wajahnya damai, mata masih mengantuk, tapi bibirnya melengkung dalam senyum.“Ini yang namanya hidup,” gumamnya pelan, sebelum Leon melingkarkan lengan dari belakang dan mencium bahunya.“Kamu kelihatan cantik bahkan pas belum cuci muka,” bisik Leon.Elera mendengus tertawa, “Bohongmu pagi-pagi udah aktif ya.”“Bukan bohong, itu afirmasi,” jawab Leon, menarik wajahny

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bayangan Tak Terduga

    Hujan gerimis turun membasahi halaman depan mansion Santiago, membentuk pola-pola kecil di atas batu alam yang mengilap. Elera duduk di ruang keluarga bersama Alva, membacakan buku cerita sambil bersandar pada sofa empuk, jari-jarinya membelai rambut anak itu lembut. Leon baru saja naik ke lantai atas untuk mengganti pakaian setelah pulang dari rumah sakit cabangnya yang bermasalah.Semua tampak tenang. Terlalu tenang.Lalu…BRAK!Suara keras dari gerbang utama mengguncang seluruh rumah.Elera langsung berdiri, meraih Alva ke dalam pelukannya. Beberapa detik kemudian, Rafael dan dua bodyguard lainnya sudah berlari ke arah sumber suara. Melalui layar monitor di ruang kontrol, terlihat jelas—sebuah mobil tak dikenal dengan pelat nomor palsu menabrak gerbang depan dan berhenti begitu saja.Leon yang mendengar kegaduhan langsung turun, kini sudah berganti pakaian dan memasukkan pistol kecil ke balik pinggangnya. Matanya mencari Elera dan Alva dengan gelisah, dan sedikit lega saat melihat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status