Share

Milik Leon Santiago

Author: THANISA
last update Last Updated: 2025-03-10 20:49:57
Elera membelalak, jantungnya masih berdegup kencang setelah ciuman yang baru saja terjadi di hadapan ratusan pasang mata.

Seluruh ballroom hening, hanya suara dentingan gelas dan bisik-bisik tamu yang mulai berdengung.

Mantan kekasihnya menatap Leon dengan tajam, rahangnya mengeras. Sorot matanya jelas menunjukkan ketidakpuasan.

"Berani sekali kau, Santiago." Suaranya rendah, penuh dengan tantangan.

Leon tersenyum miring, mengunci Elera dalam lengannya dengan lebih erat. "Kenapa tidak? Aku hanya menegaskan fakta."

Elera ingin menginjak kakinya. Pria ini benar-benar...!

Maya yang berdiri tidak jauh dari mereka sudah kehilangan akal sehatnya. Dia menutupi mulutnya dengan kedua tangan, bergetar antara ingin tertawa atau menjerit kegirangan.

"Astaga, aku bisa menulis novel dari ini!" katanya dalam suara tertahan.

Dante menggelengkan kepala, meskipun senyuman kecil muncul di bibirnya. Kai hanya bersiul pelan.

Namun sebelum ada yang bisa berkata lebih jauh—

BRAK!

Pintu ballroom terbuka keras
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bayangan Lama di Tengah Cahaya

    Rumah sakit sore itu terasa lebih sunyi dari biasanya, setidaknya bagi Elera. Mungkin hanya karena lelah. Mungkin hanya karena firasat. Tapi ia tak menyangka, wanita yang kini berdiri di ruang tunggunya akan membawa getaran lama yang asing—dingin dan menusuk.“Selamat sore, Dokter Elera,” ucapnya dengan senyum yang sopan namun tidak tulus. “Aku Celeste.”Elera menyipitkan mata. Nama itu asing, tapi tidak sepenuhnya. Seperti pernah terdengar dari desas-desus yang tak pernah ia cari tahu.“Maaf... kita pernah bertemu?” tanya Elera sopan, meski ada tensi halus di suaranya.Celeste tersenyum. “Belum. Tapi aku... cukup mengenal suamimu. Leon Santiago.”Jantung Elera berhenti sepersekian detik.Celeste melangkah pelan ke arahnya. Wajahnya cantik. Auranya elegan. Dan setiap gerak-geriknya seperti dirancang untuk menusuk, tapi dibungkus dalam keanggunan yang menipu.“Kami dulu akan menikah,” katanya datar, namun cukup keras untuk mengguncang dinding ketenangan yang selalu Elera bangun.Elera

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bayangan dari Masa Lalu

    Hari itu, rumah sakit sedang sibuk. Elera baru saja keluar dari ruang operasi, melepaskan sarung tangan bedah dengan napas panjang. Ia lelah, tetapi juga tenang—karena tahu Leon dan Alva sedang menunggunya di rumah.Namun saat melangkah keluar, ia menemukan seseorang yang tidak dikenalnya sedang berdiri di koridor utama, dikelilingi beberapa staf yang tampak tidak tenang. Wanita itu tinggi, elegan, dengan senyum percaya diri. Dan pandangannya langsung tertuju padanya.“Dokter Elera?” tanyanya dengan nada tenang tapi tajam.Elera mengangguk. “Saya. Ada yang bisa saya bantu?”Wanita itu melangkah mendekat. Langkahnya ringan, tatapannya menusuk. “Saya... tamu lama. Namaku Celeste.”Sebelum Elera sempat menjawab, Rafael tiba—wajahnya tegang, seperti baru saja melihat hantu. Ia berdiri di samping Elera dengan sikap protektif. “Celeste Moreira.”Elera menoleh cepat. Nama itu... terdengar asing tapi jelas mengguncang orang-orang di sekitarnya.“Dia hampir menjadi istri Tuan Leon Santiago.” s

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Serangan Sunyi

    Pagi hari setelah malam yang tenang itu, mansion terlihat seperti biasanya—dengan cahaya matahari masuk dari kaca jendela besar, suara burung, dan aroma kopi dari dapur. Tapi di ruang kontrol kecil tersembunyi di lantai bawah tanah mansion, layar-layar CCTV menampilkan sesuatu yang membuat dahi Dante berkerut.“Ada pergerakan tak biasa di sektor timur,” ucapnya tegas, menunjuk layar di mana satu kendaraan tak dikenal muncul dua kali dalam seminggu, lalu menghilang sebelum bisa dipastikan identitasnya.Rafael berdiri di belakangnya. “Koordinat pelacakan GPS sudah kami tempelkan ke mobil itu semalam saat tim pengintai menemukan mereka parkir di pom bensin. Kita bisa tarik data lengkap hari ini.”Dante mengangguk. “Dan kita butuh tim diam-diam untuk menyusup ke pelabuhan tua malam ini. Mereka bersembunyi di tempat yang tidak asing.”Rafael hanya menjawab, “Sudah dikirim. Kita mulai dari akar.”~~~Di sisi lain kota, di gudang terlantar dekat pelabuhan, seorang pria bertubuh kurus dengan

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Rumah Hangat

    Matahari mulai merunduk ke ufuk barat saat mobil keluarga mereka melaju pelan memasuki gerbang mansion. Lampu-lampu taman mulai menyala lembut, menyambut kedatangan Leon, Elera, dan Alva yang tampak sangat antusias menceritakan semua hal yang terjadi hari ini.“Terus… terus, pas temen Alva didorong sama anak lain, Alva langsung bilang, ‘hei jangan gitu, kita harus main baik!’ tapi dia malah dorong Alva balik, Mama!” Alva mencerocos dari kursi belakang, tangannya ikut bergerak seolah sedang menceritakan adegan aksi.Leon melirik ke kaca spion dan tertawa kecil. “Anakku sudah jadi diplomat kecil ya?”“Diplomat dengan sedikit jurus dorongan, mungkin,” gumam Elera sambil mengusap kepala Alva dengan lembut. “Tapi kamu hebat, sayang. Kamu berani membela yang benar.”Saat mereka masuk rumah, suasana terasa hangat dan nyaman seperti biasa. Lampu-lampu gantung menciptakan cahaya keemasan di langit-langit, dan aroma harum dari dapur sudah tercium. Rafael dan beberapa staff sudah bersiap menyamb

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Tangan yang Menenangkan

    Suasana bangsal anak berubah ramai. Tawa dan suara riuh bocah-bocah memenuhi ruangan. Alva berada di tengah-tengah lingkaran anak-anak yang lebih besar darinya. Ia tak terlihat canggung. Justru dengan keberanian polosnya, ia menjadi penengah ketika dua anak mulai beradu argumen soal giliran bermain.“Enggak boleh rebutan gitu! Kalau kamu marah, temen kamu juga jadi sedih,” kata Alva sambil memegang lengan masing-masing anak.Anak-anak itu tampak terkejut—mereka lebih tinggi, lebih besar, tapi tetap menurut. Salah satu mengangguk malu, dan yang lain langsung minta maaf.Leon yang menyaksikan dari kejauhan hanya bisa menahan napas. Matanya tak beralih sedetik pun dari sosok kecil itu. Sekali lagi, Alva menunjukkan bahwa ia dibesarkan dengan prinsip—meskipun tubuhnya mungil, hatinya besar.Namun detik berikutnya, seorang anak laki-laki yang tampaknya sedang kesal mendorong Alva cukup keras hingga bocah itu jatuh terduduk.Leon sontak berdiri, tubuhnya refleks menegang. Sorot matanya beru

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Seperti Hari Biasa, Tapi Tidak Sepenuhnya

    Udara pagi itu cerah, dengan langit biru pucat yang bersih dan angin sejuk yang menyapa setiap dedaunan. Di halaman belakang mansion, Alva sedang bermain gelembung sabun bersama Rafael yang, meskipun berpakaian serba hitam seperti biasa, kini lebih terlihat seperti “om favorit” daripada bodyguard yang ditakuti.“Lihat, Om Rafael! Gelembungku sampai ke langit!” seru Alva sambil tertawa, mengejar gelembung-gelembung yang beterbangan.Rafael hanya tersenyum kecil. “Awas jangan sampai jatuh, Komandan.”Sementara itu, dari dalam rumah, Elera memperhatikan mereka dari balik jendela dapur sambil menyuap sesendok yogurt ke mulut. Wajahnya damai, mata masih mengantuk, tapi bibirnya melengkung dalam senyum.“Ini yang namanya hidup,” gumamnya pelan, sebelum Leon melingkarkan lengan dari belakang dan mencium bahunya.“Kamu kelihatan cantik bahkan pas belum cuci muka,” bisik Leon.Elera mendengus tertawa, “Bohongmu pagi-pagi udah aktif ya.”“Bukan bohong, itu afirmasi,” jawab Leon, menarik wajahny

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bayangan Tak Terduga

    Hujan gerimis turun membasahi halaman depan mansion Santiago, membentuk pola-pola kecil di atas batu alam yang mengilap. Elera duduk di ruang keluarga bersama Alva, membacakan buku cerita sambil bersandar pada sofa empuk, jari-jarinya membelai rambut anak itu lembut. Leon baru saja naik ke lantai atas untuk mengganti pakaian setelah pulang dari rumah sakit cabangnya yang bermasalah.Semua tampak tenang. Terlalu tenang.Lalu…BRAK!Suara keras dari gerbang utama mengguncang seluruh rumah.Elera langsung berdiri, meraih Alva ke dalam pelukannya. Beberapa detik kemudian, Rafael dan dua bodyguard lainnya sudah berlari ke arah sumber suara. Melalui layar monitor di ruang kontrol, terlihat jelas—sebuah mobil tak dikenal dengan pelat nomor palsu menabrak gerbang depan dan berhenti begitu saja.Leon yang mendengar kegaduhan langsung turun, kini sudah berganti pakaian dan memasukkan pistol kecil ke balik pinggangnya. Matanya mencari Elera dan Alva dengan gelisah, dan sedikit lega saat melihat

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Hati yang diajari memaafkan

    Setelah situasi di ruang bermain mereda, Alva menggenggam tangan Rafael dengan semangat. “Om Rafael, yuk kita bawa mainan ini ke bangsal anak-anak! Biar mereka juga bisa main,” ujarnya penuh antusias.Rafael tersenyum hangat, menuruti permintaan si kecil itu. Bersama-sama, mereka mengangkut kotak-kotak mainan penuh strategi dan permainan perang yang sebelumnya dibawa Maya dan Kai. Ketika mereka sampai di bangsal anak-anak, Alva langsung menyebarkan mainan dengan cekatan, mengajak anak-anak yang sedang dirawat untuk bergabung bermain.“Lihat nih, mainan baru!” seru Alva sambil menunjuk ke arah para pasien kecil yang mulai tersenyum dan bersemangat.Para perawat yang mengawasi bangsal itu ikut tersenyum, melihat betapa Alva mampu membawa keceriaan di tengah ruang perawatan yang biasanya sunyi. Bahkan beberapa anak yang biasanya pemalu mulai berani bermain dan tertawa bersama.~~~Sementara itu, di rumah, Leon baru saja selesai berbicara dengan salah satu staf cabangnya yang mengabarkan

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Saat Hening di Antara Kita

    Malam itu, rumah Santiago terasa sunyi setelah tawa dan riuh Family Day menghilang. Elera dan Leon duduk berdampingan di ruang keluarga, lampu temaram menebar kehangatan di antara mereka. Mata Leon menatap dalam ke mata Elera, penuh rasa syukur dan kasih yang tak terucap.“Alva sudah tidur, akhirnya,” bisik Elera sambil tersenyum lelah.Leon mengangguk, lalu meraih tangan Elera, menggenggamnya erat. “Hari ini aku lihat kamu jadi ibu yang luar biasa. Aku… bangga padamu.”Elera merasa hangat merambat dari ujung jari sampai ke dada. Ia menyandarkan kepala pada bahu Leon, merasakan detak jantungnya yang tenang dan pasti.Tanpa kata, Leon membelai rambut Elera perlahan, lalu bibirnya menyentuh pelipisnya, lembut dan penuh cinta. Sentuhan itu mengundang getar halus di tubuh Elera, seperti percikan api kecil yang menari di antara mereka.Malam menjadi saksi bisu saat mereka saling mengungkapkan rindu yang selama ini tersembunyi di balik kesibukan dan tawa sehari-hari. Leon merangkul Elera de

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status