Share

Ancaman yang Mengintai

Author: THANISA
last update Last Updated: 2025-03-09 22:40:40
Mobil-mobil melaju dengan kecepatan tinggi di bawah langit malam yang gelap. Elera duduk di dalam SUV lapis baja, diapit oleh Kai dan Diego di kedua sisinya. Meskipun tubuhnya aman, pikirannya masih berputar pada sosok Leon, yang kini dalam kondisi belum sepenuhnya pulih.

"Dia keras kepala." Elera bergumam sambil menggigit bibirnya, tatapannya terpaku ke luar jendela.

Diego, yang duduk di seberangnya, menyilangkan tangan. "Bukan hanya keras kepala. Santiago itu seperti anjing liar yang tidak mau tunduk, bahkan ketika nyawanya di ujung tanduk."

Kai terkekeh lelah. "Kau berbicara seolah kau tidak mengenal tipe seperti dia, Diego."

Diego hanya menghela napas, lalu matanya mengarah pada Elera. "Bagaimana denganmu? Apa kau akan terus berada di sampingnya?"

Elera terdiam sesaat. Semua kejadian ini terasa begitu cepat—pernikahan yang dipaksakan, pertarungan yang tak ada habisnya, dan kini serangan yang hampir merenggut nyawa mereka.

Akhirnya, dia menjawab, "Aku berjanji akan tinggal sampai se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Nafas yang Kembali

    Di dalam ruang operasi yang disinari cahaya putih terang, hiruk pikuk ketegangan berubah menjadi irama sunyi yang teratur.Hanya suara mesin monitor, detak pelan ventilator, dan instruksi-instruksi tajam namun tenang dari dua dokter perempuan terdengar bergema.Maya dan Elera bekerja seperti dua sisi mata pisau.Lincah. Presisi. Tajam dalam pengambilan keputusan.Tubuh Kai terbujur dengan luka terbuka di sisi perutnya, ginjal kirinya sudah sebagian ditambal dan diperkuat. Tapi pembuluh darah halus di sekitarnya masih rapuh—salah sedikit saja, Kai bisa kehilangan fungsi ginjal sepenuhnya.“Ler, aku tahan arteri ini. Fokus pada tambalan jaringan. Jangan sampai bocor sedikit pun,” kata Maya tanpa perlu menatap Elera.Elera mengangguk, tangannya tetap bergerak cepat. “Kau pikir aku lupa siapa gurunya kita berdua?”Maya menyeringai tipis. “Oh, dia akan sangat sombong kalau sadar nanti. Mungkin bilang dia pingsan hanya untuk nguji kemampuan kita.”Elera tertawa kecil, meski wajahnya tetap f

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Garis Tipis Antara Hidup dan Mati

    Ruang operasi yang sudah lama terasa seperti medan pertempuran kini benar-benar memasuki fase paling genting.Kai, yang selama ini menjadi penopang semua orang, kini nyaris kehilangan hidupnya sendiri.Monitor detak jantung mendadak berbunyi panjang.Lurus.Garis datar.“Asystole!” seru salah satu asisten.Semua di ruangan seketika membeku.Namun dokter tua itu—seseorang yang dahulu membentuk Kai menjadi siapa dia sekarang—tidak goyah sedikit pun. Dengan tenang tapi sigap, ia memberikan perintah.“CPR. Sekarang. Siapkan adrenalin. Jangan berhenti.”Waktu terasa hampa. Beberapa menit berlalu dalam keheningan yang penuh ketegangan, hanya diisi suara alat dan desahan panik.Lalu—Beep... beep...Monitor kembali menunjukkan denyut. Pelan. Lemah. Tapi ada.Kai masih bertahan.Dokter tua itu menarik napas dalam-dalam, menahan getaran di jemarinya.“Dia kembali… tapi ginjalnya masih dalam krisis. Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Aku sudah tua dan tanganku mulai gemetar.”Ia memandang par

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Lega yang Belum Sempurna

    Jakarta sore itu diguyur hujan ringan. Langit mendung, tapi tidak segelap beberapa hari terakhir di hati keluarga Santiago.Di kamar utama mansion, Elera duduk memeluk kedua anak kembarnya yang tertidur di pelukannya. Wajahnya masih pucat, matanya sembab, namun ada sedikit warna yang kembali ke pipinya saat Maya masuk ke kamar, membawa kabar yang sejak tadi ditunggu-tunggu.“Leon… dia selamat, Ler. Operasinya berhasil,” ucap Maya pelan, tapi cukup jelas.Elera terdiam. Lalu air matanya jatuh—bukan karena duka, tapi karena lega yang hampir tak berani ia harapkan. Ia menggigit bibir, mengatur napas, lalu menunduk mencium kening kedua bayinya.“Terima kasih, Tuhan…,” bisiknya.Tak lama, Alva pun berlari masuk ke kamar, entah siapa yang memberitahunya, tapi bocah itu tak butuh banyak kata. Ia langsung memeluk mamanya dengan kencang.“Papa selamat, ya, Ma?” tanyanya dengan mata membulat.Elera mengangguk sambil tersenyum meski air mata belum sempat berhenti. “Iya, sayang. Papa sudah aman.”

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Luka yang Tak Pernah Diucapkan

    Udara di ruang operasi bawah tanah itu tegang dan padat. Lampu sorot menggantung di atas meja operasi, menyinari tubuh Leon Santiago yang terbaring tak sadarkan diri—penuh luka, darah, dan bekas siksaan yang terlalu kejam untuk dibiarkan hanya sebagai masa lalu.Kai berdiri di sisi kanan meja operasi, jasnya sudah basah oleh darah—sebagian milik Leon, sebagian lagi miliknya sendiri. Tak ada yang tahu. Tak satu pun dari tim elite pasukan medis ini sadar bahwa Kai sendiri terluka cukup parah, sobek di sisi perutnya akibat tusukan tajam dari saat penyelamatan tadi.Tapi dia tidak peduli.Dia tidak akan meninggalkan Leon.Bukan setelah semua yang mereka lalui bersama.“Luka di toraks kanan—terlalu dalam. Siapkan dua kantong darah lagi! Gunting, pinset! Hati-hati, pembuluh arteri besar di sini,” perintah Kai tajam.Tangannya masih lincah, bergerak cepat menjahit pembuluh yang sobek, menyambung jaringan otot, menstabilkan organ dalam. Meski keringat dingin mengucur dari pelipis, dan pandang

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Luka yang Dibawa Pulang

    Teriakan dan suara tembakan teredam menggema di seluruh gudang. Tim dari Diego bergerak cepat, seperti bayangan yang menghantam dari segala arah. Penjaga-penjaga Sergio tak sempat berteriak, tak sempat berpikir. Mereka jatuh satu demi satu, tersungkur tanpa suara di lantai beton berdebu, dilumpuhkan oleh keahlian para pemburu paling berbahaya yang pernah dilatih dalam gelapnya dunia bayangan.Dante menerobos pintu ruang utama dengan tendangan kuat, pistolnya terangkat. Napasnya berat, mata tajamnya menyapu ruangan yang penuh darah dan bau terbakar.Dan di tengah ruangan itu—Leon.Masih terikat. Masih berdarah. Tapi matanya terbuka. Menerkam. Napasnya kasar, tapi hidup."Leon!" suara Dante serak, tapi tegas.Kai datang dari sisi kanan dengan cepat, menembakkan jarum anestesi ke salah satu sisa penjaga yang berusaha menyerang dari balik pilar.WHUP!Lelaki itu jatuh seketika, tubuhnya kejang sebelum membeku.Dante segera mendekat, pisau di tangannya mengiris cepat tali pengikat yang me

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Dalam Bayang, Menuju Perang

    Suara roda pesawat yang menyentuh landasan membawa satu getaran sunyi ke dalam malam. Tidak ada sambutan. Tidak ada hiruk-pikuk. Hanya dingin yang merayap di balik jaket kulit para pria yang turun dengan langkah pasti.Tim Dante, lengkap dengan Kai, Rafael, dan tiga anggota khusus dari jaringan Diego, mendarat diam-diam di sebuah bandara kecil yang tersembunyi dari radar sipil. Helikopter tak berlogo membawa mereka keluar jalur utama, langsung menuju wilayah luar kota tempat titik koordinat Leon ditemukan.Mereka tidak pergi ke hotel mewah.Sebaliknya, sebuah motel tua yang hampir ambruk, dengan dinding retak dan papan nama berkedip rusak, menjadi markas sementara mereka. Di tempat seperti ini, mata Sergio tak akan menjangkau. Dan itulah yang mereka butuhkan—bayangan.Dante membuka peta dan cetak biru gudang yang dikirim jaringan Diego. Di meja reyot dengan lampu gantung bergoyang pelan, mereka berkumpul. Rafael menyebarkan foto-foto satelit terbaru dan gambar drone kecil yang dikirim

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status