Home / Romansa / Terjerat Pesona Mama Temanku / Dalam sunyi Adit hampir pergi

Share

Dalam sunyi Adit hampir pergi

Author: Risya Petrova
last update Last Updated: 2025-07-01 23:34:12

Rumah sakit sunyi. Jam menunjukkan pukul 1.43 dini hari. Hanya suara alat monitor jantung dan gemerisik pendingin ruangan yang mengisi kesunyian kamar tempat Sarah dirawat.

Cahaya lampu temaram membuat bayangan di dinding bergerak perlahan. Sarah terlelap di atas ranjang, wajahnya pucat namun tenang, efek dari obat penenang yang ia minum tiga jam sebelumnya.

Namun di dalam tidurnya, Sarah bermimpi.

Ia berada di sebuah ruangan gelap. Bukan kamar rumah sakit, bukan pula rumahnya. Semua terlihat asing. Ia tidak tau sedang ada di mana. Tapi di sana, ada Adit. Berdiri di ujung ruangan, membelakanginya.

"Adit ...?" panggil Sarah pelan.

Adit tidak menjawab. Ia seperti tak mendengar.

Sarah melangkah perlahan, mencoba mendekati. Tapi semakin ia berjalan, jarak antara mereka tak pernah berubah. Seolah Adit terus menjauh, padahal ia tak bergerak. Sarah mulai panik. Hatinya seperti digerogoti rasa bersalah yang mengerikan.

"Adit, tunggu ... dengar aku!"

Lalu, tiba-tiba, Adit menoleh. Wajahnya puc
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Orang dalam

    Tawa ringan Sarah dan Adit masih bergema lembut di lorong lantai 7 MIMPI MEDIA. Wajah mereka sumringah, senyum mereka tak bisa ditahan. Momen kebersamaan pagi ini terasa seperti embun sejuk di tengah gurun.Mereka pikir belum ada siapa pun di kantor sepagi ini. Biasanya gedung masih kosong sebelum jam 08.00. Tapi langkah mereka terhenti mendadak.Seorang perempuan berdiri di tengah lorong, tepat di depan mereka. Bersedekap, dengan senyum sinis tersungging di bibir tipisnya. Eyeliner menukik tajam menghias di sudut matanya.Yuli.Dengan blouse krem pas badan dan rok pensil hitam yang terlalu formal untuk gaya biasanya, Yuli tampak seperti sedang mempersiapkan konfrontasi. Rambutnya dikuncir kuda tinggi, riasannya lebih tegas dari biasa.“Pagi Bu Sarah … pagi Adit,” sapa Yuli dengan suara manis yang palsu. “Kalian begitu kompak dan serasi ya. Izin cuti hampir barengan, dan sekarang masuk kerjanya barengan juga. Sekarang Bu Direktur dan Adit si tim kreatif yang kadang merangkap jadi IT,

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Ciuman basah di lift - Sarah & Adit

    Setelah proses administrasi yang cukup memakan waktu karena tak ada satu pun dari mereka membawa kartu identitas, akhirnya Bela bisa dirawat di UGD Rumah Sakit Harapan Insan. Hardian yang akhirnya menyerahkan KTP-nya untuk jaminan. Adit dan Tigar, masih dalam kondisi bingung dan gelisah, hanya bisa berdiri di luar ruang gawat darurat sambil mengamati dari balik kaca.Paramedis membawa Bela ke dalam ruang perawatan. Perempuan itu masih belum sadarkan diri, dan dokter jaga mulai memeriksa tekanan darah serta memberikan cairan infus."Kita gak bisa lama-lama di sini, Dit," kata Tigar, memecah keheningan. "Besok Hardian pasti kuliah. Kamu juga udah masuk kerja lagi kan, ditambah kuliah malem juga. Aku juga besok pagi harus berangkat kerja juga. Lagian Bela udah ditangani tim medis. Biarkan mereka yang ngurus. Kita titipin aja si Bela sama perawat.”Adit hanya mengangguk. Matanya sembab karena terlalu lama menahan emosi aneh yang ia sendiri tak tau apa itu. Ada rasa bersalah, takut, dan k

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Memakaikan baju perempuan bugil

    Malam terus merambat turun, dan suasana kamar kos Bela seperti membeku. Ketiga pemuda itu berdiri kaku di sekeliling ranjang, menatap tubuh Bela yang masih tak bergerak di balik selimut.Keringat dingin mengalir di pelipis mereka.Bukan karena suhu udara, tapi karena tekanan situasi yang tak biasa ini.Tigar yang sedari tadi lebih banyak diam, akhirnya angkat suara.“Sebetulnya ya … makein baju ke cewek itu bisa dibilang pengalaman paling menyenangkan buat cowok,” ucapnya sambil terkekeh gugup. “Tapi nggak tau kenapa, feeling aku sekarang nggak enak banget. Gak tau kenapa … bukannya seneng atau excited. Tapi ini aku kok malah takut ya ….”Adit melirik Tigar tajam. “Aku juga gak mau, Gar. Bukan karena jijik. Aku nggak bermaksud menghina Bela. Dia cantik kok ... Tapi karena … kalau salah gerak, aku bisa masuk penjara, aku nggak mau dikira pemuda pembegal kehormatan … dan deket-deket dengan Bela ... gak tau kenapa bikin kepala ku pusing. Mual. Apa lagi kalau dia pas sadar terus langsung

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Memperkosa?

    “Ada apa sih ini memangnya?”Suara Hardian memecah malam yang semakin mencekam. Ia kini berdiri tegak di ambang teras kosan, tepat di depan pintu kamar Bela yang terbuka lebar.Cahaya dari lampu halaman menyorot sebagian wajahnya, menambah aura tegas dan curiganya.Adit dan Tigar nyaris melompat karena terkejut. Bayangan Hardian dalam siluet seperti ini begitu nampak menyeramkan. Hardian menyipitkan mata. “Kenapa kalian malah ada di kamar Bela? Ini bukan kamar kalian kan?” tanyanya sekali lagi. Nada bicaranya lebih tegas dari pada sebelumnya.Adit baru hendak membuka mulut, tapi Tigar keburu berseru sambil mengangkat kedua tangan, “Aku bukan pelakunya, Hardi! Sumpah, bukan aku! Yang salah itu Adit!” Seraya itu, Tigar menunjuk ke arah sahabatnya sendiri dengan jari telunjuk yang gemetar. “Ini aja aku baru pulang, dan ke kamar kosannya Bela.”Adit langsung menoleh dengan sorot terkejut. “Gar?!” tegurnya. Kesal karena sekarang seolah-olah dia adalah penjahat dalam sebuah kasus kriminal.

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Tigar curiga pada Adit

    Deru motor RX-King tua milik Tigar terdengar mendekat, menghentikan ketegangan dalam kepala Adit untuk sesaat. Suara mesin khas itu seolah menariknya kembali ke dunia nyata dari semua kekacauan barusan.Adit segera bangkit dari sisi tempat tidur Bela. Tubuh Bela masih terbaring lemah, napasnya tipis, tapi masih ada.Langkah Adit cepat menuju pintu. Begitu membuka, dilihatnya Tigar turun dari motornya dengan wajah lelah dan jaket semi kulit lusuh masih menempel di tubuh.“Loh kok lu dari kamar Bela sih?” tanya Tigar, keningnya langsung berkerut curiga. “Ngapain lo di sana? Kenapa juga lampunya gelap semua?”Adit menelan ludah. Keringat dingin masih membasahi tengkuknya. Tatapan mata Tigar saja sudah menghakimi. “Gar, lo ikut gue bentar. Gue harus jelasin semuanya. Tapi sumpah, jangan marah dulu. Gue juga bingung harus gimana.”Tigar mendekat, pandangannya makin serius. “Apa maksudnya sih?” tanyanya waspada. “Ini sebenernya ada apa sih?”Adit meminta Tigar segera melompati dinding pemb

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Dekapan Bela

    Adit membalikkan badan dan melihat Bela berdiri di hadapannya dalam keadaan tidak wajar. Dia telanjang bulat. Sepasang bukit kembarnya menggantung indah. Pinggangnya langsing. Namun terlalu kurus untuknya. Bela seperti kurang makan, atau seseorang yang memiliki masalah pikiran, tertekan. Kejantanan Adit memang mulai sedikit menegang karena ia adalah laki-laki normal. Beberapa kali Adit berusaha memalingkan muka, tak mau melihat tubuh indah Bela. Baginya, saat ini bukan waktunya mengagumi. Justru ini terasa ganjil. Wajah Bela datar, namun matanya berkilat seperti menyimpan kobaran tak terkendali. “Bela, tolong pakai bajumu kembali … ini nggak bisa begini,” kata Adit panik. Suaranya tercekat, jantungnya berdetak tak karuan. Bukan karena hasrat, tapi karena takut dan ngeri. Ia takut melakukan kesalahan fatal. Bela melangkah maju. “Aku nggak sanggup kehilangan kamu lagi, Arga … Aku nggak peduli kamu bilang bukan Arga, tapi aku tahu ini kamu!” bibir Bela bergetar. “Kita sudah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status