Berbekal petunjuk seadanya, Putri berhasil menemukan restoran khas makanan oriental bernama Oriental Palace itu. Namun dia jadi ragu lantaran desainnya yang kelewat mewah. Tebakan Putri pastilah harga minimal seporsi makanan di sini menyamai gajinya sehari. "Selamat sore Kak, ada yang bisa dibantu?" Seorang resepsionis berpakaian rapi menyapanya ramah. Putri yang agak celingak celinguk sejak tadi jadi tersipu malu. "Maaf Kak, bisa bertemu dengan manajernya?""Sudah ada janji sebelumnya?"Putri mengangguk yakin. Berbekal surat rekomendasi di tangan, dia sangat yakin kalau atasannya yang lama sudah mengatur segalanya. "Boleh saya tahu nama Kakak siapa?" Resepsionis tadi bertanya lagi dan kembali Putri menyebutkan namanya dengan mantap. Resepsionis meminta Putri duduk di ruang tunggu dan tak lama kemudian seorang wanita berpenampilan menarik datang menemuinya. Putri langsung bangkit, memberikan senyum terbaik lalu meng
Seminggu berlalu dan Putri sudah bekerja kembali seperti biasa. Mulanya dia ragu bakal dipecat dari D'Artz, namun diluar perkiraan, manajernya malah memberi cuti dua hari agar dia bisa istirahat. Dan sekarang, di sinilah Putri bergelut dengan worksheet Excel yang dipenuhi angka-angka. Pembukuan restoran sebelumnya banyak yang keliru hingga Putri harus rela berputar-putar demi mendapatkan angka balance yang sempurna. "Eh, ada artis datang ke restoran kita." Salah satu pramusaji yang bertugas tiba-tiba mencetus pada salah satu temannya. "Jangan norak, ah. Artis memang sering mampir kemari."Kedua gadis muda itu kembali melanjutkan percakapan mereka dengan nada lirih sementara Putri tetap menunduk memeriksa angka demi angka pada layar monitornya. Pekerjaannya makin berat karena dia juga merangkap jadi kasir. Pada saat pegal di pundaknya tak tertahan lagi, Putri menengadah, melakukan sedikit peregangan pada otot-ototnya yang kaku. Matanya memindai sekeliling restoran dalam sekejap dan
Sesuai dugaan Arya, besoknya sang ibu langsung bertandang ke lantai dua puluh lima Bharata Tower. Tujuan beliau tentu saja menegur sang anak karena sudah melukai hati calon menantu kesayangan. "Seharusnya kamu lebih sabar dan pengertian. Usiamu sangat jauh di atas Putri," ucap nyonya Bharata memulai nasihatnya. "Aku sudah berusaha tapi dia memang keterlaluan. Suka cemburu, angkuh, ... .""Arya, cukup. Kalau Putri cemburu itu wajar. Berarti dia sayang sama kamu. Kamu bilang dia angkuh? Hmph, jangan bercanda Arya. Dia perempuan paling sopan yang pernah Mama temui."Nyaris Arya tertawa mendengar pembelaan sang ibu. Sebagai aktris jempolan, akting Marion memang tak perlu diragukan. Jangankan nyonya Bharata, para netizen setanah air pun berhasil dia kelabui. Setiap mencari berita soal Marion, maka yang keluar adalah cerita soal kebaikan, ketulusan, bahkan kerendahan hati. Orang-orang di luar sana tak pernah tahu betapa besar kerja keras tim
Ketika Arya tengah sibuk dengan rencana bisnisnya, Putri pun tak kalah sibuk dengan pekerjaan dan kuliahnya. Nyaris satu bulan berlalu sejak terakhir kali Arya dan kekasihnya bertandang ke Oriental Palace, namun gelagat Arya yang aneh waktu itu --mendadak meninggalkan Putri Marion -- masih membekas dalam ingatan Putri. Sejak hari itu dia selalu memakai masker saat bekerja agar tak ada lagi orang yang mengenali wajahnya. Sama seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini dia juga tengah berkutat dengan pekerjaannya, ketika manajer toko mereka yang selalunya bermuka dingin, tergesa masuk dengan senyum sumringah. "Guys, tolong cepat dirapikan kursi dan meja-meja. Restoran kita mau dipakai jadi lokasi syuting."Putri dan yang lainnya masih berusaha mencerna perkataan ini ketika manajer itu kembali bertepuk heboh. "Ayo, apa lagi yang kalian tunggu? Cepat, cepat, ini bisa jadi ajang promosi untuk restoran kita," ujarnya mendesak. Tak butuh waktu l
Masih seperti mimpi, Putri segera diboyong ke ruang ganti dan diberi makeup minimalis. Penata rias tampak senang karena kulitnya yang sehat tak butuh banyak polesan. "Semangat, Mbak. Dibawa rileks aja," ujarnya pada Putri yang tengah serius mengamati pantulan mukanya di cermin. Kata terima kasih terucap dari bibir Putri untuk nasihat yang baik ini. Setelah segalanya siap, Putri pun beranjak ke set pengambilan gambar. Begitu Putri muncul, sutradara meneriakkan crew call hingga semua yang ambil bagian, siap di posisi masing-masing. Setelah itu, petugas yang memegang clapperboard, atau yang lazim disebut clapper meneriakkan informasi singkat tentang nomor babak, scene, dan jumlah take. "Mark it!" sambar kameramen begitu informasi singkat tadi sudah terucap dan "clap!" bunyi clapperboard pun terdengar di udara yang langsung diikuti pembukaan film yang sudah melegenda. "Action!"Maka adegan pun dibuka dengan Putri yang
Situasi tak menyenangkan yang dialami Putri di seberang sana, ternyata tak jauh berbeda dengan Arya. Saat ini, pria di atas tiga puluh itu pun sedang menatap sang ibu tak berdaya. Tadi nyonya Bharata memintanya datang ke restoran untuk makan siang bersama. Arya yang bersemangat tak kepikiran untuk bertanya tujuan dari undangan tak lazim ini. Rupanya, selain sang ibu, juga hadir Putri Marion dan ibu kandungnya, Marion Shelby. "Kok pada bengong? Disapa dong tante Shelby," perintah nyonya Bharata seraya menghadiahkan tatapan tajam padanya. Menyadari sikapnya yang kurang tepat, Arya segera melangkah dari ambang pintu private room itu, lalu menjabat tangan Marion Shelby dengan seulas senyum di wajah. "Selamat datang di kota kami, Tante," ujarnya ramah. "Hai, senang bertemu lagi. Terakhir ketemu kalian tiga tahun yang lalu, kan?" sahut Shelby dengan bahasa Indonesia yang fasih, walau tentu saja aksen Amerikanya masih kentara. "Ya. Waktu it
Sementara itu di Oriental Palace, Putri akhirnya bisa bernafas lega setelah selebgram cantik tadi memutuskan undur diri. Sebelum pergi, masih sempat gadis mengirimkan tatapan penuh ancaman padanya. Mengingat itu saja bikin Putri agak bergidik hingga detik ini.Rpanya cobaan untuk dirinya belum berakhir. Baru saja dia duduk tenang sekejap, pintu restoran terkuak kembali. Kali ini sosok ramping berambut ikat coklat dengan muka rupawan yang sudah akrab dibenak semua pemirsa di tanah air, datang bersama para pengiringnya.Arak-arakan ini bahkan lebih heboh dari yang tadi. "Ya Tuhan, apa lagi sekarang?" Tanpa sadar, Putri berbisik lirih. Hatinya berdegup penuh antisipasi saat bertatapan dengan Marion. Apalagi waktu melihat bagaimana produser dan sutradara yang tadi memaki-maki, kini mulai mendekat pada sang aktris seperti tak terjadi apa-apa. "Maaf bikin kalian menunggu. Tadi ada pertemuan mendadak." Marion memulai penjelasan dengan wajah sendu yang
Seminggu setelah peristiwa syuting kemarin, hidup berjalan seperti biasa bagi Putri. Kecuali pemutaran episode perdana 'Dibakar Rindu dan Dendam', tak ada yang benar-benar ditunggunya. Sebab itu, disela kesibukan kerja, dia menyempatkan diri menonton di platform online siang ini. "Ah, syukurlah... ." Tanpa sadar dia berbisik lirih. Lakon Marion dalam film itu tak terlalu buruk karena editan di bagian-bagian yang tepat. Pada saat ekspresi mukanya tak terlalu tepat, sutradara menyisipkan video dari roll B atau menggantinya dengan lakon dari male lead hingga penonton yang awam tak akan tahu bedanya. Kegiatan Putri menonton jadi berhenti saat melihat pesan masuk dari koordinator tingkat. Bukannya mengirim info perkuliahan, komting mereka yang bernama Heru ini malah mengirim pesan singkat disertai sebuah link. [Kamu tenar sekarang. Coba buka linknya]Penasaran, Putri membukanya hingga jendela media sosial yang berlatar hitam itu langsung t