"Halo Malvin," ucap Charlotte saat telepon telah tersambung dengan nomor Malvin.
Charlotte mendengar jawaban Malvin yang menanyakan ada keperluan apa ia meneleponnya di jam kerja seperti ini."Iya, maaf mengganggu waktumu sebentar karena ini darurat. Barusan ibumu menelpon dan mengatakan akan mengadakan pertemuan dengan orang tuaku sebelum acara pernikahan kita di mulai. Tadi aku belum bisa menjawabnya dan mengatakan bahwa aku akan menanyakan dulu pada orang tuaku. Bagaimana ini?"Charlotte menjelaskan panjang lebar mengenai permintaan ibu Malvin melalui telepon tadi. Ia terpaksa menghubungi Malvin pada jam sibuk bekerja seperti ini karena ia merasa harus segera memberi kabar pada Malvin mengenai hal itu.Melalui sambungan telepon tersebut Malvin merasa terkejut mendengar penjelasan Charlotte. Namun, ia belum bisa memberikan solusi pada Charlotte mengenai langkah selanjutnya karena ia sedang sibuk dengan pekerjaannya.Malvin dan Charlotte menoleh ke arah sumber suara. Mereka terkejut karena ternyata ibu Malvin yang datang dan mengatakan itu. "Ah, ibu. Sejak kapan ibu datang?" tanya Malvin dengan tergagap karena terkejut. Charlotte tersenyum ke arah calon ibu mertuanya itu. "Ibu baru saja sampai, ternyata kalian berdua ada di sini."Charlotte dan Malvin merasa lega karena ibunya baru datang. Itu artinya beliau belum mendengar obrolan mereka tadi. "Apa yang kalian lakukan disini?" tanya beliau. "Kami sedang makan malam Bu. Ini, apa ibu mau dibelikan burger juga?" jawab Malvin dengan santainya. "Tidak, ibu sudah kenyang. Ibu ingin berbicara dengan kalian berdua. Baguslah kalian sedang berkumpul disini." "Ayah tidak ikut Bu?" tanya Charlotte. "Kamu tahu sendiri kan, Ayah selalu saja sibuk.""Duduk sini Bu," ajak Charlotte.Ibu Malvin duduk di samping Charlotte menghadap Malvin. Di depan mereka a
"Tolong bantu saya ya Pak, Bu. Berusahalah bersikap senormal mungkin, seolah kalian benar-benar orang tua kandung ku," pinta Charlotte pada calon ayah dan ibu sewaan Malvin. Hari ini adalah hari pernikahan Malvin dan Charlotte. Sejak pagi tadi dua orang yang akan menjadi orang tua pura-pura Charlotte itu sudah ada di apartemen Malvin. Charlotte dan Malvin memberikan arahan apa saja yang harus mereka lakukan dan apa saja yang tidak boleh mereka lakukan selama upacara pernikahan berlangsung."Baik Nona, kami akan berusaha sebaik mungkin," jawab ibu sewaan Charlotte yang bernama Jennifer itu. Ayah sewaan Charlotte juga turut mengangguk tanda paham dengan tugasnya. Nama orang sewaan yang akan jadi ayah Charlotte adalah Tuan David. Tuan Davin dan Nyonya Jennifer adalah orang kepercayaan Malvin. Mereka berdua adalah orang-orang yang telah lama dibantu Malvin tanpa sepengetahuan orang tua Malvin. Keduanya pernah tinggal di Belanda dalam waktu yang cukup lama untuk mengurus pekerjaan yang
Malvin segera mencegah Hugo yang hendak mengacau di acara pernikahannya. Dia tidak ingin jika Hugo sampai mengatakan hal macam-macam pada Charlotte dan membuat Charlotte goyah. "Aku hanya ingin memberi selamat pada calon mempelai wanita," kilah Hugo. "Tidak perlu, berilah ucapan selamat itu padaku. Nanti aku yang akan menyampaikannya pada Chyntia," ujar Malvin. "Baiklah, selamat atas pernikahanmu. Semoga bahagia dan bisa mempertahankan pernikahan ini sampai akhir," ucap Hugo setengah menyindir karena ada maksud yang terselubung dalam ucapannya itu. "Tentu saja, aku pasti akan bahagia dan memberi kebahagiaan pada pasanganku," jawab Malvin dengan yakin. Hugo tersenyum sinis mendengar jawaban Malvin. Dalam hatinya Hugo masih memiliki rencana untuk membuktikan bahwa Chyntia adalah Charlotte. "Silakan mengikuti upacara pemberkatan kami dengan tenang!" pinta Malvin dengan tegas. Hugo mengangguk dan berlalu meninggalkan
"Halo Nyonya Diana, selamat atas pernikahan putramu," ucap Nyonya Rose sambil memeluk Nyonya Diana. "Terima kasih Nyonya Rose. Nanti malam jangan lupa untuk datang ke rumah kami ya!" pinta Nyonya Diana. "Pasti saya, suami dan anak saya akan datang," jawab Nyonya Rose. Sekarang semua hadirin yang menyaksikan upacara pemberkatan pernikahan telah pulang. Malvin dan Charlotte juga pulang ke rumah orang tua Malvin untuk bersiap pada acara resepsi nanti malam. Tamu undangan yang datang jauh lebih banyak saat acara resepsi nanti, karena undangan yang disebar dua kali lipat dari undangan upacara pernikahan. Untuk itu Charlotte dan Malvin perlu istirahat sebentar agar malam nanti bisa segar kembali saat menemui tamu undangan yang banyak.“Bagaimana perasaanmu’ apakah sudah lega?” tanya Malvin pada Charlotte saat mereka dalam perjalanan menuju rumah orang tua Malvin.“Lumayan, tapi aku merasa tatapan Nyonya Rose tadi tidak nyaman dilih
Tepuk tangan riuh tamu undangan mengiringi langkah kaki Charlotte dan Malvin saat memasuki ruang resepsi. Semua mata tertuju pada kedua mempelai yang tersenyum bahagia. Charlotte sangat menawan bak putri raja dengan gaun indah berwarna putih. Sementara itu, Malvin juga terlihat sangat tampan bak pangeran dengan setelan jas hitam mewah dan kemeja putih.Keduanya berjalan perlahan sambil berpegangan tangan menuju ke ruang tengah rumah orang tua Malvin. Di ruang tengah yang luas inilah acara resepsi pernikahan mereka di gelar. Tamu undangan sudah memadati ruangan dan bertepuk tangan. Di antara tamu undangan itu juga ada Tuan John Lloris, Nyonya Rose, Hugo, Jessie dan Marrie yang menyaksikan kedatangan mereka. "Itu kan si udik Charlotte," ujar Jassie yang terkejut melihat kedatangan kedua mempelai. "Apa? Mana?" Marrie yang sejak tadi sibuk menikmati hidangan juga terkejut mendengar Jassie menyebut nama saudari ipar yang ia benci.
"Lega rasanya," gumam Charlotte yang saat ini sedang duduk di sofa ruang tengah sambil memegang segelas air putih. "Kamu tidak ngantuk?" tanya Malvin yang tiba-tiba ikut duduk di sebelah Charlotte. "Ah, belum," jawab Charlotte yang terkejut dengan kedatangan Malvin. "Kamu sendiri?" lanjut Charlotte yang balik bertanya pada Malvin. "Belum juga. Mungkin karena tadi tidur siang," jawab Malvin. "Benar juga," tambah Charlotte menyetujui ucapan Malvin."By the way, apa tadi Hugo menemuimu?" tanya Malvin."Ya, tapi hanya sebatas memberi selamat. Itupun bersama-sama tamu lain yang mengantre, jadi aku tidak terlalu fokus," jawab Charlotte. "Syukurlah, tadi sebelum acara Dia sempat akan menemuimu. Tetapi aku mencegahnya." "Sepertinya Dia belum menyerah," ujar Charlotte. "Ya, sepertinya memang Dia tidak akan menyerah dan tidak takut dengan ancamanku. Kamu harus berhati-hati," ucap Malvin.
"Kamu menunggu lama?" tanya Bianca sambil duduk di kursi cafe. Saat ini ia sedang berada di sebuah cafe bersama Hugo. Mereka telah janjian untuk bertemu sebelumnya. "Lumayan," jawab Hugo sambil minum kopi americano yang telah terhidang di meja."Kamu sudah pesan minuman?" tanya Hugo pada Bianca. "Sudah," jawab Bianca. Hugo mengangguk menanggapi jawaban Bianca. Tidak lama kemudian pelayan cafe datang dengan membawa satu cangkir minuman pesanan Bianca. "Silakan Nona, ini cappuccino pesanan Anda.""Ok, thank you," jawab Bianca. Bianca meletakkan tas yang ia bawa di atas pahanya. Ia mengambil ponselnya dari tas itu."Apa aku boleh tahu rencana apa yang kamu siapkan?" tanya Bianca pada Hugo. "Ada satu cara ampuh yang bisa membuat Charlotte kembali padaku," jawab Hugo."Charlotte? Siapa itu?" Bianca bertanya-tanya karena tidak pernah mengenal nama itu sebelumnya. "Charlotte
"Aku lapar, apa kamu sudah makan malam?" tanya Malvin pada Charlotte."Belum sempat. Tadi aku beres-beres batangku di kamar," jawab Charlotte."Mau makan malam di luar?" tanya Malvin lagi."Boleh juga," jawab Charlotte."Ayo!" ajak Malvin."Sebentar, aku ambil cardigan dulu."Charlotte ke kamar mengambil cardigan yang tergantung di belakang pintu. Tidak lupa ia juga mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Setelah itu, ia kembali keluar kamar dan berkata, "Ayo, aku sudah siap!"Malvin yang tengah asyik mengoperasikan ponselnya mendongak melihat Charlotte. "Ok!" seru Malvin sambil memasukkan ponsel ke sakunya. Malvin telah melepas jas dan dasinya, saat ini ia mengenakan kemeja biru muda dan celana navy. Sementara Charlotte memakai dress selutut tanpa lengan ditambah cardigan lengan panjang untuk menutupi lengan dan tangannya, rambutnya yang bergelombang dibiarkan terurai rapi.