Share

Kemurkaan yang Manis

Brakkk!!

Malam ini tuan muda pulang dalam keadaan lain dari biasanya. Para pengawal tidak berani mendekati Arliando karena emosinya yang meluap-luap. Pintu mobil ditutup keras, langkah lelaki itu menghentak ketika memasuki Villa. Sedangkan Veronica nampak sudah siap menyambut tanpa menyadari adanya bahaya.

"Tuan Arliando kau sudah pul-"

Tanpa adanya pelukan hangat, pria itu malah dengan cepat meraih lengan kecil Veronica. Tangannya yang kuat menarik wanita itu dan menghadapkannya ke depan wajahnya. Veronica meringis pelan, kedua lengannya terkunci di atas kepala membuatnya tak bisa bergerak. Sedangkan para pelayan dan bodyguard yang berdiri disana tak kuasa membantu dan hanya berani melihat tuan mereka menyiksa nyonya.

"T-tuan.."

"Katakan padaku." Suara itu menyapa telinga Veronica bagai es yang dingin. Veronica memejam ketakutan saat pria itu berbisik begitu dekat di depan wajahnya. "Apa yang Karin lalukan padamu siang tadi."

Pertanyaan yang seperti perintah itu membuat Veronica mengerjap, dengan takut-takut ia melirik ke arah kedua mata Arliando. Menyesapi dua iris hitam yang seakan menyedot dirinya dalam-dalam. Melihat wanita itu hanya terdiam, Arliando menggeram. Lalu melepaskan kedua lengan Veronica saat ia mendesis pelan.

"....." Wanita itu terisak pelan. Menatap sang suami bagaikan seorang penjahat. Niatnya hanya ingin menyambut lelaki itu seperti istri lainnya, namun tanpa disangka ia malah mendapatkan perlakuan kasar. Tidak ada maaf yang terucap, Arliando masih saja memandangnya dengan tatapan tajam. Dengan menyusun sedikit keberanian, Veronica mengangkat wajahnya. "Apa kau baik-baik, saja?"

Harusnya Arliando yang menanyakan itu, namun sepertinya ia tak memiliki cukup simpati untuk mengucapkannya. Pria itu tidak menjawab dan malah mendengus. Kedua mata lebar wanita dihadapannya yang memerah itu membuatnya sedikit frustasi. Tanpa berucap Arliando tiba-tiba meraih kembali lengan Veronica. Menariknya ke arah pintu keluar. 

"Tuan kita mau kemana?"

"...." Tidak ada jawaban. Semua orang bingung seperti Veronica kini. Wanita itu terus bertanya tanpa henti. Sampai akhirnya pintu mobil dibuka, Veronica tidak mau menggerakkan badannya sedikitpun. "Tuan, kau akan membawaku kemana? Ini sudah tengah malam-"

"Diam, dan jangan membantah!" Dengan tubuhnya yang besar, satu kali hentakan Veronica sudah terduduk di dalam mobil. Seakan mengerti para pengawal dengan cepat memasuki mobil masing-masing.

Veronica tidak mengerti, sama sekali. Ia hanya bisa terduduk kebingungan di tempatnya sementara Arliando menyetir tanpa suara. Pria itu terlihat tidak bereskpresi dan memasang wajah keras, membawanya masuk ke dalam kota yang gemerlap. Sebenarnya dia mau membawaku kemana?

Veronica melirik ke belakang, para pengawal Arliando bagai menyatu dengan mobil-mobil lainnya di jalanan. Sedangkan ia direnggut rasa khawatir meskipun kini bersanding bersama sang suami. Hal yang sebenarnya ia inginkan semenjak mereka bertemu, namun sepertinya lelaki itu masih belum dapat diajak bicara. Amarahnya belum reda, dan kini dia masih berkendara.

Satu jam terlewati, karena tegang Veronica tidak dapat memejamkan mata sehingga dia sadar mereka telah berhenti. Namun ia tidak tahu tempat apa yang akan Arliando datangi sekarang, gedung di hadapan mereka nampak gelap tanpa adanya cahaya. Tentu saja, jam besar yang terpampang di kepala gedung itu menunjukkan pukul dua malam. Veronica hanya bisa berdiri sembari memperhatikan Arliando menelfon seseorang. Sampai akhirnya ia menutup smartphonenya, Veronica terlonjak kala lampu gedung tersebut tiba-tiba menyala serentak. Memenuhi gelapnya malam dengan lampion-lampion cantik yang menggantung di luar bangunan.

"I-ini.." Wanita berambut pirang itu tergagu. Matanya bersinar melihat gemerlap cahaya lembut yang terpantul dari sana. Matanya tidak mengedip melihat barisan manekin yang terpampang di balik kaca. Lengkap dengan baju-baju indah yang melekat di badan boneka. Tidak menunggu keterkejutan Veronica berhenti, Arliando menarik lengan kecil itu dan membawanya masuk ke dalam butik. 

"Selamat datang, tuan Magistra." Keith menyapa pria itu dengan gemetar. Ia sudah menutup butiknya sejak empat jam yang lalu, telfon tiba-tiba dari klien paling penting miliknya itu seketika membuatnya terbangun dari tidur seperti diberi sengatan kejut. Dia hanya berharap polesan bedak dan lipstik di bibirnya tidak berantakan karena dipakai cepat-cepat tadi. "Apa yang bisa aku lakukan untuk anda?"

Magistra hanya diam saja. Dagunya menunjuk ke arah wanita yang berdiri di sampingnya. Sebentar kedua alis Keith mengernyit, dia belum pernah melihat wanita ini. Atau lebih tepatnya dia belum pernah melihat Arliando datang bersama orang lain, selain para bodyguard berbadan kekar di sekelilingnya. Dan juga wanita bernama Karin, tentu saja. Wanita itu sudah tidak terlihat sejak lama.

Melihat kebingungan pria gemulai dihadapannya, Veronica menurunkan sedikit tubuhnya. Memberikan sapa seperti yang sudah diajarkan Elisa. "Salam kenal, tuan. Aku Veronica Madeline, istri dari tuan Arliando Magistra."

"..." Keith terkesiap, menutup bibirnya tanpa sadar dengan telapak tangannya. Dia istri Magistra? Jadi dia wanita yang mengenakan gaun pernikahan yang ia design kemarin? "Astaga, maafkan aku tidak mengenalimu, nyonya. Senang sekali dapat bertemu dengan anda, aku Keith Selendra. Salah satu penata busana tuan Magistra. Orang yang juga sudah merancang gaun pernikahan anda."

Veronica mengangguk sembari tersenyum manis. Sepertinya memang Arliando tidak memberitahukan kepada siapapun tentang dirinya dan pernikahannya. Saat ia menoleh ke arah suaminya, lelaki itu hanya diam sambil bersedekap dada. Lalu melirik Keith dengan dirinya dengan ekor mata. "Urus wanita ini. Berikan semua yang cocok padanya," Kemudian berjalan meninggalkan mereka tanpa berkata-kata lagi.

Keith melirik Veronica. Wanita itu nampak memandangi suaminya dengan raut keheranan. Akhirnya Keith meraih perhatian wanita itu dengan meraih bahunya. "Mari, nyonya. Biarkan aku mendadanimu dengan gaun-gaun dan pakaian yang cantik seperti dirimu."

Barisan gaun dan pakaian dengan banyak jenis berjajar apik di dalam bingkai kaca. Mata indah Veronica tak dapat berpaling dari banyaknya model yang terpampang di depan dirinya. "Apa anda yang merancang semua ini?"

"Hm?" Keith tergagu, sebelum mengangguk mengiyakan. "Ah, Benar, nyonya. Aku yang merancang semua gaun dan pakaian ini. Semuanya aku rancang dengan penuh cinta dan kehati-hatian agar dapat dikenakan oleh kalian dengan nyaman dan cantik."

"Kau berbakat sekali, tuan Keith.." Senyuman wanita itu tertuang tulus di depan wajahnya. Keith merasa begitu tersentuh dan terharu, tidak ada kalangan atas yang pernah memujinya seperti itu. Nyonya muda ini sangat baik. "Aww, terimakasih nyonya. Aku sangat bahagia mendengarnya.."

Keith menyandingkan satu persatu gaun terbaik yang ia miliki, memakaikannya pada tubuh Veronica yang ramping. "Tahukah anda nyonya Veronica?"

Veronica mengerjap, kemudian menghadap Keith yang tengah sibuk memasangkan tali pada punggung gaun yang ia kenakan. "Tuan Arliando tidak pernah sampai bersikap seperti ini pada siapapun selama aku mengenal dia." Wanita itu terdiam, masih belum mengerti. "Terakhir kali dia mengantarkan seseorang kesini adalah Karin. Dan itupun karena wanita itu memintanya sendiri, bukan karena kemauan tuan."

Karin, wania itu masih menjadi pertanyaan besar baginya. Dia ingin mengetahuinya langsung dari Arliando. "Apakah hubungan mereka berlangsung lama?" Keith terhenti sekejap dari aktivitasnya, dia menduga kalau Arliando belum mengatakan soal Karin pada istrinya. Jadi dia akan memberitahu sedikit, "Benar, nyonya. Dia sepertinya tidak peduli dengan wanita, dan hanya akan menuruti keinginan mereka saja. Tapi baru kali ini, aku melihat ia berjalan membawa seorang perempuan di genggamannya." Apakah Karin tidak pernah diperlakukan seperti itu? Veronica penasaran sekali.

"Biar kutebak, tuan Arliando yang mengajak anda kemari?" Senyuman itu terlukis saat Veronica mengangguk pelan. Keith seperti menyembunyikan sesuatu di pikirannya. "Kalau begitu anda beruntung, nyonya. Tuan muda melakukan itu kepada seseorang untuk yang pertama kalinya."

Usai berbelanja, Arliando membawa Veronica pulang ke rumah. Jangan membayangkan akan adanya kata maaf karena menakut-nakuti istrinya tadi. Pri itu segera menjatuhka diri di ranjang dan tidur bagai orang mati. Sedangkan tubuh ramping wanita muda yang siap dengan gaun tidurnya itu mendekat perlahan ke arah Arliando. Menatap pria itu lekat-lekat. Alisnya yang tajam, serta bulu mata yang lentik. Siapa yang akan mengira kelopak mata halus itu memiliki mata setajam elang di dalamnya? Veronica bergidik ngeri membayangkan bagaimana Arliando menatapnya beberapa jam lalu. Iapun memilih bertelentang dan menumpukkan pandangan ke depan. Menatap baris gaun pesta, jaket, kaos pendek, serta pakaian-pakaian lain yang baru saja Keith berikan padanya. Dia tidak ingin membeli, tapi pria itu bilang Arliando akan membunuhnya kalau sampai Veronica tidak membawa sesuatu saat keluar dari sana.

Omong-omong soal Keith, Veronica teringat ucapan pria itu tentang Arliando. Beruntung ya.. Veronica tidak yakin akan itu. Apakah menjadi milik pria dingin dan begitu kasar ini bisa disebut beruntung? Pria itu bahkan langsung berbaring tanpa menatapnya sama sekali di atas ranjang kini. Namun meskipun begitu, Veronica senang mengetahui fakta yang dikatakan Keith. Jika memang berkat dirinya Arliando bisa berubah, ia akan berdoa ribuan kali untuk itu. Veronica mengatupkan tangannya di depan dada, memejamkan mata sebentar sembari berdoa sebelum kembali menghadap ke arah sang suami yang tertidur pulas.

'Selamat tidur, Veronica.'

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Stella S
bosan update nya lama banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status