Share

Tamu atau Musuh?

"Veronica.."

"T-tuan jangan.."

"Jadilah istriku malam ini, Veronica.."

Kelopak mata cantik itu mengerjap. Terbuka tiba-tiba. Veronica dengan segera mendudukkan diri sembari memeriksa tubuhnya sendiri. Malam tadi ia bermimpi sesuatu yang memalukan hingga membuat pipinya bersemu kemerahan. Meskipun mimpinya bersama lelaki yang sudah menjadi suaminya kini, bagaimanapun dia masih malu untuk melakukannya. Namun saat ia menatap sekeliling, ia tak menemukan sosok itu. "Arliand.." Perlahan ia menjejakkan kaki turun dari ranjang. Berjalan pelan keluar kamar.

"Anda sudah bangun, nyonya." Elisa menyapa bersama para pelayan lainnya. Nampaknya dia menunggu ia bangun sedari tadi. "Uhumm.." Dibalas anggukan. Dia sedikit canggung saat dipanggil nyonya, walaupun nyatanya dia sudah resmi menjadi nyonya di villa besar ini. "Elisa, apakah kau tau kemana Arliando pergi?"

"Tuan muda pergi keluar dini hari tadi, nyonya. Maafkan aku, tapi aku juga tidak tahu kemana tuan muda pergi." Tuan mereka tidak banyak berbicara. Berpamitan pun ia tidak mengungkapnya tujuannya pergi kemana. Veronica mengangguk pelan, berusaha mengerti dengan kesibukan pria itu. "Apakah dia sering pulang larut seperti kemarin Elisa?"

Pelayan itu tidak nyaman untuk menjawab. Nyonya mereka pasti masih sedih memikirkan malam dimana sang suami langsung pergi tepat setelah selesai mengucap janji. "Benar, nyonya. Tuan muda begitu sibuk dengan pekerjaannya. Untuk itu tolong maklum dan jangan bersedih."

Veronica mengangguk meski masih memiliki banyak pertanyaan di kepala. Pekerjaan apa yang membuat Arliando sesibuk ini? Bagaimanapun dia ingin berbincang dengannya, mereka bahkan belum sempat berkenalan. Perhatiannya kemudian teralih pada sebuah mobil yang nampak berhenti di depan rumah. Veronica mengintip dengan penasaran. Namun alih-alih menemukan sang suami, dia menemukan seorang wanita keluar dari mobil.

"Siapa dia, Elisa?" Tanya sang nyonya. Namun pelayan itu nampak tidak ingin menjawab, keringat dingin membasahi sedikit dahinya. Firasat Veronica tidak enak, dia memutuskan untuk berjalan kesana sebelum Elisa menahan langkahnya. "Ny-nyonya, lebih baik anda tidak menemui dia. Carol akan mengurusnya dengan baik, dan ia akan segera pulang."

"Tenang saja, Elisa. Dia tamu kita. Aku minta tolong padamu ambilkan jaket milikku, aku akan keluar dan menemuinya sebentar." Elisa sedikit kebingungan, pasalnya jaket yang dimiliki sang nyonya sudah lusuh dan usang sedangkan mereka tidak menyiapkan benda itu di villa ini sebelumnya. "Nyonya, apakah anda tidak ingin mengenakan gaun terlebih dahulu?"

Veronica mengerjap, kemudian menggeleng pelan. "Tidak perlu, Elisa. Sepertinya itu akan lama.." 

"T-tapi nyonya..."

"Hello, ada orang disini?" Teriakan terdengar dari bawah. Sepertinya tamu mereka sudah tidak sabar dan memilih menerobos tanpa dipersilahkan. Akhirnya Elisa menuruti kemauan sang nyonya meskipun dengan kekhawatiran.

"Hellloooo! Apakah disini tidak ada manusia??" Carol mengernyit kesal saat wanita itu masuk tanpa permisi. Menginjakkan kaki berhigh heels tingginya ke dalam villa sembari menoleh ke sana kemari meskipun Carol sudah berdiri tepat di hadapannya. Tampilannya benar-benar seperti sosialita, pakaian serta tas brandednya itu pasti bukan puluhan dollar semata. Veronica kemudian turun dari tangga dan menemuinya. "Ada yang bisa kubantu?"

Sejenak wanita itu berjengit kaget, matanya meninjau Veronica dari atas sampai bawah kemudian mengernyit. "Carol, siapa dia?" Tanya wanita itu padahal sedari tadi ia mengacuhkan Carol. Sedangkan bodyguard yang ia panggil seperti karyawannya sendiri itu segera berdiri di samping Veronica. "Jaga ucapanmu, nona Karin. Dia adalah istri sah dari tuan Arliando sekarang."

Karin tercenung dengan air muka yang aneh. Matanya kembali memperhatikan Veronica dari ujung kaki hingga rambutnya. Tampilannya sangat tidak rapih. Meskipun wajahnya memang cantik, tapi apa-apaan dengan piama tipis yang dikenakannya itu? Tidak modis seperti dirinya sama sekali. "Apa? Kau bilang dia istri Arliando? Ku kira dia pelayan yang magang disini?"

Veronica tanpa sadar memandangi dirinya sendiri. Perkataan Karin itu membuat Carol emosi, "Nona Karin!"

"Heh," dengan acuh Karin mendecih sembari memakai kacamata ditangannya. Membenahi rambutnya yang hitam bergelombang lalu melirik kembali ke arah Veronica. "Aku memang terkejut karena Arliando menikah diam-diam begini. Tapi tidak bisakah dia mengambil pengantin yang rupawan? Aku tidak percaya Arliando akan menikahi wanita sepertimu, memalukan sekali. Padahal dia bebas memilih wanita anggun dan cantik diluaran sana, tapi dia malah mengambil pengemis ini dan menjadikannya nyonya?" Carol ingin maju, namun Veronica menahan tangannya.

"Apakah sudah selesai..?"

Karin tercekat, beralih menatap Veronica dengan mata tak suka. "Kenapa? Kau tidak terima?"

"...."

"Dengar ya, wanita menjijikan. Arliando itu sudah jelas-jelas memilihku sebagai calon ratunya. Jadi jangan percaya diri dulu kalau kau akan selamanya menjadi istri satu-satunya. Aku bertaruh dia akan menceraikanmu segera karena rambut jelekmu itu!" Oh, sebenarnya dia sedikit iri dengan rambut berwarna emas itu. Tapi tentu saja tidak lebih cantik dari miliknya yang hitam bagai berlian. Veronica menunduk dalam, Carol khawatir nyonya mudanya itu menjadi patah semangat sekarang. Namun ia terkejut saat Veronica balik menatap Karin dengan tatapan tajam.

"Maaf, tapi aku tidak mengenalmu sama sekali. Aku bahkan tidak tahu apakah kau adalah tamu ataukah pencuri karena tiba-tiba masuk ke rumah kami. Namun apapun yang kau katakan itu tidak akan membuatku takut."

Karin memicing, "Oh, begitu? Baiklah asal ku beritahu. Aku adalah Karin Angelina, pacar satu-satunya Arliando Magistra yang sebentar lagi akan dia jadikan ratu. Persetan dengan statusmu kini, bitch. Tapi akan ku pastikan posisimu itu akan segera terganti!"

Pupil mata Veronica melebar. Bahunya tersentak saat tas yang dikenakan Karin itu hampir mengenainya saat Karin ingin menyenggolnya dengan sengaja saat hendak pergi. Namun Carol dengan cepat mencegahnya, segera menghadang saat wanita itu berbalik lagi. "Oh, iya. Beri salamku pada Arliando sayang ya, Carol. Bilang aku sangat merindukan erangannya di ranjang malam ini. Daaa!"

Carol berjengit kesal, lalu dengan segera menutup pintu villa tanpa berlama-lama setelah wanita bar-bar itu keluar. "Nyonya.." Carol memanggil pelan. Veronica gemetar pelan. Dadanya bergemuruh oleh rasa sakit sekaligus pertanyaan besar. Dengan lemah ia menggerakkan bibirnya. "Carol, benarkah itu?" Sepertinya wanita itu menyerap semua perkataan Karin ke dalam hatinya.

"Nyonya, mohon dengarkan aku.." Carol berusaha menarik perhatian kedua mata sayu Veronica ke dalam tatapannya. "Karin, wanita itu adalah mantan kekasih tuan Arliando bertahun-tahun yang lalu. Tuan mengakui kalau mengenalnya adalah sebuah kesalahan, karena sampai detik ini wanita gila itu terus mendekatinya meskipun hubungan mereka sudah terputus begitu lama."

Veronica mengerjap, tanpa sadar mulai debaran di dadanya menjadi tenang. "Lalu.. Kenapa dia bilang sebentar lagi Arliando akan menikahinya?"

"Untuk itulah mengapa dia kami sebut wanita gila, nyonya. Dia berimajinasi seakan-akan tuan Arliando masih peduli dengannya. Namun nyonya, anda patut berhati-hati karena dia bisa saja melakukan hal-hal nekat untuk merusak hubungan kalian. Karin termasuk orang yang dapat melakukan apa saja.."

Veronica mengangguk pelan. Ucapan Carol sedikit melegakan hatinya.

"Bersabarlah nyonya, kami akan selalu berada di sampingmu.." Membuat wanita muda itu tersenyum lega. "Terimakasih.."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status