Share

Terjerat Pesona Vampir Tampan
Terjerat Pesona Vampir Tampan
Penulis: Glory Bella

1. Seperti Mimpi

Penulis: Glory Bella
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-05 22:56:23

"Shada... apa kau menikmatinya?" tanya sebuah suara yang terdengar serak dan begitu sensual di telinga wanita yang kini berada dalam kungkungannya.

Wanita bernama Shada itu menggeliat dengan mata masih tertutup. Ia merasakan sentuhan lembut di pipinya, kemudian mulai turun ke bawah. Bibirnya menerima sapuan hangat dan lembut, membiarkannya terus masuk ke dalam dan membelai setiap ruang di mulutnya.

Pria bermata merah dengan kobaran api gairah itu tak tinggal diam. Ia terus melumat bibir Shada, tak membiarkan ada jarak di antara mereka. Perlahan ia mulai menyatukan tubuhnya dengan Shada.

Shada memekik karena sensasi aneh yang menjalari tubuhnya. Namun, setelahnya ia mulai menikmati permainan pria tampan yang kini menurunkan kepalanya ke ceruk leher Shada, memberikan tanda kepemilikannya di sana.

"Selamat tidur, Shada," bisik si pria sembari mengecup bibir Shada sekali lagi.

Shada sungguh tak ingin terbangun dari mimpi indah ini. Ia tak tahu kapan lebih tepatnya, ada pria tampan yang tak ia kenali datang ke dalam tidurnya dan memberikan kasih sayang yang tak pernah Shada dapatkan sebelumnya.

Jika Shada bisa, ia tak akan bangun dari mimpinya ini. Tapi, jika ini mimpi kenapa rasanya begitu nyata dan luar biasa? Entahlah, Shada hanya ingin terlelap lagi, berharap jika pria itu akan datang kembali ke mimpinya besok.

♡♡♡

Sinar matahari yang menyelinap lewat celah jendela membangunkan seorang wanita yang masih menggeliat di bawah selimutnya.

"Hoaaam.. "

Shada meregangkan tubuhnya, merasa segar setelah semalaman ia tertidur nyenyak. Ia berjingkat dari tempat tidurnya dan menggiring kedua kaki jenjangnya menuju ke kamar mandi.

Shada mengguyur tubuhnya di bawah pancuran shower. Ia menikmati serbuan air hangat yang menerpa tubuh serta wajahnya.

Shada terdiam. Ia teringat dengan mimpinya semalam. Tanpa sadar ia mengulas senyum sambil menyentuh bibirnya. Rasa lembut yang ditinggalkan pria di dalam mimpi Shada seakan masih bisa ia rasakan. Bahkan sentuhan tangan pria itu yang menggerayangi setiap inci tubuhnya. Sungguh mematik hasrat Shada kembali.

"Sial... Shada, singkirkan pikiran kotormu itu," ujar Shada pada dirinya sendiri. Ia menggelengkan kepala kuat-kuat untuk mengusir pikiran laknat dari dalam kepalanya.

Shada segera menyelesaikan aktivitas mandinya. Selepas itu, ia bergerak menuju dapur untuk mengisi perutnya dengan makanan seadanya. Sepotong sandwich sudah cukup untuk mengganjal perutnya di pagi ini.

Sembari mengunyah makanannya, Shada mengambil ponselnya dan meletakkan benda pipih itu ke telinganya setelah menerima panggilan dari Max, tunangannya.

"Sayang, kapan kau ke sini, hmm?" tanya Max dari seberang telepon, menerbitkan senyum Shada di bibir merah mudanya.

"Setelah ini, Max. Kau pasti sudah sangat merindukanku kan?" tanya Shada menggoda sesudah ia berhasil menelan sandwichnya.

"Aku sangat... sangat... merindukanmu, Shada."

"Padahal kemarin kita juga sudah menghabiskan waktu bersama," tukas Shada mengejek. Shada ingin membayangkan wajah Max yang sedang cemburut ketika ia goda, tapi wajah lain yang muncul di kepalanya. Wajah tampan pria semalam. Meskipun tidak terlalu jelas, dan, memang apa yang kau harapkan dari mimpi?

Ah, Shada bisa gila jika terus memikirkan pria yang tak nyata itu.

"Shada, kau dengar apa yang aku katakan barusan?" Suara Max menyadarkan Shada dari lamunan.

"Apa? Bisa kau ulangi, Max?" Shada mengerjap cepat.

"Aku bilang jika pernikahan kita dipercepat. Apa kau senang?" Max terdengar bersemangat, bahkan suara pria itu setengah memekik sekarang.

Shada tak langsung menjawab. Padahal kabar yang baru saja didengarnya adalah kabar baik.

Shada mengangguk pelan. "Tentu saja, aku senang."

Tentu saja, Shada bagaimanapun sangat mencintai Max. Mereka telah berpacaran sejak kelas satu di sekolah menengah atas, terhitung sudah lima tahun. Waktu itu ia menjadi warga yang dibilang cukup baru di Toronto, Canada ini, memulai segala sesuatu dengan beradaptasi kembali.

Sebelumnya, ia tinggal di Sierra Madre, daerah kecil tepi hutan dan lembah di Los Angeles. Shada dan kedua orang tuanya pindah ke sini lantaran nenek yang biasa menemani Shada telah memutuskan pergi selama-lamanya dari sisinya.

Dan dimulailah, kehidupan barunya, meskipun kedua orang tuanya tetap sibuk bekerja, di suatu kota maju yang damai ditepi pesisir ini.

Shada memutus sambungan teleponnya selepas Max mengucapkan kalau pria itu akan menanti di ruangannya. Ia bergegas keluar rumah dan menunggu taksi lewat. Kali ini ia ingin naik taksi dibanding menyetir sendiri.

Memang, rumah Shada tenang berada di pinggiran kota, tepat di tepi jalan besar namun dengan intensitas jumlah kendaraan yang cukup ramai seperti di pusat kota. Ia beruntung taksi masih lewat di depan rumahnya.

Shada langsung melambaikan sebelah tangannya untuk menghentikan taksi yang melaju ke arahnya.

"Nona, mau pergi ke mana?" tanya sopir sembari memutar setirnya ketika Shada sudah duduk di jok belakang.

"Antar saya ke perusahaan Holy Food, Pak," jawab Shada yang dibalas oleh anggukan dari sang sopir.

Tak perlu waktu lama untuk Shada sampai di perusahaan Holy Food. Taksi yang dinaiki Shada kini sudah berhenti tepat di depan gedung perusahaan.

"Terima kasih, Pak," ucap Shada setelah membayar ongkosnya.

"Sama-sama, Nona," balas sang sopir, melajukan kembali taksinya.

Shada bergegas menuju ke ruangan di mana Max sedang menunggunya. Ia masuk ke dalam lift dan menekan tombol delapan belas.

Lift segera membawa Shada melesat ke ruangan Max. Ia melangkahkan kaki begitu pintu lift terbuka.

Shada menggiring kedua kakinya ke ruangan yang bertuliskan 'Ruang Direktur' di bagian pintunya yang besar.

Sebelah tangan Shada memutar knop pintu. Ia mendorong dan masuk tanpa permisi untuk mengejutkan pria berambut pirang yang sedang duduk di balik meja besar.

Max tampak fokus dengan laptop di depannya, sampai tak menyadari kedatangan Shada di ruangannya.

"Max..." seru Shada memberikan pelukan erat untuk Max dari arah belakang.

Kedua mata biru Max berbinar. "Shada, kapan kau datang?" tanyanya dengan sebuah senyuman yang tercetak di bibir tipisnya.

"Kau terlalu sibuk dengan laptopmu sampai tak tahu aku datang," ujar Shada dengan sedikit cemberut, menggoda Max.

Max menarik sudut mulutnya ke bawah. "Astaga. Maafkan aku, Sayang."

"It's okay, Babe."

Max mengernyit melihat noda merah yang cukup mencolok di leher putih Shada. Perlahan ia melepaskan pelukannya. "Noda apa itu, Shada?" tanyanya penuh curiga.

Shada spontan mengeluarkan ponselnya cepat untuk melihat noda yang dimaksud Max. Ia seketika tercekat melihat noda merah di lehernya. Shada tak tahu dari mana ia mendapatkan noda tersebut. Tapi, jika ia menjawab pertanyaan Max seperti itu. Max tak akan percaya.

Shada mengerahkan seluruh tenaganya untuk berpikir. Ia harus memberikan alasan secepatnya kepada Max karena pria itu sedang menanti jawabannya.

"Semalam ada nyamuk yang menggigit leherku. Aku yang tak tahan terhadap gatalnya, jadi aku menggaruknya terus. Aku tak sadar jika itu membuat leherku seperti ini." Shada berucap dengan menyapu lehernya pelan. Ia memaksakan senyumnya, berharap Max akan mempercayai ucapannya tersebut.

Max mengangguk dan membuang wajahnya kembali kepada laptop di depannya. "Sebesar apa nyamuknya sampai membuat noda seperti itu?"

Shada terbungkam. Sekelebat bayangan pria bermata merah itu kembali memenuhi kepalanya. Mungkinkah itu semua bukan mimpi? Dia nyata?

- Bersambung..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   106. EXTRA PART ( ꈍᴗꈍ)

    "Aku akan menamakannya Zendaya," ungkap Jennifer sembari memandangi bayi perempuan mungil bermata biru di rengkuhannya. "Zendaya yang berarti bersyukur. Aku sangat bersyukur punya kau, Sayang." Jennifer mencolek puncak hidung kecil sang bayi yang kemudian tertawa. Ariana yang berada di samping Jennifer hanya menghela napas. Hatinya agak nyeri mendapati bayi itu lebih mirip dengan si ayah. Apalagi kenyataan bahwa bayi itu lahir tanpa dampingan sosok ayah. Karena tak ada respon dari bibir Ariana lantas membuat Jennifer mendongak. Senyum di bibirnya hilang seketika tatkala mengerti arti guratan di wajah ibunya. Bagaimanapun, Jennifer berusaha tegar juga selama ini. Terutama saat mendengar berita tentang kematian Max tepat satu tahun yang lalu. "Pokoknya, aku akan menamainya Zendaya, Mom. Zendaya Painter," putusnya kemudian. "White," celetuk tiba-tiba sosok pria yang berderap masuk. "Kau harus memakai nama belakang White mulai sekarang." Baik Jennifer maupun Ariana sama-sama mendonga

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   105. Menjadi Bintang Terbaik (TAMAT)

    "Apa yang terjadi?" Darwin berlari membantu memapah tubuh Demian.Begitu juga Ellene, Shada dan Ruth yang akhirnya mendekat. Mimik mereka tampak khawatir."Kita harus segera merawat Demian sebelum keadaannya semakin parah," cetus Ellene."Apa maksudmu?" Darwin mengerutkan keningnya."Darwin terkena virus manusia setengah vampir di tangannya." Ada kegugupan di dalam suaranya.Sontak wajah Darwin menegang. "Kenapa kau tidak bilang dari tadi?!" bentaknya dengan nada tinggi. "Kita bawa ke ruanganku sekarang juga! Ellene tolong segera siapkan ruanganku."Ellene meneguk ludah, kemudian buru-buru berlari mendahului langkah Darwin dan Mike. Shada dan Ruth saling bertukar pandang sekilas, lantas ikut menggiring kaki cepat mengikuti jejak mereka.Ruth lekas mengusap air mata yang sempat menggenang tadi. Sementara kecemasan melingkupi seluruh pikiran Shada saat ini.Sebenarnya apa efek yang ditimbulkan dari virus Leo terhadap tubuh Demian?Tatkala isi kepala Shada sibuk mempertanyakannya, tak te

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   104. Manusia Setengah Vampir Terakhir

    Tonny melangkah turun, lantas menutup pintu mobilnya. Ia melihat sekeliling sambil memasang kacamata hitam di kedua telinganya. Perumahan dengan gang sempit itu lumayan sepi. Biasanya ia menyaksikan satu atau dua anak kecil bersepeda di jalan di perumahan lain. Tetapi ia tak menemukan satu orang pun di sini.Lalu Tonny mulai menggiring kaki menuju suatu rumah yang telah didiktekan kemaren sore. Setelah menemukan rumah tersebut, ia memencet bel.Tak lama kemudian seorang pria muda dengan jaket berleher tinggi warna abu tua keluar. Rambut pria itu tampak tak rapi. Apalagi baju yang sedang dikenakan. Tonny hanya menelan pikirannya heran mengenai anak muda di depannya yang cukup berantakan dan sepertinya introvert. Tak seperti sebagian remaja yang bersenang-senang di usia mudanya.Tanpa basa-basi, pria muda tersebut langsung menyodorkan sebuah map cokelat. Mungkin ia kesal karena pandangan yang menginterogasi dari mata Tonny."Ini. Data yang kau butuhkan semua ada di sini," ucapnya dengan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   103. Ternyata Sebuah Legenda

    Sosok yang ada di dalam ruang itu termangu sesaat, kemudian melepas sebuah seringaian yang menyebalkan. Sebelah tangan sisi kanannya langsung bergerak menyembunyikan sesuatu.Namun hal tersebut tak lepas dari pantauan kedua mata awas milik Demian. "Cepat jawab! Apa yang kau rencanakan di sini?!" murkanya.Demian marah memergoki orang lain yang bukan keluarganya masuk ke dalam ruang paling rahasia di rumah ini. Dan sadarlah ia bahwa orang itu pasti sengaja mendekati Ruth untuk tujuan hari ini. Sialnya, Demian tak bisa membaca apapun dari pria di hadapannya sekarang. Bagai sebuah kotak hitam yang tertutup rapat."Kau benar-benar akan mati di sini!" geram Demian tersulut emosi.Mula-mula Leo mengangkat kedua tangannya yang sudah kosong ke atas kepala. "Eitsss, santai dulu. Kita bisa bicarakan ini secara baik-baik, bukan?" Salah satu alisnya terangkat, membuat Demian semakin kesal."Langsung bicara intinya. Apa yang sudah kau curi dari ruang ini? Cepat kembalikan atau nyawamu akan melayan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   102. Siapa di Sana?!

    Shada mengerjap cepat. Kedua matanya bergerak bingung dengan kehadiran Ruth di sana. Bukan hanya itu saja, Ruth juga membawa serta Leo di rumah keluarga Elliot.Bukannya Shada lupa jika Ruth juga merupakan anggota keluarga itu. Tetapi Ruth bahkan belum bercerita kalau wanita tersebut juga kemari.Tidak, Ruth tidak salah. Shada sendiri tidak cerita bahwa dirinya akan pergi ke rumah keluarga Elliot pagi ini.Dengan mulut yang masih ternganga, Shada menunjuk Ruth dan Leo secara bergantian. "Kalian…"Ruth tergelak, kemudian maju selangkah mendekati Shada yang masih mematung. Mula-mula ia melebarkan kedua tangannya riang."Ya, kami di sini! Hahaha, maaf telah mengejutkanmu, Shada!" kikik Ruth dengan mendaratkan sebuah tepukan di bahu Shada.Shada masih terpegun. Kemaren Ruth memang mengutarakan jika Leo dan wanita itu akhirnya resmi menjalin hubungan. Namun menyaksikan mereka berada di rumah Elliot pagi ini sangat mengejutkannya.Jangan bilang jika Ruth membawa Leo kemari karena akan melanj

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   101. Surprise!

    "Kenapa kau ada di sini?!" Ruth menggeser tubuh menjauh, meski sekarang kedua kakinya hanya menapak pada lonjor besi yang melintang di pembatas balkon. Matanya melotot tak percaya."Sudah kubilang kan, aku mencintaimu." Ada getaran di suara pria tersebut.Buru-buru Ruth menggelengkan kepala. "Tidak! Tidak mungkin! Sekarang kau sudah tahu siapa aku sebenarnya! Menjauhlah dariku!"Leo yang ada di hadapannya justru mendesah berat. Ia menunduk singkat dan memperbaiki posisi kacamata, lantas mendongak menatap Ruth demi meyakinkan wanita itu."Lalu kenapa kalau kau vampir? Aku bahkan tidak peduli," lirihnya kemudian."Kau harusnya peduli! Aku tidak mungkin bisa bersama manusia, apalagi kau!" balas Ruth agak histeris. Maklum, ia masih terpukul dan terlewat sedih."Tidak. Kau juga belum mengenal baik aku. Mari kita hidup bersama, Ruth." Mula-mula Leo mengulurkan tangannya kepada Ruth.Ruth mengerjapkan kedua matanya cepat. Napasnya tiba-tiba sesak dan berat. Tidak, tidak mungkin semudah ini.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status