Share

48. Halusinasi

Author: Rinai Hening
last update Last Updated: 2025-11-05 14:11:03

"Boss, mau makan siang apa?"

"Nasi padang di resto depan itu enak deh, itu aja. Lado ijo sama rendangnya banyakin," jawab Irawan langsung dicatat oleh Andi.

"Kalau Mas Arya?" Andi beralih menatap Arya yang menghela napas kasar setelah mempelajari banyak berkas penting di depannya. Meski usia Arya dua tahun di bawahnya namun sebagai asisten, Andi tentu saja tetap harus menghormatinya. Terlebih lagi ini masih dalam lingkungan kantor.

"Nggak usah deh, Mas. Nanti aku turun aja mau cari sendiri."

"Jaga kesehatan, Nja. Jangan sampai kesibukan lo yang baru bikin ngedrop. Gue nggak punya waktu buat handle di sini kalau elo tepar. Gue sibuk," sela Irawan melirik tajam pada adik bungsunya.

"Bukannya kerjaan di Batam udah kelar ya, Mas?"

"Udah, tap—"

"Tapi kerjaan sampingannya belum," sela Andi lantas terkekeh geli.

Arya yang tak paham hanya malah mengerutkan keningnya. "Sampingan apaan?"

"Pedekate sama janda kinyis-kinyis," potong Andi lagi makin terkikik.

"Bangke lo, Ndi." Irawan melempar pulp
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pria Masa Lalu   49. Kerinduan

    "Ngejar siapa sih? sampai pucat gitu?" Ternyata Andi sudah ada di belakang Arya saat menepuk punggung pemuda itu."Kenalan," jawab Arya dengan napas tersengal."Kayaknya bukan kenalan biasa."Arya bungkam enggan menjawab, ia hanya mengendik pelan sebagai respon. Dengan gesit ia lantas mengeluarkan ponselnya lagi untuk menghubungi seseorang.Paham kalau Arya sedang tak mau diganggu, Andi memilih berlalu setelah menepuk punfak boss barunya itu dua kali."Mas, gue pesen makan siang sama lo juga deh, menunya samain aja kayak punya Mas Awan," pesan Arya setengah berteriak karena Andi sudah meninggalkannya agak jauh."Oke," jawab Andi tanpa menoleh. Pria berkacamata itu hanya mengacungkan ibu jarinya tinggi-tinggi ke udara.Setelah Andi menghilang dari pandangan, Arya lantas mendekati meja resepsionis di sebelah utara. Dua orang gadis front liner dengan penampilan menarik berdiri memberi senyum terbaik sambil membungkuk singkat. Keduanya sudah mengenali Arya karena wajib bagi mereka untuk m

  • Terjerat Pria Masa Lalu   48. Halusinasi

    "Boss, mau makan siang apa?""Nasi padang di resto depan itu enak deh, itu aja. Lado ijo sama rendangnya banyakin," jawab Irawan langsung dicatat oleh Andi."Kalau Mas Arya?" Andi beralih menatap Arya yang menghela napas kasar setelah mempelajari banyak berkas penting di depannya. Meski usia Arya dua tahun di bawahnya namun sebagai asisten, Andi tentu saja tetap harus menghormatinya. Terlebih lagi ini masih dalam lingkungan kantor."Nggak usah deh, Mas. Nanti aku turun aja mau cari sendiri.""Jaga kesehatan, Nja. Jangan sampai kesibukan lo yang baru bikin ngedrop. Gue nggak punya waktu buat handle di sini kalau elo tepar. Gue sibuk," sela Irawan melirik tajam pada adik bungsunya."Bukannya kerjaan di Batam udah kelar ya, Mas?""Udah, tap—""Tapi kerjaan sampingannya belum," sela Andi lantas terkekeh geli.Arya yang tak paham hanya malah mengerutkan keningnya. "Sampingan apaan?""Pedekate sama janda kinyis-kinyis," potong Andi lagi makin terkikik."Bangke lo, Ndi." Irawan melempar pulp

  • Terjerat Pria Masa Lalu   47. Bayangan Masa Lalu

    "Kamu... hmm, serius kantor kamu pindah ke gedung ini?" tanya Danesh mengerutkan kening saat ia mengantarkan Alisha sampai lobby kantornya. "Iya, udah jalan lima bulan terakhir kami sewa lantai 9 dan 10 di gedung ini. Kenapa?"Danesh menyerahkan tas laptop Alisha saat perempuan itu berbalik dengan kedua alis hampir menyatu. "Kamu nggak tau tentang gedung ini?"Alisha menggeleng tak paham."Ya... seluk beluk gedung ini!" Danesh mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru dengan satu tangan masuk ke saku celana."Emang kenapa gedung ini? angker? ada hantunya?"Danesh berdecak seketika karena tak habis pikir dengan tebakan Alisha. "Bukan itu maksudnya?""Aku tahunya ya gedung perkantoran biasa. Selain famous ya emang fasilitasnya lengkap."Danesh hanya mengangguk singkat enggan membahas apa yang tengah ia pikirkan saat ini. "Ya udahlah lupakan pertanyaan tadi! sana buruan naik." Danesh mendorong lengan Alisha pelan."Diih ngusir banget sih?" gerutu Alisha mencebik sebal."Tad

  • Terjerat Pria Masa Lalu   46. Masa Lalu yang Belum Usai

    "Oke, kali ini aku keep. Tapi lain kali nggak ya..." Danesh mencubit ujubg hidung Alisha. "Cuma kamu yang dimiliki Angga, jangan sampai dia sedih karena adiknya kesakitan tapi malah nggak mau ngabarin.""Aku nggak kesakitan!" sergah Alisha tak mau mengaku."Halah mbel, itu kakimu spontan kamu sembunyiin satu pasti ada yang nggak beres." Danesh mengendik ke bawah, merujuk pada salah satu kaki Alisha."Sok tau,""Taulah..." ejek Danesh terkekeh pelan. "Ya udah sana bikinin kopi dulu. Aku tunggu di ruang tengah, nanti aku periksa kakimu," pungkas Danesh lantas membawa piring-piring berisi kudapan yang Alisha bawa menuju ruang tengah. Tempat favoritnya menghabiskan waktu dengan menonton chanel National Geographic.Menghela napas pelan, Alisha tak punya alasan lain untuk menghindar. Pria yang lebih tua delapan tahun di atasnya itu tetap saja tak bisa ia bohongi dengan mudah. Karena kata Danesh, menebak pikiran Alisha itu sama mudahnya dengan membaca lembaran buku yang terbuka sempurna. Tak

  • Terjerat Pria Masa Lalu   45. Time Flies

    Beberapa tahun berselang...Ibu kota kembali diguyur gerimis. Alisha baru saja keluar dari taksi online yang mengantarkannya sampai depan pagar lantas berlarian sambil mengangkat tas laptop miliknya di kepala. Begitu sampai di teras, perempuan berambut pendek itu gegas mengetuk pintu tak sabaran. Berharap penghuni rumah yang hampir menjadi tujuannya setiap kali galau ini segera muncul membukakan pintu.Begitu daun pintu terbuka, Alisha langsung menerjang masuk karena tak mau diserang kedinginan. "Mas lama banget, sih buka pintunya?" gerutu Alisha langsung berjalan menuju dapur setelah meletakkan begitu saja jaket dan tas laptop di sofa ruang tengah. Setelah mencuci tangan hingga bersih, perempuan cantik itu meletakkan paper bag yang ia bawa di atas kitchen table.Sudah hapal dengan letak peralatan dapur yang ada, Alisha mengambil panci yang tergantung di dekat rak lantas memasak air hendak membuat cokelat panas. Sangat mudah 'mengacak-acak' dapur minimalis dengan aksen hitam putih itu

  • Terjerat Pria Masa Lalu   44. Berhenti Di Sini

    Arya kembali datang ke rumah Alisha. Alisha tahu saat mengintip dari balik jendela, ia melihat Arya masih berdiri di dekat pagar sambil menenteng helm di tangan kanannya. Sepertinya benar, apa yang dikatakan Hanami beberapa minggu lalu tentang Arya yang kini tak lagi menerima fasilitas mewah dari kedua orang tuanya. Buktinya saat ini pria itu hanya menggunakan motor biasa yang dipinjam dari Yoshi, mantan ajudannya.“Bi, ayah udah berangkat?” tanya Alisha setelah memastikan Magika tertidur lelap di tengah tempat tidur luas miliknya.“Sudah, Mbak. Baru saja berangkat dijemput sama Pak Alam.”Alisha cukup bersyukur karena sejak sang ayah menemaninya di Surabaya, pria paruh baya tersebut tak sampai merasa bosan karena menemukan ‘teman baru’ yakni Alam dan Danesh. Seperti hari ini ketika Faris mengutarakan niatnya untuk membeli sebidang tanah di Surabaya Barat milik kolega Alam. Faris yang memiliki banyak tanah untuk dimanfaat sebagai lahan basah tentu saja menyambut baik tawaran tersebut.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status