Terjerat Pria Masa Lalu

Terjerat Pria Masa Lalu

last updateLast Updated : 2025-06-02
By:  Rinai HeningUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
9Chapters
25views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Arya dan Alisha adalah sepasang anak muda yang sedang dimabuk asmara. Keduanya terlanjur jatuh dalam lembah dosa karena kesalahan satu malam yang membawa mereka dalam penyesalan setelahnya. Alisha hamil di usia belia, padahal kuliah saja belum ia selesaikan dengan baik. Alisha dilanda bimbang, apalagi ketika ia menagih janji Arya untuk bertanggung jawab dengan menikahinya, justru mendapat saran sesat agar ia menggugurkan saja kandungannya. Tentu saja Alisha enggan menambah dosa dengan membunuh janin tak bersalah dalam rahimnya. Sedangkan Arya dilanda ketakutan akan masa depan. Sepasang kekasih itu berpisah karena kesalahpahaman. Sampai di satu titik, semesta kembali mempertemukan keduanya setelah puluhan purnama tak bersua. Alisha masih gamang, sedangkan Arya mati-matian mendekat untuk menebus waktu yang terbuang. Akankah keduanya kembali bersatu? atau takdir kembali membuat mereka berseteru?

View More

Chapter 1

1. Melawan Hati

"Bukan tanggung jawab seperti ini yang kamu tawarkan waktu itu, Mas. Bukan!" Pecah sudah air mata Alisha setelah melemparkan dua butir pil yang diserahkan Arya padanya.

"Lalu tanggung jawab yang kayak gimana lagi, Sha? uang, mobil, perhiasan, sampai biaya kuliah full sudah kamu tolak mentah-mentah."

Arya mondar mandir di tempatnya berdiri. Di lantai paling atas fakultas MIPA, tempat yang biasanya ia pakai untuk menunggu Alisha menyelesaikan kelas perkuliahannya. Pemuda itu sadar apa yang sedang dikhawatirkannya saat ini. Ia juga sadar dosa apa yang tengah ia hindari setengah mati. Dosa memalukan yang akan ia ingat mungkin sampai nyawanya terangkat dari jasad.

"Bukan pil penambah dosa seperti ini yang kamu janjikan malam itu, Mas. Kamu menjanjikan tanggung jawab berupa pernikahan! Kamu lupa?"

Malam itu, Alisha tak seharusnya percaya dengan kata-kata manis yang keluar dari mulut buaya. Arya Rivan ... semapan dan setampan apapun dia, ternyata tetap saja sama berengseknya dengan pria lain pemuja nafsu di luar sana.

"Malam itu ak- aku ... aku nggak sadar, Sha. Aku ngaco, khilaf! kita cuma terbawa suasana kan? kita ngelakuin itu karena suka sama suka kan? jadi ini... bayi itu... seharusnya dia nggak ada!"

Plak!!!

Ini pertama kalinya Alisha merasakan telapak tangannya perih karena menampar Arya. Biasanya, telapak tangan mulusnya ia gunakan untuk mengusap sayang pipi kekasihnya itu. Biasanya, telapak tangannya hanya ia gunakan untuk membalas genggaman tangan dari Arya yang mengaku tergila-gila padanya.

"Bangsatt kamu, Mas! Bangsattt!!?" maki Ailsha dengan wajah basah penuh air mata. Entah kemana perginya tutur kata lembut nan santun yang selama ini ia jaga.

Perempuan muda itu lantas terduduk lemas sambil memeluk lutut. Menumpahkan tangis penyesalan atas kesalahan besar yang sudah ia perbuat beberapa waktu lalu. Kesalahan fatal yang seharusnya bisa ia hindari, namun apa daya, belum apa-apa ia sudah mengaku kalah dengan rayuan Arya, kekasihnya tercinta.

“Sha, aku butuh waktu, Sha. Butuh waktu! Lagipula, aku belum siap dengan komitmen pernikahan, kita belum siap. Kita berdua terlalu muda, Sha. Aku mau lanjutin S2 dulu, kamu juga masih belum lulus kuliah."

Ailsha memang beberapa tingkat di bawah Arya. Begitu Arya dinyatakan lulus dan baru saja melaksanakan wisuda dua bulan silam, Alisha justru sedang sibuk-sibuknya mengerjakan tugas kuliah untuk naik ke semester tujuh.

"Tapi bayi dalam perutku ini nggak bisa mengulur waktu lagi, Mas. Dia akan terus tumbuh dan membesar." Masih terisak, Ailsha menunjuk perutnya yang masih rata.

"Ya makanya, kamu minum pil yang tadi aku kasih, biar dia nggak tumbuh dan semakin membesar!"

Arya sadar kalimatnya terdengar sangat berengsek dan tak berperikemanusiaan, tapi ia tak punya pilihan lain. Bulan depan ia akan terbang ke New York untuk melanjutkan S2 di NYU, kampus impiannya. Keputusan yang memang Arya pilih untuk mempersiapkan diri karena nantinya ia akan menjadi penerus Galeea, perusahaan konstruksi terkemuka yang menjadi bisnis utama keluarganya.

"Mas, kamu sadar apa yang kamu bilang barusan?" Alisha menguatkan diri bangkit dan berhadapan dengan Arya yang nampak panik.

"Dia cuma kesalahan kecil kita, Alisha. Kita nggak harus berdebat panjang soal ini kalau kamu mau ikuti saranku. Kita ... kita, kita nggak butuh anak itu sekarang, Sha. Aku juga nggak yakin keluarga kita bakal nerima kehamilan ini dengan tangan terbuka."

Hati Alisha kembali tertikam! Kalimat Arya berhasil meremukkannya lagi.

Ini benar-benar bukan Arya yang ia kenal sejak satu tahun lalu. Arya yang ia kenal bukan pria jahat dan lari dari tanggung jawab seperti ini. Sosok di depannya ini pasti bukan Arya, karena Arya Rivan yang biasanya tak akan sejahat ini memperlalukan dirinya.

"'Cuma' kata kamu, Mas?" lirih Alisha sudah tak punya daya untuk mendebat.

"Sha, please... " seru Arya membujuk kekasih hatinya. "Sekali ini aja, Sha. Aku janji ini akan jadi yang terakhir kalinya. Ikuti saran aku ya? demi kita berdua." Arya menangkup kedua pipi Alisha yang masih banjir air mata. Melihat gadis kesayangan tergugu seperti ini membuat hatinya ikut sakit merasakan pilu. Namun tetap saja, Arya belum bisa mengabulkan permintaan Alisha yang satu itu.

"Setelah dosa kita yang kemarin? kamu mau jadi pembunuh juga, Mas!? bukan main kamu, Mas?" Alisha menggeleng tak percaya dengan keteguhan Arya mempertahankan inginnya.

"Menikah bukan satu-satunya jalan keluar, Alisha. Orang tua kita pasti kecewa luar biasa kalau kita menikah mendadak karena kesalahan satu malam seperti ini." Suara Arya bergetar sedih.

Menikahi Alisha memang menjadi salah satu mimpinya. Tapi bukan sekarang. Masih ada mimpi lain yang ingin ia kejar. Menyelesaikan study lanjutan dan menjadi kebanggakan ayahnya misalnya. Belum lagi ia ingin menunggu Alisha selesai dengan kuliah dan membangun mimpinya juga.

"Tolong, Sha." Arya berjalan mendekat lalu meremas kedua telapak gangan Alisha. "Pil... pil itu satu-satunya jalan keluar saat ini. Cuma butuh hitungan detik untuk kamu minum, sakitnya nggak akan terlalu lama."

Alisha kehabisan kata-kata. Seharusnya ia bisa memperkirakan reaksi Arya yang seperti ini. Pangeran kesayangan dari keluarga kaya raya Dwisastro, manalah mungkin semudah itu mengiyakan pernikahan usia muda. Tak mungkin.

"Sha?"

"Berhenti di sana! jangan sentuh!" teriak Alisha begitu Arya mencoba meraih tangannya.

"Maafin aku, Sha. Maaf."

Maaf ya? entah maaf yang ditujukan pada siapa maksud Arya. Pada Alisha atau pada bayi dalam kandungannya.

"Kayaknya kamu bener, Mas," seru Alisha dengan suara sangat pelan. "Orang tua dan keluarga besar kita pasti kecewa luar biasa kalau tau keadaan kita yang memalukan ini. Aku nggak mau mempermalukan mereka dengan aib seperti ini."

Arya menghela napas panjang. Dadanya mendadak lega mendengar jawaban Alisha. Itu artinya kekasihnya ini bersedia mengugurkan kandungan itu kan? Aib seperti itu memang harus dimusnahkan, iya kan?

"Sha... "

Alisha kembali mundur saat Arya mendekat. Gadis itu cepat-cepat menghapus air mata lalu berbalik dan berlarian kecil untuk mengambil pil sialan yang tadi ia lemparkan di sebelah tangga.

"Kamu bener, Mas. Mungkin dengan benda ini, kedua orang tua kita tak perlu menanggung malu karena kesalahan ini."

Tak perlu menunggu respon Arya, karena setelah mengatakan itu Alisha langsung berlari menjauh. Menguatkan langkah kaki agar tak goyah dan kembali menoleh pada Arya yang berlaku tak adil padanya.

Alisha pikir apa yang dikatakan Arya tak sepenuhnya salah, memang tak seharusnya orang tua atau keluarga besar mereka menanggung malu akibat ulahnya yang nista. Aib yang ia bawa memang harus segera dilenyapkan, tapi bukan dengan menghilangkan nyawa bayi tak berdosa di dalam perutnya ini. Melainkan dirinya sendiri yang harus mengalah pergi.

"Sha, lo mau ke mana? Shaa!!" Itu suara Maya saat berpapasan dengannya, sahabat Alisha yang menjadi sahabat Alisha yang menjadi teman berbagi apartmen selama ini.

"Sha!!" teriak Maya lagi tetap tak mendapat jawaban. Alisha sengaja mengabaikan panggilan dan sapa ramah dari teman-teman kuliahnya yang baru saja keluar dari fakultas.

Alisha sengaja menulikan telinga, mengabaikan panggilan dan sapa ramah dari teman-teman kuliahnya yang baru saja keluar dari fakultas. Ia hanya fokus pada satu tujuan, jembatan penyeberangan yang baru saja rampung dibangun di depan kampusnya. Jembatan panjang yang berdiri kokoh melintasi dua ruas jalan utama itu masih sepi.

Jadi, kalau pun ia melompat dari sana saat ini, pasti tak akan ada yang mencegah kan? Keputusan yang ia ambil dalam hitungan menit itu sudah bulat. Aib itu harus benar-benar dilenyapkan dari muka bumi. Bukan hanya jabang bayi dalam rahim yang ia bawa, tapi ... beserta juga dengan dirinya.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Dilla dilawan
absen pertama dulu
2025-06-04 00:07:18
0
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status