Share

Part 7 ~

Author: seblakcoet
last update Huling Na-update: 2025-10-05 13:00:14

Saat anak-anaknya sudah terlelap, Raka yang masih penasaran kembali mendekati istrinya. Ia terus mempertanyakan dari mana Aulia mendapatkan uang, namun kali ini dengan suara lembut dan hati-hati.

“Aku dapat uang dari main handphone aja, Mas.”

Begitulah jawaban Aulia sembari terus fokus pada ponselnya.

Raka yang tak puas dengan jawaban sang istri, memiringkan kepalanya untuk melihat layar ponsel istrinya. Tapi yang ia lihat istrinya hanya menonton video-video pendek dalam aplikasi I*******m.

“Nonton reels doang bisa dapat uang?” Tanya Raka masih tak mengerti.

“Iya.” Jawab Aulia pendek sembari mematikan ponsel lalu bangkit untuk mengisi daya baterai ponselnya.

Tak ada percakapan lagi setelah itu, Aulia langsung memejamkan matanya tak mempedulikan suaminya yang masih bingung.

Pagi ini Anna terbangun karena rasa mual di perutnya tak tertahankan. Ia langsung pergi ke kamar mandi dan mengeluarkan seluruh isi lambungnya. Rangga yang masih tidur seketika terkejut oleh suara istrinya.

“Sayang? Kamu gak apa-apa?” Tanya Rangga panik langsung menghampiri sang istri.

“Perut aku mual banget, Mas. Kepala aku juga pusing banget. Lemesssss.” Lirih Anna sembari menerima uluran tangan suaminya.

“Udah ditestpack?” Tanya Rangga dengan antusias, sedangkan Anna hanya menggelengkan kepala.

Tanpa membuang waktu, Anna langsung melakukan pemeriksaan kehamilan secara mandiri. Namun sayang, hasil dari testpack tersebut tetap menampilkan satu garis saja. Hal ini membuat Anna frustasi dan lelah. Tapi Rangga tetap memberikannya support agar istrinya tak putus asa.

“Kita langsung ke dokter kandungan aja ya? Siapa tau kalo di USG kelihatan jelas hasilnya. Kayaknya ini testpack udah nggak akurat, mungkin udah kelamaan di lemari.” Bujuk Rangga mencoba berpikir positif.

Karena waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi dan klinik masih tutup, maka Rangga membelikan bubur lebih dulu untuk mengisi perut istrinya.

Saat hendak masuk setelah membeli bubur, sebuah mobil yang tak asing memasuki pekarangan rumahnya.

“Loh Mama? Papa? Kok kesini nggak bilang-bilang?” Tanya Rangga sembari menghampiri kedua mertuanya.

“Iya, semalam Papa ada kerjaan disini, jadi sebelum pulang mampir dulu. Kamu sehat? Anna mana?” Jawab Papa Anna menepuk kecil pundak Rangga.

Rangga menceritakan keluhan istrinya pagi ini, membuat keduanya khawatir sekaligus berdebar.

Mereka berdua memasuki kamar dan berbincang dengan Anna, sedangkan Rangga menyiapkan bubur yang sudah ia beli di dapur.

“Jangan terlalu dipaksakan sayang, jangan terlalu stress, kita serahkan semuanya sama Allah.” Ucap Mama Anna membelai kepala anaknya dengan lembut.

“Mama nggak tau gimana tertekannya aku sekarang, Ma. Aku capek, tapi aku gak mau menyerah.” Balas Anna dalam hati, ia tak mampu mengungkapkan isi hatinya, karena ia tak ingin membuat orangtuanya sedih.

“Iya, Ma.” Ucap Anna sembari tersenyum pada Mamanya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Anna dan Rangga sudah bersiap pergi ke klinik dokter kandungan. Mama dan Papa Anna hanya menunggu di rumah. Namun saat Anna hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba Bu Rahma yang baru turun dari ojek langsung menahannya dengan raut kesal.

“Mau kemana kalian? Kamu ini saya chat kok gak dibalas-balas? Dasar menantu durhaka! Udah mandul, durhaka lagi!” Maki Bu Rahma menutup pintu mobil, membuat Anna mau tak mau mengurungkan niatnya memasuki mobil.

Anna yang sudah malas dengan tingkah mertuanya hanya diam tak berniat menjawabnya.

“Ada apa sih, Bu? Datang-datang kok marah-marah? Malu loh dilihat tetangga aku!” Sahut Rangga menengahi keduanya.

“Kamu juga sama aja! Ibu chat minta uang cuma dibaca aja, ditelepon gak diangkat? Ngapain aja sih kalian? Ibu butuh uang cepet tau gak buat beli emas, buat investasi!” Ucap Bu Rahma dengan lantang.

“Kalo mau investasi pake duit sendiri dong, Bu! Masa minta sama anak? Apalagi sama menantu, emang nggak malu?” Sahut Papa Anna di ambang pintu.

Bu Rahma terkejut melihat keberadaan besannya. Namun ia segera menutupinya dengan sikap angkuhnya.

“Ya terserah saya dong, Pak! Anak-anak saya, kenapa Bapak yang repot? Toh anak bapak bisa hidup enak karena nikah sama anak saya! Kalo bukan, mana bisa dia bergaya belagu kayak gini!” Tantang Bu Rahma seolah mengibarkan bendera perang.

“Bu! Jangan ngomong kayak gitu dong, malu! Ibu pulang dulu aja, ya? Rangga mau ke dokter dulu, ini Anna tadi pagi mual-mual, jadi mau periksa.” ucap Rangga reflek sembari menepuk lengan ibunya.

“Pantas aja kalian gak balas chat ibu, ternyata lagi ngelayanin orang-orang ini toh? Dipelet atau apa sih kamu, Ngga? Bisa-bisanya manut sama mereka? Istri mandul kayak gini aja kamu pertahanin! Ngapain periksa ke dokter segala? Buang-buang duit! Lihat tuh pantat istri kamu banyak darahnya! Pasti lagi dapet!” Sinis Bu Rahma melirik Anna tajam, sedangkan Anna reflek memegang bagian belakang tubuhnya, benar saja cairan merah itu menempel di telapak tangannya.

Tangis Anna kembali luruh tak tertahankan. Harapan kecil yang ia bayangkan beberapa menit yang lalu kini telah sirna. Tanpa mempedulikan semua orang, Anna masuk ke dalam rumah dengan sedikit berlari dan disusul mamanya.

“JAGA MULUT ANDA, YA! RANGGA, USIR MANUSIA GAK TAHU DIRI ITU DARI RUMAH ANAK SAYA!” Bentak Papa Anna sembari menunjuk ke arah besannya, kemudian pergi mengikuti anak dan istrinya.

“Udah lah, Bu! Ayo pulang dulu, please kali ini tolong ngerti, ini situasinya lagi genting, Bu.” Desak Rangga sembari membuka pintu mobil, dengan sedikit memaksa dan mendorong ibunya masuk.

Sepanjang perjalanan Bu Rahma terus memaki Anna dan orangtuanya. Bisa-bisanya Papa Anna berkata bahwa itu rumah anaknya! Sedangkan rumah itu dibeli dengan hasil kerja keras Rangga.

Lain dengan isi pikiran Rangga, ia sedang tremor karena mertuanya sudah tahu perlakuan ibunya pada Anna. Masalah menjadi semakin runyam.

Sesampainya di rumah ibunya, Rangga langsung menurunkan ibunya tanpa sepatah kata pun. Sedangkan ibunya terus mengoceh meski mobil Rangga sudah tak terlihat lagi.

“Jujur sama Papa, apa begini perlakuan ibu mertuamu sama kamu?” Tanya Papa Anna menahan emosinya.

“Iya, Pa. Tapi aku nggak masalah, Pa. Selagi Mas Rangga ada dipihakku dan membela aku, aku gak peduli dengan sikap ibu Mas Rangga.” Jawab Anna lirih.

“Tapi kamu nggak dipaksa melakukan hal-hal aneh ‘kan?” Selidik Papa Anna menatap anaknya curiga.

“M… Maksud Papa aneh-aneh gimana?” Tanya Anna gelisah.

“Ya aneh-aneh kayak suruh minum ramuan-ramuan yang gak jelas kebenarannya misal?” Jawab Papa Anna mengerutkan keningnya.

“Nggak kok, Pa. Selama ini aku sama Mas Rangga selalu percaya medis, kalaupun pake cara tradisional, kita nggak asal-asalan.” Ucap Anna pelan.

“Aku malah disuruh yang lebih aneh dari apa yang papa kira, Pa. Bukan aneh lagi, tapi cara gila. Apa aku cerita aja ya sama mama dan papa?” Batin Anna dalam hati, ia kembali mengingat kejadian saat melakukan ide gila Rangga hari itu.

“Tapi Mama lihat Rangga itu kurang tegas sama ibunya. Apa kamu yakin mau bertahan dengan dia, Nak? Apa kamu nggak tertekan dengan sikap ibunya Rangga? Cerita aja sama mama papa, Nak. Mama nggak mau anak kesayangan mama satu-satunya diperlakukan tidak baik.” Ucap Mama Anna lembut sembari mengusap puncak kepala anaknya.

Rangga yang baru saja tiba langsung mematung mendengar ucapan ibu mertuanya. Bagaimana jika Anna mengadukan semuanya?

.

.

To be continue ~

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Skandal Akibat Ambisi Mertua   Part 21 Kepergok

    “Bun…, nggak tidur?” Tanya Raka menelan salivanya kasar.Aulia tak menjawab pertanyaan suaminya. Ia hanya diam dengan posisi yang sama.Raka mendekati istrinya dan duduk di sebelahnya. Hatinya menjadi tak karuan melihat reaksi istrinya yang hanya diam.‘Apa tadi istri gue ngeliat, ya?’ Batin Raka tak tenang.“Bunda?” Panggil Raka sembari memegangi pundak istrinya.“Hmm? Dari tadi Bian tidurnya kaget-kaget terus, Mas. Aku ngantuk. Hooaaam.” Jawab istrinya dengan suara serak khas bangun tidur.“Ya sudah bunda tidur lagi aja, ya? Biar ayah yang nungguin Bian.” Ucap Raka mengusap lembut puncak kepala istrinya lalu mengecupnya.Aulia mengangguk kemudian kembali terbaring dan melanjutkan tidurnya. Raka menatap wajah istrinya yang sedang terlelap.“Maafin aku.” Bisik Raka kembali mengusap kepala istrinya.Keesokan harinya setelah mengantarkan putra sulungnya sekolah, Aulia mendapati suaminya masih terlelap bersama putra bungsunya.“Mas? Kok masih tidur? Udah jam 7 loh, hari ini kan masuk pag

  • Terjerat Skandal Akibat Ambisi Mertua   Part 20 Bumil menggoda

    BraaakkkMobil Rangga menabrak bangku trotoar yang terbuat dari besi hingga hancur.“Akh! Sialan!” Rintih Rangga merasa kesakitan.Pandangannya seketika buram, namun kesadarannya masih tersisa sedikit.Tok tok tok“Rangga! Buka pintunya! Rangga!” Teriak seorang wanita dari luar sembari mengetuk kaca mobilnya.“Mbak…,” Panggil Rangga lemah ketika melihat kakak iparnya, namun beberapa detik kemudian Rangga sudah tak sadarkan diri.Tak butuh waktu lama, semua orang yang menyaksikan langsung berkerumun di sekitar kejadian.“Tolong, Pak! Ini adik saya.” Lirih Aulia dengan suara bergetar.Beberapa bapak-bapak mencoba membantu Rangga hingga akhirnya bisa keluar. Aulia langsung membawa adik iparnya ke rumah sakit dibantu oleh seseorang.Sesampainya di rumah sakit, ia bingung karena suaminya tak bisa dihubungi. Raka tengah bekerja dan tak pernah membuka ponselnya saat jam kerja.“Aku harus hubungi siapa? Gak mungkin aku kasih tahu ibu, nanti ibu bisa pingsan. Anna juga lagi hamil, gimana kalo

  • Terjerat Skandal Akibat Ambisi Mertua   Part 19 Siapa dia?

    “T…, Tante Olla?” Lirih Rangga nyaris tak mengeluarkan suara.Tubuhnya mematung melihat orang yang ia takutkan kehadirannya.“Apa kabar, Rangga?” Tanya Tante Olla dengan suara khasnya yang sensual.Rangga tak mampu menjawab pertanyaan Tante Olla. Ia terlalu shock dengan situasi ini.“Permisi.” Ucap Rangga hendak melewati Tante Olla.“Kamu lupa sama Tante, hm?” Tanya Tante Olla lagi menahan lengan Rangga.Semua mata memandang aneh ke arah mereka. Sadar dirinya menjadi pusat perhatian, Rangga mengajak Tante Olla keluar lewat pintu samping klinik yang terhubung ke lorong menuju toilet.“Lama nggak ketemu, tante kangen banget sama kamu.” Rayu Tante Olla mencolek lembut dagu Rangga.“Jangan kurang ajar!” Tolak Rangga menepis tangan Tante Olla.Tante Olla hanya tersenyum melihat sikap Rangga. Laki-laki polos yang dulu menjadi mainannya, kini telah berubah menjadi laki-laki dewasa yang gagah dan tampan.“Kamu makin ganteng ya sekarang. Makin gagah juga, pasti di ranjang juga makin jago.” Uca

  • Terjerat Skandal Akibat Ambisi Mertua   Part 18 Fakta mengejutkan tentang Rangga

    “Rangga, ngapain disitu?” Panggil seseorang dari belakang.Refleks Rangga menoleh, betapa terkejutnya ia saat melihat orang yang memanggilnya adalah Mama Anna. Jantungnya seolah berhenti mendapati mertuanya sudah disini.‘Aduh Nadia g*blok! Mama denger nggak ya percakapan gue sama Nadia tadi.’ Batin Rangga gelisah.“Eh, Mama udah sampe? Dari tadi, Ma?” Tanya Rangga sedikit gugup sembari mencium punggung tangan mertuanya.“Baru aja sampe. Kamu ngapain berdiri di situ?” Tanya Mama Anna bingung.“Oh, ini tadi aku abis ambil pesenan ojol food, Ma. Mama sama siapa? Kok Papa nggak ada?” Jawab Rangga menutupi rasa gugupnya dengan bertanya balik.“Oooh. Mama sama Mang Yana. Papa masih meeting, lagi banyak kerjaan yang gak bisa ditinggal.” Ucap Mama Anna sembari menunjuk sopir pribadinya yang sedang duduk di bangku parkiran.Sesampainya di ruangan Anna, Mamanya langsung memeluk putri semata wayangnya yang sedang terbaring lemas.“Kamu baik-baik aja kan, sayang? Mama khawatir banget sama kamu,

  • Terjerat Skandal Akibat Ambisi Mertua   Part 17 Masa lalu Rangga

    Jantung Rangga seperti berhenti berdetak. Ia sangat takut jika Anna benar-benar mengadukannya. Papa Anna sangat berjasa di hidup mereka.Dulu saat pekerjaan Rangga tengah terombang-ambing, Papa Anna lah yang membantu Rangga mendapatkan pekerjaan baru. Mertuanya juga yang mempromosikan Rangga hingga ada di posisi sekarang.Selain itu rumah yang mereka tempati sekarang juga hadiah pernikahan mereka dari orangtua Anna. Namun Rangga mengaku pada ibunya bahwa rumah itu ia yang membeli untuk Anna.Bukan hanya soal itu, Papa Anna juga orang yang sangat tegas dan sedikit galak. Tubuh Rangga pernah hampir dibanting gara-gara Rangga membuat putrinya menangis. Namun Anna tetap membela Rangga di depan orangtuanya.“Maafin aku, sayang. Aku khilaf. Aku terbakar api cemburu. Semuanya gara-gara Mama Zio yang manas-manasin aku. Dia ngadu ke aku kalo kamu dijemput kakakku.” Ucap Rangga pelan, mencoba mengambil hati Anna.“Jadi kamu lebih percaya orang lain, Rangga?” Tanya Anna menatap suaminya tak perc

  • Terjerat Skandal Akibat Ambisi Mertua   Part 16 Pertengkaran

    “Jemput Anna? Maksudnya jemput Anna gimana, Mas?” Tanya Aulia terkejut.Tanpa memperdulikan sekitar, Rangga langsung menarik leher baju Raka, hingga membuat Raka berdiri.Bugh!Rangga meninju Raka tepat di pipi kirinya. Sontak semua orang yang menyaksikan berteriak dan mencoba melerai.“Rangga istighfar! Kamu apa-apaan sih!” Bentak Aulia mencoba menarik suaminya yang masih dicengkeram Rangga.“Mbak gak usah ikut campur! Harusnya Mbak juga marah kalo suami mbak sok perhatian sama istriku!” Ucap Rangga menatap Aulia nyalang.“Bawa anak-anak ke belakang, Bun.” Perintah Raka menyingkirkan tangan Aulia pelan.Tanpa membantah, Aulia langsung mengamankan kedua anaknya yang menangis karena ketakutan melihat Rangga yang dikuasai emosi.“Coba jelasin masalahnya apa, Ga. Jangan main fisik kayak gini.” Ucap Bu Rahma dengan suara bergetar, matanya sudah berkaca-kaca.Bu Rahma shock melihat Rangga memukul kakaknya. Selama ini baru sekarang ia melihat Rangga mengamuk dan berani pada kakaknya.“Merek

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status