Home / Rumah Tangga / Terjerat dendam pernikahan / Bab 4. Hanya Wanita Bekas

Share

Bab 4. Hanya Wanita Bekas

Author: Bait Rindu
last update Last Updated: 2023-05-23 11:15:05

Mendengar ancaman yang terlontar dari Ezra, membuat Rey mengepalkan kedua tangannya. Sepupunya itu pergi begitu saja setelah melewati pintu kamar. Rey segera melangkah kakinya dan tangan kanannya mencengkeram erat rahang Valen.

"Apakah kalian hendak berbuat mesum di Mansionku? Sungguh menjijikkan! Selain pembunuhan, rupanya julukan wanita murahan melekat padamu!"

Netra kelabu milik Valen berkaca-kaca mendengar penuturan yang tidak pantas tersebut. Padahal hubungan Ezra dan dirinya hanya sebatas sahabat. Artur pun juga tahu tentang hal itu.

"Ke-kenapa pikiranmu picik sekali, Rey? Aku tidak seperti wanita yang kamu tuduhkan!"

Rey melepaskan cengkraman itu kasar hingga kepala istrinya terbentur dashboard ranjang.

"Akh!" teriak Valen merasakan kesakitan. Sementara sang suami berkata dengan ejekan. "Tidak murahan? Tetapi menggoda sepupu suaminya? Belum ada 24 jam kau menjadi istriku dan kau sudah ketahuan berselingkuh. Hebat!"

Rey bertepuk tangan lantas kembali mengucapkan kata-kata sarkasme. "Apakah Artur tidak bisa memuaskan dirimu sehingga kau berpaling dengan Ezra, Hmmm?

Valen terhenyak mendengar penuturan dari bibir lelaki di hadapannya. Cairan sebening kristal itu akhirnya luruh. Hatinya teramat sangat sakit. Kata-kata Rey sungguh kejam.

"Tuduhanmu salah, Rey. Sekali lagi aku katakan bahwa aku tidak menjual tubuhku pada lelaki manapun, dan aku sangat menjaga kesucian yang--"

Potong Rey segera. "Yang sudah direnggut paksa serta dinikmati banyak pria, begitu maksudmu?"

"Sudah aku katakan berkali-kali, bahwa aku masih suci! Aku bukan wanita seperti yang kau pikirkan," sahut Valen berapi-api.

Sang suami kembali mencibir, "Bahkan meskipun kau melepaskan seluruh pakaianmu, aku tidak berminat sedikitpun. Kau hanya wanita bekas!"

Rey lalu keluar dari kamar Valen. Gadis itu tidak menduga bahwa lelaki yang dikenal begitu baik bisa mengeluarkan ucapan seperti itu. Valen bangkit dan menuju ke kamar mandi, ia begitu kumal.

***

Rey yang tadinya dalam perjalanan menuju ke kantor, berpapasan dengan mobil yang dikendarai oleh sepupunya membuat dirinya berputar arah dan kembali ke Mansion. Setibanya di rumah, ia tidak mendapati sepupunya tersebut. Pikirannya tertuju kepada Valen. Mengingat keduanya begitu dekat sudah dipastikan bahwa dua orang yang sangat dibencinya itu berada di ruangan yang sama. Dugaan tidak salah.

Mengingat hal itu, membuat Rey mengepalkan tangannya erat hingga buku-buku tangannya memutih. Saat ini fokusnya bukan ke kantor, melainkan mengurus pembunuh mendiang Denara.

"Ara, kau tidak perlu khawatir, dengan mengikat Valen, maka aku lebih leluasa menyiksanya!" serunya saat kedua tangan saling memegang figur foto prewedding dirinya dengan gadis bermanik sebiru safir tersebut. Ia kemudian menciumi foto itu seolah Denara ada di hadapannya. 

Meletakkan kembali di meja kerjanya dan mulai memperhatikan tampilan grafik dilayar persegi panjang tersebut. Lalu beralih ke cctv yang dipasang di setiap sudut Mansion. Melihat keakraban yang terjalin antara sepupunya dan sang istri, apalagi Ezra mengancam dirinya membuat amarah yang tadi sempat merekam kini menyala. 

"Kau selalu saja datang kehidupanku untuk mengacau, Ez. Dahulu kala saat SMA, kau berhasil merebut Hazel dariku. Bahkan berupaya menyaingi bisnis yang sama. Ckckck. Dia sengaja melakukannya untuk bersaing. Tapi kau tak akan unggul dariku!"

Bunyi ketukan pintu terbuka, muncul Valen dengan dress bunga selutut milik Denara. Hal itu membuat Rey sangat marah dan langsung saja melempar nampan yang berisi kopi hitam hingga isinya berhamburan ke lantai bersamaan dengan serpihan gelas kaca. Hati Valen pun sangat kacau seperti gelas yang pecah berhamburan. Cipratan kopi panas di tangan tidak sebanding dengan rasa sakit di relung jiwanya.

Valen bingung kenapa Rey justru menyentak minuman yang ia bawa. Sedetik kemudian, matanya membulat sempurna saat Rey malah merobek paksa dress yang dikenakan oleh Valen. Hingga menyisakan tantop dan hotpants. Rey tidak tergoda, ralat. Tepatnya ia sempat mengagumi kemolekan tubuh sang istri yang kulitnya terlihat putih meski ada bekas cambukan dari sabuknya semalam. Melihatnya ia tersenyum puas.

Lalu menunjuk wajah Valen seraya memperingatkan. "Jangan pernah sekalipun memakai pakaian milik Denara! Ingat, baju ini tidaklah layak digunakan oleh wanita biadab sepetimu yang seorang … pembunuh!"

"Aku bukan pembunuh Rey. Sungguh. Denara meninggal, semuanya terjadi karena takdir. Aku juga bersedih karena kehilangan sosok Denara. Bahkan tunanganku pun tidak selamat dalam kecelakaan tersebut. Seharusnya–"

Potong Rey cepat, "Seharusnya apa? Hah?"

"Selamat ya, telah menjadi pembunuh sahabat sendiri. Aku masih bermurah hati untuk tidak memenjarakan dirimu. Sebab di sana kau tidak akan semenderita di sini!" seru Rey seraya menekan luka dari cambukan semalam. Membuat gadis itu memekik karena kesakitan.

"Rey, sakit. Tolong hentikan."

"Rasakan! Itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang dialami oleh Denara saat kesakitan, kehilangan banyak darah dan meninggal seketika. Apakah kau pikir dengan melihat air mata muslihatmu, aku merasa iba? Kau salah Valen. Penderitaan yang kau rasakan adalah kebahagiaan bagiku!" 

Seringaian itu tercipta di sudut bibir Reyzain. Ia semakin menekan luka Valen sangat lama, lalu mendorong tubuh istrinya hingga tersungkur ke lantai. Pemilik manik kelabu itu kembali meringis saat kedua tangannya terkena serpihan kaca. Membuat Rey tersenyum puas. 

"Beresan kekacauan yang kau ciptakan, setelah itu pergilah ke dapur untuk memasak. Oh jangan lupa, aku ingin memakan masakan tradisional khas Rusia, dalam waktu tiga puluh menit semua harus selesai!" perintah Rey mutlak.

Valen menganguk paham. Ia hendak berdiri untuk mencari sapu dan serok, namun Rey mencegahnya.

"Bereskan dengan tanganmu sendiri, tidak boleh memakai alat seperti sapu. Dan ingat harus bersih!" 

Rey kembali duduk di kursi di ruangan kerjanya seraya mengamati Valen secara diam-diam. Dalam hati, Valen membatin, "Ar, rasanya aku ingin menyusulmu dan juga Denara."

Melihat serpihan kaca tersebut, terbesit di pikirannya untuk bunuh diri saja guna melepaskan sesak dirasakan. Tangannya mulai menggenggam beling yang pecah berserakan. Netra Elang miliknya kembali fokus pada layar untuk mengatur sesuatu.

Cairan kental berwarna merah itu sudah melumuri kedua tangan Valen. Ia tidak sanggup lagi menahan kebencian serta kata-kata kasar yang menyayat hati.

Melihat tidak ada pergerakan apa-apa dari wanita yang dianggap sebagai pembunuh serta wanita bekas tersebut, membuat atensi Reyzain sepenuhnya mendongak ke arah Valen yang malah tergeletak di lantai.

Rey berdiri dan berjongkok, melihat darah mengalir dari tangan sang istri membuat dirinya mengumpat. Langsung saja ia membopong Valen seraya mengomel.

"Ckckck, dasar Gadis bodoh. Kau pikir bisa mati hanya dengan menggores dengan serpihan gelas? Benar-benar menyusahkan saja."

Ia berteriak, "Juliaaa, bersihkan pecahan gelas di ruang perpustakaan!"

Rey meletakkan Valen di Ranjang. Mencari alkohol guna membersihkan darah dari tangan mungil yang berdarah, setelah itu memberikan salep Betadine. Membalut dengan perban.

"Jangan harap kau bisa mati dengan mudah, Valen. Kau harus menderita terlebih dahulu agar aku puas!"

Meskipun mengomel, masih ada sisi kebaikan di hatinya untuk mengobati sang istri. Walaupun nantinya ia akan bersikap kasar dan semena-mena. Setidaknya sisi malaikat masih melekat.

Rey mengambil air dan menyirami wajah Velen. Hingga ketiga kali, Valen baru sadar seraya terbatuk-batuk. Tatapan mata kelabunya tertuju ke arah mata elang milik Reyzain yang malah tersenyum penuh kemenangan.

"Baru sadar bila rencanamu itu gagal, Hmmm? Tidak jadi mati, eh?" ejek Reyzain seraya melipat kedua tangan di atas perut. Membuat Valen dongkol sebab aksinya bunuh diri gagal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 58. Membujuk

    Rey mengelus leher belakangnya dan menyahut, "Hanya sekedar kenalan saja, Ken.""Selama sebulan ini, Tuan Rey kemana?" tanya Ken. "Aku sedang ada urusan bisnis Ken," Balas pemilik netra elang sekadarnya. Sang ajudan menimpali, "Tuan Yakin tidak sedang berbohong? Urusan penting apa itu? Sebab kesibukkan bisnis Tuan sudah diambil alih papa tuan. Tuan Darwin dan nyonya Monik kembali terjun ke perusahaan yang Tuan Rey kelola.""Aku, berbohong? Apakah wajah tampanku ini seperti orang penipu, Ken?" Rey terlihat marah membuat Ken tersenyum. "Tuan tidak bisa berbohong padaku. Pasti sebuah rahasia besar yang kini menimpa Tuan hingga tak pernah pulang. Benarkan?""Hah, kau sok tahu."Ken kemudian melanjutkan. "Aku sangat mengenal siapa tuan Reyzain. Nona Shen bahkan menghilang dari rumah tuan Barata karena melihat foto tuan bersama perempuan lain yang sedang sama-sama polos berada di dalam selimut yang sama.""Apaaa?!" teriak Rey terkejut dengan suara lantang. Lalu buru-buru membungkam mulut

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 57. Di rumah sakit yang sama

    Ken ingin berucap, namun Barata mengusir dengan gerakan tangan. Membuat ajudan menantunya hanya bisa menurut dengan perasaan yang tak terduga. Ken segera membopong Meysha dan meminta calon istrinya untuk membukakan pintu rumah dan mobil. "Kita bawa nyonya ke rumah sakit saja, Gis," ujar Ken dan diberikan anggukan oleh Giska. Reyzain yang melihat dari teropong pun segera turun dari Villa guna memasuki Mansion Barata. "Ayah mertua, ayah!" teriak Rezain berang. Ia kesal sedari tadi diabaikan. Apalagi tidak nampak tanda-tanda Shenina dan Alvin. Padahal ia sangat merindukan keduanya. "Ayah. Dimana kau sembunyikan istri dan anakku!" seru Reyzain lagi kemudian menaiki tangga guna mencarinya di kamar. Namun, tak ada siapa-siapa. Kakinya ia ayunkan menuju ruang baca sebab hanya ruangan itu yang tak bisa dijangkau oleh penglihatannya lewat teropong. Ia langsung saja masuk sebab pintu sudah terbuka. Rey yang sedang tersulut amarah pun bertanya, "Ayah, kenapa ayah berbohong padaku, hah? Buk

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 56. Barata bersikap aneh

    "Apakah kau sudah memikirkannya Shen? Tinggal di panti bersama bayi Al?" tanya Ezra sekali lagi. Shenina mengangguk mantap. "Benar Ez. Aku tumbuh besar di sana. Lagipula ibu panti sudah sangat tua. Jika bukan karena kau yang memberikan donatur tetap mungkin panti itu sudah lama dirobohkan. Jadi, bantu aku ya, please?"Shenina sampai menyatukan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda permohonan. Ezra sangat mencintai wanita di hadapannya. Ia berpikir jika bisa menuruti Shen bisa merebutnya dari Rey secara halus. "Akan aku pertimbangkan. Sebab ada beberapa resiko yang nantinya akan kau tanggung. Sekarang sarapanlah, kasihan bayimu bila tidak sarapan.""Oke. Aku akan meminjam dapur, dan kau jaga Alvin sebentar ya," kata Shen seraya bangkit dari duduk. Ezra hanya tersenyum saja sebagai jawaban. "Hai baby Al. Panggil aku ayah nanti ya? Sebab sebentar lagi kita akan menjadi pasangan anak dan ayah yang sempurna," kelakar Ezra berbicara pada Al yang sedang memejamkan mata disertai isap

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 55. Rencana

    "Mas, sebaiknya katakan apa rencanamu," sergah Meysha yang membuka pintu perpustakaan secara kasar. Barata segera mengganti layar laptop menjadi grafik pendapatan rumah sakit dan hotel guna membandingkan profit. "Memangnya apa yang aku lakukan, Mey?" "Sikap Mas Bara begitu berbeda hari ini, pasti Mas menyembunyikan sesuatu," tuduh sang istri dan Bara tak menanggapi. Hal itu membuat Meysha sangat kesal. "Oke, jika tidak ingin berkata jujur, malam ini tidurlah sendiri dan jangan coba merengek!""Iya, Mas rencananya mau lembur," jawab Barata santai, membuat sang istri gregetan dan menghentakkan kakinya sebab sangat kesal. Jadi ia memilih menengok cucunya. "Shen, boleh gendong baby Alvin?" tanya Meysha ketika memasuki kamar anaknya. Shenina yang duduk di pinggiran ranjang, sedang menyusui anaknya pun semakin erat mendekap baby Al. Ia begitu takut sebab sang ayah tadi sudah memisahkan keduanya. Shenina menggelengkan kepalanya. "Jangan ambil anakku, Ma. Jangan pisahkan kami," jawab Sh

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 54. Jangan pisahkan

    "Kenapa papa bilang begitu, aku yakin Rey tidak akan mungkin menghianatiku. Aku tahu siapa suamiku, pa. aku mohon jangan pisahkan kami," mohon Shen seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.Barata masih saja keukeuh meminta sang anak untuk berpisah. "Jika kau tidak mau berpisah dengan Rey. Maka jangan harap bisa menemui putramu lagi!"Bara mengambil paksa bayi yang ada di box dan membawa pergi entah kemana. Shen hanya bisa meruang sejadi-jadinya. rinai hujan di pipinya begitu deras. Monik juga tidak menduga bahwa sahabatnya tega memisahkan ibu dan anak. "Apakah Bara itu sudah tidak waras! Memisahkan Shenina dengan bayinya. Benar-benar tidak masuk akal! Dasar kakek tua gila" umpat Monik dengan amarah yang begitu kentara. Ia segera membantu menantunya untuk berdiri. Memeluknya serta mengelus punggung Shenina guna menenangkan. "Shen, jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting. Mama percaya bahwa Bara tidak akan menyakiti cucunya sendiri. Mengenai Rey, mama meminta maaf. Karena

  • Terjerat dendam pernikahan   Bab 53. Pisah saja

    Mendengar perkataan Ken, orang-orang yang berada di ruang makan menghentikan aksi sarapan. Shen terhenyak. Padahal niatnya adalah untuk menjodohkan Ezra dengan Giska."Gis, kalian berdua sudah saling mencintai ya setelah Ken menjemput ke Indonesia? Wah, padahal baru seminggu yang lalu, lho," goda Shen membuat Giska kikuk.Wanita asal Indonesia itu berkata, "Hahaha, sepertinya Mas Ken salah makan obat Mbak Bule, makanya pagi-pagi begini melawak. Kan Giska pengen melanjutkan pendidikan dulu, baru nikah."Ken sungguh kecewa, artinya dia sedang ditolak sekarang? Jadi ia pergi begitu saja dari ruangan tanpa sepatah katapun."Ken marah sepertinya, ayo segera bujuk dia." Giska berupaya tersenyum, "Biarkan saja Mbak Bule, mungkin mas Ken pengen sendiri."Ezra pun ikut berkomentar, "jadi, Ken itu siapanya kamu, Gis?"Giska menjawab kaku. "Bukan siapa-siapa Mas Ezra.""Kalian berdua sudah saling mengenal?" tanya Shen penasaran. "Dulu, Giska sempat bekerja di rumahku yang ada di Jakarta. Terny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status