Ken ingin berucap, namun Barata mengusir dengan gerakan tangan. Membuat ajudan menantunya hanya bisa menurut dengan perasaan yang tak terduga. Ken segera membopong Meysha dan meminta calon istrinya untuk membukakan pintu rumah dan mobil. "Kita bawa nyonya ke rumah sakit saja, Gis," ujar Ken dan diberikan anggukan oleh Giska. Reyzain yang melihat dari teropong pun segera turun dari Villa guna memasuki Mansion Barata. "Ayah mertua, ayah!" teriak Rezain berang. Ia kesal sedari tadi diabaikan. Apalagi tidak nampak tanda-tanda Shenina dan Alvin. Padahal ia sangat merindukan keduanya. "Ayah. Dimana kau sembunyikan istri dan anakku!" seru Reyzain lagi kemudian menaiki tangga guna mencarinya di kamar. Namun, tak ada siapa-siapa. Kakinya ia ayunkan menuju ruang baca sebab hanya ruangan itu yang tak bisa dijangkau oleh penglihatannya lewat teropong. Ia langsung saja masuk sebab pintu sudah terbuka. Rey yang sedang tersulut amarah pun bertanya, "Ayah, kenapa ayah berbohong padaku, hah? Buk
Rey mengelus leher belakangnya dan menyahut, "Hanya sekedar kenalan saja, Ken.""Selama sebulan ini, Tuan Rey kemana?" tanya Ken. "Aku sedang ada urusan bisnis Ken," Balas pemilik netra elang sekadarnya. Sang ajudan menimpali, "Tuan Yakin tidak sedang berbohong? Urusan penting apa itu? Sebab kesibukkan bisnis Tuan sudah diambil alih papa tuan. Tuan Darwin dan nyonya Monik kembali terjun ke perusahaan yang Tuan Rey kelola.""Aku, berbohong? Apakah wajah tampanku ini seperti orang penipu, Ken?" Rey terlihat marah membuat Ken tersenyum. "Tuan tidak bisa berbohong padaku. Pasti sebuah rahasia besar yang kini menimpa Tuan hingga tak pernah pulang. Benarkan?""Hah, kau sok tahu."Ken kemudian melanjutkan. "Aku sangat mengenal siapa tuan Reyzain. Nona Shen bahkan menghilang dari rumah tuan Barata karena melihat foto tuan bersama perempuan lain yang sedang sama-sama polos berada di dalam selimut yang sama.""Apaaa?!" teriak Rey terkejut dengan suara lantang. Lalu buru-buru membungkam mulut
Seorang wanita yang mengenakan baju pengantin, memasuki mobil jemputan yang dikirimkan oleh calon suami. Wajah yang sudah dipoles make-up tipis tersebut sudah membuat Denara Maurenza begitu cantik dan anggun. Bibir tipis tertarik ke atas sehingga menciptakan sisi lesung pipi ketika menyinggung seuntai senyuman.Bunyi notifikasi masuk. Jari lentiknya segera menggeser layar ponsel dan membaca pesan yang dikirimkan oleh calon suaminya.[ Aku tidak sabar ingin melihat kecantikan darimu, sweety. Segeralah datang. Aku menunggumu ]Perlahan, mobil metalik mewah warna hitam itu melaju membelah jalan raya untuk menuju ke sebuah gedung mewah milik calon suaminya, Reyzain. Denara segera menyusun kalimat untuk dikirimkan kepada calon suaminya. [ Hehehe, bersabarlah sayang. Aku akan datang kepadamu. Dan setelah itu, kau berhak ingin melakukan apapun padaku! ][ Bolehkah tunjukkan foto atau sekadar Video Call? Sungguh aku ingin melihat dirimu secara langsung ]Denara tersenyum singkat dan melanjut
Dengan berat hati, sang dokter buka suara, "Dia sudah meninggal di tempat kecelakaan Nona. Mohon bersabar dan tenangkan diri Nona. Saya permisi!"Deg. Pernyataan tersebut bagaikan terkena sengatan listrik dengan tegangan tinggi. Menyetrum hingga membuat dirinya tidak berdaya. Wanita yang rambut hitamnya berantakan tersebut menggeleng kepala berulang kali. Membungkam mulutnya dan baru berteriak histeris, "Tidaaak! Artuuur. Aku mohon bangun!"Deraian air mata tidak bisa membendung lagi. Tumpah ruah bagikan air hujan. Valen memeluk erat tubuh lelaki yang sudah terbujur kaku dengan wajah yang masih penuh oleh cairan kental berwarna merah."Artur, jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu. Aku mohon bangunlah!" Teriak Valen kencang hingga membuat tenggorokan sakit."Sayang, bukankah setelah menghadiri pernikahan Denara, kita juga akan menyusul untuk mengikat janji sehidup semati. Lantas, bagaimana bisa kau meninggalkanku secepat ini, hah?"***Reyzain menatap lama wajah ayu Denara di d
Sinar keemasan nampak begitu megah terpancar dari sang Surya. Lamat-lamat, manik kelabu milik Valen terbuka. Kepalanya berdenyut nyeri. Ia meringis sebab merasa kesakitan akibat ulah Reyzain semalam. Bahkan tanpa punya belas kasihan menyiksa dan membuat tubuhnya penuh luka. Luka di hatinya belum sembuh tersebab rasa kehilangan, kini Rey menambahkannya dengan percikan air garam. Dobel sakit, bukan?Perlahan, ia menghentakkan tubuhnya secara perlahan hingga bersandar di dashboard ranjang. Memijit pelipisnya sebab pening yang mendera. Perutnya keroncongan sebab belum menyantap makanan. "Terakhir aku makan saat hendak pergi menghadiri pernikahan Denara, pantas saja aku kelaparan," tutur Valen dan mulai berdiri, pandangan masih saja buram. Ia hendak melangkah, namun pintu kamar dibuka secara kasar."Apa aku membawamu untuk bersantai, hah?!" bentak Reyzain yang sudah berada di hadapan Valen. Sementara wanita itu sudah gemetaran. Dengan langkah lebar, Rey segera menarik pergelangan tangan i
Mendengar ancaman yang terlontar dari Ezra, membuat Rey mengepalkan kedua tangannya. Sepupunya itu pergi begitu saja setelah melewati pintu kamar. Rey segera melangkah kakinya dan tangan kanannya mencengkeram erat rahang Valen."Apakah kalian hendak berbuat mesum di Mansionku? Sungguh menjijikkan! Selain pembunuhan, rupanya julukan wanita murahan melekat padamu!"Netra kelabu milik Valen berkaca-kaca mendengar penuturan yang tidak pantas tersebut. Padahal hubungan Ezra dan dirinya hanya sebatas sahabat. Artur pun juga tahu tentang hal itu."Ke-kenapa pikiranmu picik sekali, Rey? Aku tidak seperti wanita yang kamu tuduhkan!"Rey melepaskan cengkraman itu kasar hingga kepala istrinya terbentur dashboard ranjang."Akh!" teriak Valen merasakan kesakitan. Sementara sang suami berkata dengan ejekan. "Tidak murahan? Tetapi menggoda sepupu suaminya? Belum ada 24 jam kau menjadi istriku dan kau sudah ketahuan berselingkuh. Hebat!"Rey bertepuk tangan lantas kembali mengucapkan kata-kata sarkas
Di kala senja itu, Valen tidak menduga bahwa dirinya masih hidup. Padahal ia sudah melukai dirinya sendiri dengan pecahan kaca. Tatapan matanya tertuju pada telapak tangannya yang sudah diperperban.Hanya dengan menggunakan tanktop dan Hotpants, sudah membangkitkan sisi liar dalam diri Rey yang ingin segera dituntaskan. Namun ia ingat kata-katanya bahwa meskipun istrinya itu bertelanjang sekalipun ia tidak akan tergoda.Rey menggelengkan kepala berkali-kali, membuat Valen kebingungan."Rey, kau tak apa?"Rey gelagapan telah berfantasi dengan pikirannya yang nyeleneh untuk segera mengeksekusi istrinya yang dikira tidak suci lagi.Dengan tatapan tajam ia berteriak, "Apa? Kau pikir dengan aksimu bunuh diri dengan hanya pakaian minim begitu bisa membuat aku tertarik? Kau salah besar!"Velen semakin bingung dengan pembicaraan yang dilontarkan oleh suaminya. Dalam hati Valen bermonolog. "Menggoda? Sejak kapan diriku menggoda dirinya? Tadi dia geleng-geleng, juga tersenyum sendiri. Persis or
"Aku sebenarnya sudah mengatakan bahwa sebaiknya Valen bekerja saja dengan cara yang halal. Aku tahu, kebutuhan di jurusan seni dan tata busana itu sangat mahal," adu Denara yang mulai berkata dusta tentang sosok Velen yang selalu unggul darinya. Sejujurnya Denara begitu cemburu melihat kesuksesan yang diraih oleh Valen karena kerap kali mendapat pujian dari sang Dosen. Apalagi di tempat kerja paruh waktu tersebut, banyak desain yang dia ciptakan laku keras. Hingga timbul dengki dalam diri pemilik iris sebiru safir tersebut."Aku tahu, pasti berat harus tinggal satu atap dengan orang yang kelakuannya minus. Oh ya, setelah aku selesai dengan pekerjaan. Aku ingin mengajak dirimu ke suatu tempat," ucap Reyzain tiba-tiba. Ia akan memberikan sebuah kejutan hingga sang kekasih merasa dicintai. Ia sudah menyakinkan hatinya, bila Denara adalah calon istri yang baik dan sempurna.Mata Denara berbinar, ia pun mengajukan tanya, "Kau ingin membawaku kemana, Rey?"