Share

Bab. 140

Author: Yu.Az.
last update Last Updated: 2025-12-20 23:05:24

Di depan pintu penjara bawah Kekaisaran, suasana terasa sunyi dan dingin. Obor-obor di dinding batu menyala redup, memantulkan bayangan panjang di lantai.

Elena berdiri tenang bersama Caspian dan

Rando, sementara Lily, Satya, dan Raka tak henti-hentinya menatap pintu besi besar di hadapan mereka.

Derit besi terdengar pelan. Pintu penjara perlahan terbuka.

Beberapa prajurit keluar lebih dulu, lalu di tengah mereka tampak sosok tua dengan langkah gontai. Wajahnya pucat, pipinya cekung, pakaiannya lusuh dan penuh bekas lipatan kasar.

“Ayah!”

Teriakan itu pecah hampir bersamaan. Lily berlari paling depan, diikuti Satya dan Raka.

Mereka tak peduli lagi pada siapa pun di sekitar. Begitu Tuan Mahardika melangkah keluar, tubuh renta itu langsung dipeluk oleh ketiga anaknya. “Ayah … ayah masih hidup .…” suara Lily bergetar, air matanya mengalir tanpa bisa ditahan.

Tuan Mahardika terkejut sejenak, lalu tangannya yang kurus bergetar saat membalas pelukan mereka. “Lily … Satya … Raka …” suaran
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Balas Dendam Putri Yang Terbuang    Bab. 145

    Keesokan paginya, suasana di kediaman keluarga Mahardika terasa jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya. Tidak ada lagi penjagaan ketat, tidak ada wajah-wajah muram penuh ketakutan. Udara pagi terasa ringan, seolah beban besar akhirnya terangkat.Kereta yang membawa Elena berhenti di depan gerbang utama. Cani turun lebih dulu, lalu Elena menyusul.Begitu melihat Elena, Lily langsung berlari mendekat tanpa ragu. Ia memeluk Elena erat, suaranya bergetar menahan emosi.“Terima kasih, Elena,” ucap Lily lirih. “Kalau bukan karena kamu … nama baik keluarga kami tidak akan kembali.”Elena tersenyum tipis sambil menepuk punggung Lily. “Aku hanya membantu temanku. Tidak lebih.”Lily melepaskan pelukan itu, lalu mendecak pelan sambil tersenyum lebar. “Beruntung sekali aku memilih teman sepertimu.” Ia menatap Elena penuh arti.“Ternyata kamu benar-benar tidak sejahat rumor yang beredar ya.”Elena terkekeh kecil. “Rumor memang sering kali lebih kejam dari kenyataan.”Lily ikut tertawa. Suasana di

  • Terlahir Kembali: Balas Dendam Putri Yang Terbuang    Bab. 144

    Namun keterkejutan mereka hanya sesaat.Arvina segera memasang senyum, mendekat ke jeruji. “Kanaya, akhirnya kau datang. Kami menunggumu sangat lama.”Jasmine ikut menimpali, suaranya dibuat selembut mungkin. “Kami benar-benar ketakutan. Kau tahu sendiri keadaan kami sekarang.”Kanaya menyilangkan tangan di balik jubahnya. “Langsung saja. Apa yang kalian inginkan?”Nada suaranya tetap datar, tanpa simpati.Arvina sempat terdiam sejenak, tapi kemudian menepis perasaan ganjil itu.“Kami ini temanmu, Kanaya,” katanya lirih. “Kami selalu membelamu. Selalu berada di pihakmu saat orang-orang meragukanmu.”Jasmine mengangguk cepat. “Kau ingat, kan? Kami yang selalu mendukungmu.”Kanaya menatap mereka bergantian, matanya menyipit tipis. “Lalu?”Arvina menelan ludah, lalu berkata dengan nada memohon.“Kau sebentar lagi akan menjadi Putri Mahkota. Posisimu sekarang sangat tinggi.” Ia mendekatkan wajahnya ke jeruji. “Kau bisa membujuk Kaisar. Tolong katakan agar kami tidak diasingkan ke desa sun

  • Terlahir Kembali: Balas Dendam Putri Yang Terbuang    Bab. 143

    Saat pengumuman pertunangan itu menggema di hadapan seluruh rakyat, Putra Mahkota Daniel berdiri di sisi Kaisar Noah. Wajahnya tetap tenang, seolah tak terusik sedikit pun oleh sorak sorai di sekelilingnya.Namun di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang terasa ganjil.Tangannya perlahan mengepal di balik lengan jubahnya. Dadanya terasa berat, dan entah mengapa, tidak ada rasa bahagia yang seharusnya ia rasakan.'Aku seharusnya senang,' batinnya singkat. 'Tapi kenapa rasanya seperti ini?'Tatapan pria itu lalu tertuju pada Elena yang terlihat tenang. Tangan Putra Mahkota Daniel mengepal kuat. 'Kenapa dia setenang itu? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi Elena?'Daniel memilih diam. Ia tidak mengatakan apa pun, tidak menunjukkan penolakan, hanya menelan perasaan yang semakin mengganjal di hatinya.*Sore harinya, jauh di bawah tanah istana, suasana penjara bawah tanah terasa dingin dan lembap. Cahaya obor menerangi lorong-lorong sempit dengan bayangan yang bergoyang di dinding batu.D

  • Terlahir Kembali: Balas Dendam Putri Yang Terbuang    Bab. 142

    Keempat pejabat itu akhirnya diseret ke depan panggung eksekusi. Rantai besi di tangan dan kaki mereka beradu keras dengan lantai batu, suaranya menggema di tengah alun-alun yang penuh sesak.Rakyat yang sejak pagi menggenggam telur busuk dan tomat busuk awalnya bersiap melemparkan semuanya kepada Tuan Mahardika. Namun kini, sasaran mereka berubah.“Lempar!”“Pengkhianat busuk!”“Mereka yang pantas menerima ini!”Satu per satu telur busuk melayang di udara, pecah di wajah dan pakaian Tuan Kalingga, Bao Lin, Rano Kusuma, dan Menteri Danis. Tomat busuk menghantam dada dan kepala mereka, menyisakan bau menyengat dan noda merah yang menjijikkan.“Kalian memfitnah orang tak bersalah!”“Ini balasan dari langit!”Tak satu pun dari mereka melawan. Sejak elemen kekuatan mereka dicabut, tubuh mereka tak lebih dari manusia biasa. Wajah-wajah itu terlihat kosong, putus asa, dan pasrah.Di tengah hujan makian dan lemparan, tatapan keempatnya perlahan terarah pada satu titik yang sama. Orang yang s

  • Terlahir Kembali: Balas Dendam Putri Yang Terbuang    Bab. 141 Eksekusi

    Keesokan paginya, bunyi gong menggema lantang di alun-alun Kekaisaran Solaria. Suaranya berat dan berulang, memecah udara pagi yang dingin. Satu demi satu rakyat berdatangan. Bangsawan, pejabat, hingga rakyat biasa memenuhi tempat eksekusi. Wajah-wajah penuh rasa ingin tahu bercampur amarah dan antusiasme.“Ini hari eksekusi Mahardika, ya?” bisik seorang rakyat.“Pantas ramai begini,” sahut yang lain. “Pejabat kotor harus dihukum.”Di barisan depan, keluarga Adipati Dirgantara juga hadir. Adipati Dirgantara berdiri tegak, diapit Rangga dan Ringga. Kanaya menggenggam tangannya sendiri dengan gelisah.“Ayah,” bisik Kanaya pelan, “kenapa rasanya suasananya aneh?”Adipati Dirgantara menatap panggung eksekusi tanpa menjawab. Alisnya sedikit berkerut.Tak lama, seorang kasim melangkah ke depan panggung. Di tangannya tergenggam gulungan dekrit bersegel emas. Ia membuka gulungan itu, lalu berseru dengan suara nyaring.“Dengan izin dan atas dekrit Kaisar Solaria,” ucapnya lantang, “hari ini

  • Terlahir Kembali: Balas Dendam Putri Yang Terbuang    Bab. 140

    Di depan pintu penjara bawah Kekaisaran, suasana terasa sunyi dan dingin. Obor-obor di dinding batu menyala redup, memantulkan bayangan panjang di lantai. Elena berdiri tenang bersama Caspian dan Rando, sementara Lily, Satya, dan Raka tak henti-hentinya menatap pintu besi besar di hadapan mereka.Derit besi terdengar pelan. Pintu penjara perlahan terbuka.Beberapa prajurit keluar lebih dulu, lalu di tengah mereka tampak sosok tua dengan langkah gontai. Wajahnya pucat, pipinya cekung, pakaiannya lusuh dan penuh bekas lipatan kasar.“Ayah!”Teriakan itu pecah hampir bersamaan. Lily berlari paling depan, diikuti Satya dan Raka. Mereka tak peduli lagi pada siapa pun di sekitar. Begitu Tuan Mahardika melangkah keluar, tubuh renta itu langsung dipeluk oleh ketiga anaknya. “Ayah … ayah masih hidup .…” suara Lily bergetar, air matanya mengalir tanpa bisa ditahan.Tuan Mahardika terkejut sejenak, lalu tangannya yang kurus bergetar saat membalas pelukan mereka. “Lily … Satya … Raka …” suaran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status