Share

8. Benda Keras apa ini??

Author: J.A
last update Huling Na-update: 2025-10-24 11:11:19

"Ke-kenapa punyanya besar sekali?" Beberapa kali Dahayu mengerjapkan mata.

Ia melihat dengan jelas "Pasar Darat" ( pajang besar dan berurat) yang sedang di pijat dengan cukup kasar oleh pria itu sendiri.

Dahayu duduk di sisi ranjang, kedua lututnya dirapatkan, tangan menggenggam ujung seprai yang berkerut. Matanya menatap kosong ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat.

Apa yang baru saja terjadi?

Ada pria asing di kamarnya. Dan kini... pria itu sedang menggunakan kamar mandinya seolah ia pemilik tempat ini.

Wanita itu kembali menelan ludah. Dan berpikir, kenapa dia bisa datang kesini? Dan... siapa yang sudah memberinya obat? "Apa mungkin ini semua sudah di atur oleh...???" ia lalu menggeleng cepat. "Tidak mungkin," ucapnya lagi mengusir apa yang di dalam pikirannya.

Dahayu lalu meraih ponsel di meja nakas, jarinya gemetar saat ingin menekan angka darurat. Namun seketika jarinya berhenti di udara.

'Kalau dia memang pria jahat, bukankah dari tadi dia sudah menyerangku?' pikirnya ragu.

Dahayu menatap bayangan dirinya di cermin.

“Apa aku sudah tidak menarik lagi?” gumamnya sambil menatap tubuhnya sendiri.

Ia lalu menggeleng keras. “Tidak mungkin. Tubuhku masih kencang… kulitku masih halus, dan payudaraku masih indah.”

Belum sempat ia menenangkan diri, suara klik terdengar dari kamar mandi. Pintu terbuka perlahan. Bhumi keluar — hanya mengenakan celana panjang, dada telanjangnya masih basah.

Dahayu tersentak.

Bhumi juga tampak salah tingkah. Pandangannya sempat melirik tubuh Dahayu sekilas, lalu buru-buru menunduk.

"Perkenalkan, namaku Bhumi. A-aku ingin minta maaf atas kejadian ini," ucapnya terbata.

"Dahayu Nisha. Panggil saja Dahayu. Jadi...?“

[ Angka ketertarikan naik 55%.

Hadiah: Rp5.000.000,00 sudah di transfer ke rekening!]

Melihat itu Bhumi ternganga dengan kening berkerut menatap Dahayu yang masih tajam memandanginya.

'Aneh.. Bukankah dia marah? Kenapa angka ketertarikannya tinggi?'

"Ehm!" Dahayu berdeham kasar membuat Bhumi terperanjat. Membuyarkan lamunannya.

"Mungkin terdengar tidak masuk akal, tapi sungguh aku tak sengaja---"

“Masuk ke kamar orang lain?” potong Dahayu cepat.

Bhumi tak menjawab. Matanya menerawang, seolah sedang berpikir keras. Dalam benaknya, satu hal yang terus berputar, 'Bagaimana caranya ia tak mengusirku. Aku yakin Reno dan penjilatnya masih menungguku di luar.'

Namun sebelum sempat ia mencari alasan yang masuk akal, suara ketukan keras menggema dari arah pintu kamar.

Tok!

Tok!

Tok!

Dahayu tersentak, kaget begitu juga dengan Bhumi.

Dari balik pintu terdengar suara seorang pria, berat yang terdengar cemas.

“Hallo? Maaf, apa ada orang di dalam? Saya kehilangan teman. Mungkin dia salah masuk kamar?”

Bhumi langsung membelalak.

'Itu Danu! Sial, bagaimana ini?!"

Wajahnya seketika memucat, matanya mencari jalan keluar, tapi tak ada tempat untuk bersembunyi. Tanpa pikir panjang, ia melompat ke atas ranjang dan menarik Dahayu hingga wanita itu hampir terjatuh.

“Eh—apa yang kau lakukan!” seru wanita itu panik.

“Tolong aku… sekali lagi,” ucap Bhumi cepat.

Belum sempat Dahayu bertanya, Bhumi sudah merebahkan diri tengkurap, hanya memperlihatkan punggungnya yang lebar. Lengan kirinya melingkari pada paha wanita itu. Seolah mereka pasangan yang baru saja sedang tidur bersama.

“Bhumi!” bisik Dahayu dengan napas tersengal. “Lepas! Jangan kurang ajar kau...”

“Diam! Biarkan dia masuk,” potong Bhumi lirih tanpa menatapnya. “Tolong, kau ingin aku di perkosa oleh banci suruhan mereka?!.”

Mendengar penjelasan Bhumi, Dahayu tak tahu harus merasa apa. Marah, takut, atau justru bingung oleh kehangatan tubuh pria itu yang kini menempel di kulit pahanya. Suara ketukan di luar makin keras.

“Permisi! Saya benar-benar tidak bermaksud mengganggu, tapi teman saya hilang sejak tadi!”

Bhumi menahan napas. Ia hanya bisa berharap wanita itu bisa membantunya sekali lagi.

Wanita itu memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan detak jantungnya yang kacau. Lalu berteriak lantang, "Masuk saja.."

Tak butuh waktu lama Danu masuk bahkan bersama dengan Alya. "Ah maaf- maaf. Apa ada orang asing yang diam-diam masuk ke kamar ini?" tanya Alya panik dan canggung.

"Kau buta? Lihat aku sedang bercinta dengan pacarku sendiri. Mana mungkin aku biarkan orang lain masuk!" sentak Dahayu sinis.

Danu dan Alya saling pandang. Mata mereka menyapu kamar, lalu berhenti di arah ranjang.

“Oh… maaf, saya kira—”

“Tidak apa-apa,” potong Dahayu cepat. “Tidak ada siapa-siapa di sini selain kami.”

Pria itu tersenyum kikuk, lalu mengangguk. “Kalau begitu, maaf sudah mengganggu.”

Begitu pintu tertutup, Dahayu menoleh tajam ke samping, "Aman, mereka sudah pergi."

Bhumi langsung terlentang dengan bernafas lega. Mendongak menatap wanita yang duduk di sampingnya. Namun tanpa sengaja ke dua matanya melirik ke arah payudara wanita itu yang terlihat lebih besar dari bawah. "Ah.. Maaf. Aku---"

Bhumi nyaris bangkit dari ranjang ketika tangan Dahayu menahan lengannya kuat-kuat. Tarikannya membuat tubuh pria itu kembali terhempas ke kasur, dan sebelum sempat bereaksi, Dahayu sudah duduk di atas pangkuannya.

“Kau sudah berani masuk ke kamarku, meminta aku bersandiwara, dan sekarang kau ingin pergi begitu saja? Lancang sekali!”

Bhumi terdiam. Kedua tangannya terangkat canggung, seolah tak tahu harus menyentuh bagian mana dari tubuh wanita itu. Dress mini Dahayu menempel di pahanya, membuat napasnya tertahan.

“Non–nona Dahayu, kita bicarakan baik-baik, oke?” katanya gugup.

Dahayu menatap sinis, tapi tidak bergeser sedikit pun. “Kau mau bicara? Silakan. Aku akan mendengarkan.”

“Bisakah kau turun dulu? Apa kita akan mengobrol dengan posisi seperti ini?”

Dahayu menyilangkan tangan di depan dada. “Aku tak masalah.”

Bhumi menarik napas panjang, lalu mulai menjelaskan — tentang Danu yang memberinya obat, tentang jebakan Reno, tentang dua waria di kamar sebelumnya yang di minta untuk memperko-sanya. dan bagaimana ia akhirnya melarikan diri hingga masuk ke kamar ini.

“Kalau tak percaya, ikut aku ke kamarku. Mereka pasti masih di sana,” katanya lirih, berusaha bangkit setengah duduk.

Namun gerakannya justru membuat wajah mereka semakin dekat. Napas keduanya beradu, jarak di antara mereka menipis.

“Sialan…” Bhumi bergumam pelan, merasakan tubuhnya kembali bereaksi oleh efek obat.

Dahayu mengerjap pelan, lalu menyipitkan mata. “Hei, benda keras apa yang ada di bawahku?” tanyanya dengan mendekat dan membuat puncak hidung mereka hampir bersentuhan satu sama lain.

Bhumi menelan ludah, tak tahu harus menjawab apa.

“Percayalah, itu bukan… yang kau pikirkan,” bisiknya lirih.

"Lalu apa ini???" wanita itu mengangkat tangan dan meraba dada Bhumi semakin turun.

Pria itu dengan panik mencekal pergelangan tangannya. "Stop. Kau mau apa?"

Dengan gerakan kasar dan cepat Bhumi menjatuhkan tubuh Dahayu ke samping. Lalu kabur dari ranjang itu secepat kilat.

"Jangan lecehkan aku, kau-kau tahu, aku masih perjaka!" geram Bhumi dengan gugup menunjuk wanita yang menatapnya dengan ekspresi aneh.

Saat Dahayu ingin menjawab, tiba-tiba ponselnya berdering. Obrolan singkat terdengar dan Bhumi hanya diam memperhatikan dari jarak cukup jauh.

"Oh oke. Aku ke sana sekarang juga."

Kata Dahayu setelah panggilan itu terputus.

Ia lalu menatap Bhumi dengan datar. "Aku harus pergi menemui pengacaraku. Mantan suamiku yang brengsek itu meminta harta yang bahkan tak ada hak gono - gini di dalamnya." Ia berkata dengan santai, namun terlihat jelas kekecewaan dan amarah di matanya.

Bip.

[ Misi Baru Terditeksi: Selamatkan Dahayu dari kecelakaan mobil yang di atur oleh mantan suaminya.

Hadiah : Rp50.000.000,00! ]

Membaca misi itu, Bhumi langsung berjalan mendekat.

"Aku ikut!"

"Haaa...???"

****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   9. Mempermalukan Reno.

    Dahayu menatap curiga, matanya menyipit.“Hah, untuk apa kau ikut?” tanyanya dengan nada setengah ketus.Bhumi menggaruk tengkuknya yang jelas-jelas tidak gatal, mencoba mencari alasan masuk akal agar tak terlihat mencurigakan.“Bukan ikut, ah. Aku cuma mau numpang sampai tengah jalan. Semalam juga aku ke hotel ini menumpang orang.”Dahayu melirik jam di ponselnya, waktu sudah menipis. Ia mengembus napas panjang,“Ya sudah...”Begitu mereka keluar dari kamar, langkah mereka berdua terhenti. Di ujung lorong, hanya berjarak tiga pintu, tampak sekelompok orang berkerumun di depan salah satu kamar. Suara gaduh tawa dan teriakan bercampur jadi satu.“Ayo, kita lihat dulu ke sana.” Bhumi menunjuk arah keramaian itu.“Untuk apa?” Dahayu menolak tanpa ragu.“Aku nggak punya banyak waktu lagi, Bhumi.”“Sebentar aja. Bukankah kau ingin tahu apakah ucapanku benar? di kamar itu aku di jebak."Belum sempat Dahayu menjawab, Bhumi sudah lebih dulu menarik tangannya.“Bumi! Eh—”Di depan pintu kamar,

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   8. Benda Keras apa ini??

    "Ke-kenapa punyanya besar sekali?" Beberapa kali Dahayu mengerjapkan mata. Ia melihat dengan jelas "Pasar Darat" ( pajang besar dan berurat) yang sedang di pijat dengan cukup kasar oleh pria itu sendiri. Dahayu duduk di sisi ranjang, kedua lututnya dirapatkan, tangan menggenggam ujung seprai yang berkerut. Matanya menatap kosong ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Apa yang baru saja terjadi? Ada pria asing di kamarnya. Dan kini... pria itu sedang menggunakan kamar mandinya seolah ia pemilik tempat ini. Wanita itu kembali menelan ludah. Dan berpikir, kenapa dia bisa datang kesini? Dan... siapa yang sudah memberinya obat? "Apa mungkin ini semua sudah di atur oleh...???" ia lalu menggeleng cepat. "Tidak mungkin," ucapnya lagi mengusir apa yang di dalam pikirannya. Dahayu lalu meraih ponsel di meja nakas, jarinya gemetar saat ingin menekan angka darurat. Namun seketika jarinya berhenti di udara. 'Kalau dia memang pria jahat, bukankah dari tadi dia sudah menyerangku

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   7. Dahayu - Janda Cantik!

    Bhumi menoleh, kaget. Seorang wanita cantik berdiri di sana, dengan rambutnya yang basah menempel di bahu. Sehelai handuk putih melilit tubuhnya erat-erat.[Nama: Dahayu NishaUmur: 35 TahunStatus: Desainer, JandaUkuran: 38 D]'Ya Tuhan .... Kenapa harus bertemu yang besar-besar di saat seperti ini?' pria itu menggerutu dalam hati.Wanita itu masih berdiri di sana dengan menyipitkan mata melihat Bhumi yang tampak salah tingkah. Dengan tangan yang putih mulus mencengkeram erat ujung handuk di dada."Ma-maaf aku, aku salah kamar," Bhumi berkata dengan tubuh yang sempoyongan hampir roboh."Pria mesum! Keluar sekarang juga!"Bhumi mendekat selangkah, tangannya terangkat setengah seperti hendak menenangkannya. Jangan sampai komplotan Reno tahu jika ia sedang bersembunyi di kamar itu, "Tunggu, aku bisa jelaskan—""Jangan mendekat!" teriak wanita itu lagi, suaranya melengking tinggi sedikit gemetar. Kedua tangannya yang mendadak terjulur ke depan, "Berhenti di sana, atau aku akan telepon p

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   6. Salah Masuk Kamar.

    Ke dua matanya, yang tadi masih menyisir kerumunan, kini terpaku pada seseorang yang sudah berdiri di hadapan mereka berdua, "Kak? Kau ada di sini?" sapa pria itu, tatapannya hangat ketika menatap Selina.'Dunia memang sempit sekali ya? Ternyata Reno, adik sepupu Selina... Haah!' gerutu Bhumi dalam hati, ia mencoba tetap tenang ketika melihat Reno, dan Alya. Mantan kekasih dan selingkuhannya itu.Alya, dengan mata yang tajam, menyenggol lengan Reno dan menunjuk Bhumi dengan lirikan mata, sinis. Reno yang menyadari keberadaan Bhumi segera melepaskan tangan Alya dan mendekat satu langkah lagi, wajahnya menyeringai sinis. "Ck...ck...ck... Berani juga kau datang ke acara reuni ini ya?" ujarnya, mengusap dagu dengan pelan."Kalian saling kenal?" tanya Selina, melihat adik keponakannya itu menyapa Bhumi. Ia lalu menatap Reno dan Bhumi bergantian, bingung. "Yah... kami satu angkatan," jawab Bhumi singkat. Tangannya masuk ke dalam saku celana, ekspresi cukup santai."Kak, kau tak tahu? Dia i

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   5. Dunia Begitu Sempit!

    Malam itu, dengan jantung berdebar, Bhumi sudah tiba di alamat yang tertera di grup teman sekolah.Pria itu masuk dengan menunduk merapikan kemeja yang baru saja ia beli setengah jam yang lalu. Membuatnya tak sangaja menabrak seseorang yang baru saja keluar dari lift.“Eh, maaf—”Ia segera mendongak dan matanya membulat sempurna. “Selina?” bisik Bhumi tak percaya.Wanita itu, anggun dalam balutan gaun krem yang elegan, menatapnya dengan ekspresi kaget yang sama sebelum bibirnya melengkung membentuk senyum kecil yang manis.“Bhumi? Astaga, kau ngapain di sini?” “Reuni kampus,” jawab Bhumi santai, “Kau sendiri?”Selina terkekeh pelan, lalu menganggukan kepalanya. “Aku ada janji pertemuan. Seseorang ingin menjual barang koleksi antik dan aku tertarik untuk menjadikannya sebagai hadiah ulang tahun kakekku.”Ucapan itu baru saja meluncur dari bibirnya yang merah saat Bhumi merasakan sensasi aneh yang familiar di dada. Getaran halus dari kalung giok naga di lehernya membuat pria itu seketi

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   4. Wanita dengan Ukuran Dada 38B.

    Bhumi terpaku. Matanya menatap pria berkacamata bulat besar yang berdiri di hadapannya. Informasi yang diberikan oleh mata rubahnya membuat Bhumi menelan ludah dengan susah payah.[Nama: Widodo.Pekerjaan: Kolektor.Umur: 55 Tahun.Status: Penipu, mantan narapidana.]'Oh... tukang kibul ternyata,' batin pria itu sambil menggeleng pelan. Widodo, pria berperut buncit dengan cincin batu akik berwarna merah tua melingkar di jempolnya, perlahan melangkah semakin dekat. Ia tersenyum dan sesekali membenarkan kacamatanya yang melorot."Bagaimana, anak muda?" ucapnya pelan namun masih terdengar jelas di tengah hiruk pikuk pasar. "Kau lepaskan barang itu padaku. Seratus juta… sekarang juga."Suasana pasar seketika pecah oleh bisik-bisik terkejut dan tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Widodo tersenyum bangga meskipun Bhumi sama sekali tak memberikan reaksi apa pun. Beberapa pedagang yang tadi mencibir Bhumi kini mulai berbisik-bisik, mata mereka menyorot penuh minat ke arah mangkuk kecil

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status