Share

2. Keluarga Dalam Pelarian

Entah mengapa, kota mati yang biasanya dipenuhi oleh zombie itu tampak benar-benar seperti kota mati yang sepi belakangan ini. Di sepanjang jalan saja, wanita itu tidak bisa menjumpai zombie yang biasanya berkeliling di sekitar jalanan atau rumah-rumah. Tampaknya relawan lain juga mulai menggosipkan hal yang sama belakangan ini. Beberapa mulai berasumsi bahwa zombie akhirnya habis di bawah perjuangan gigih manusia. Akan tetapi, wanita itu yakin bukan itu alasan utama zombie-zombie itu menghilang kini. Jumlah mereka banyak dan rasanya tidak mungkin jika mereka menghilang begitu saja sekarang. Perasaan wanita itu sedikit tidak enak, saat dia mulai menyusuri mall sepi itu dengan sangat hati-hati.

Tujuan utamanya merupakan supermarket yang terletak di lantai satu mall tersebut. Wanita itu mengambil apa pun yang masih bisa digunakan dan dimakan dari dalam sana. Perasaannya semakin buruk saat dia lagi-lagi tidak bisa menemukan satu pun zombie di tempat yang biasanya menjadi sarang dari zombie-zombie tersebut. Gerakannya untuk mengumpulkan semua yang dia butuhkan juag berubah semakin cepat, saat wanita itu dengan gesit mulai berjalan keluar mall tersebut dengan senjata yang terus berjaga di tangannya.

Pikirannya tumbuh semakin paranoid saat dia lagi-lagi tidak melihat satu pun zombie di bagian luar mall tersebut. Wanita itu baru selesai memasukan semua barang jarahannya ke dalam mobil, saat dia mendengar suara mobil lain yang dengan cepat terdengar semakin mendekatinya.

Wanita itu tidak memiliki waktu untuk pergi dengan damai saat mobil sedan asing tiba-tiba berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri. Senjata wanita itu segera berada dalam posisi siap ketika dia mengarahkannya pada siapa pun yang akan keluar dari mobil asing itu nanti. Wanita itu takut orang yang baru saja datang merupakan kelompok perampok, yang senang mengambil paksa barang-barang yang dengan susah payah telah dikumpulkan oleh para relawan.

"Tolong jangan tembak kami! Kami, kami hanya ingin mencari obat untuk putri kami!"

Namun ketika dia mendengar suara putus asa seorang pria yang mengangkat keduanya tangannya begitu dia keluar dari mobil, alis wanita itu segera berkerut ketika dia masih belum bisa memastikan pria itu mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Wanita itu telah menemui berbagai macam tipu muslihat selama ini. Tipuan kecil seperti itu tidak akan berhasil, untuk wanita yang selalu waspada seperti dia.

"Dia... Dia mengatakan yang sebenarnya. Tolong Nona. Anak kami demam tinggi dan kami tidak memiliki makanan atau stok obat lagi. Kami hanya ingin mencari makanan dan obat di mall itu. Kami tidak akan menganggumu. Aku bersumpah atas nyawaku sendiri..."

Dari pintu belakang, keluar seorang wanita dengan seorang gadis kecil di dalam gendongannya. Gadis tersebut tampak berada dalam kondisi yang buruk dengan wajah memerah dan mata yang terpejam erat. Nafasnya juga tersegal-segal, seakan setiap hembusan nafasnya bisa saja menjadi hembusan nafas terakhirnya saat ini.

Gadis itu tiba-tiba saja mengingatkan wanita itu pada adiknya sendiri yang telah meninggal karena hal sama yang menimpanya. Adiknya merupakan anak yang selalu sakit-sakitan. Kerusuhan yang terjadi di mana-mana membuat wanita itu kesulitan mendapatkan obat tepat waktu saat itu. Pada akhirnya sang adik meninggal dalam dekapannya. Wanita itu yang menguburkannya sendiri, dan menangisinya sendiri setelah orang tuanya mereka berubah menjadi zombie di awal masa kerusuhan.

Hati wanita itu tanpa sadar menurunkan sedikit kewaspadaannya saat dia dengan cepat menghampiri wanita yang tengah menggendong anaknya tersebut. Wajahnya sedikit berubah saat dia menyentuh dahi gadis kecil itu yang terasa sangat panas di tangannya. Matanya menatap orang tua dari gadis itu denagn seksama, dan kembali lagi ke sosok gadis itu. Mereka sepertinya tidak berbohong. Karena mata keduanya tidak memiliki maksud jahat apa pun ketika dia menatapnya dengan seksama.

"Apa dia tergigit?" tanya wanita itu singkat. Sang ibu segera menggeleng. "Saat itu kami harus kabur dari kejaran zombie di tengah hujan lebat. Dia baru saja demam setelah itu," ujarnya buru-buru menjelaskan. Wanita itu tanpa permisi segera mengecek keadaan gadis itu beserta ibunya juga. Tidak ada tanda-tanda digigit. Keduanya aman untuk saat ini.

"Uh... Kami-"

"Kau, mendekat," titah wanita itu memotong pembicaraan sang ibu tadi. Ayah dari anak itu buru-buru mendekat, hanya untuk mendapatkan pemeriksaan yang sama seperti yang dijalani istri dan anaknya tadi.

"Kalian aman. Kalian akan pergi ke mana setelah ini? Senjata apa yang kalian miliki saat ini?"

Walaupun pasangan suami istri itu tidak mengerti apa maksud dari pertanyaan wanita itu sebenarnya, sang suami tetap berusaha tenang saat dia menjelaskan semuanya dengan sangat rinci.

"Kami... Kami mendengar bahwa kota ini telah bebas dari zombie untuk beberapa waktu dan mereka juga memiliki zona aman di tempat ini. Zona aman daerah asal kami sudah hancur oleh zombie... Kami tidak memiliki tempat untuk pergi lagi. Bahan bakar kami hampir habis dan kami tidak tahu harus kemana lagi. Zona aman yang terletak tidak jauh dari kota ini, akan menjadi satu-satunya harapan kami saat ini."

Pria itu juga menunjukan kapaknya pada wanita itu, agar wanita itu tidak lagi curiga terhadap mereka.

"Ini senjataku. Aku bersumpah, hanya senjata ini yang kami miliki saat ini."

Wanita itu menatap kapak berdarah itu dengan sikap apatis. Membawa itu saja tidak cukup untuk melindungi satu keluarga di situasi biasa. Wanita itu menghela nafas panjang, saat dia akhirnya membuat keputusan yang teramat berani dan tidak biasa untuk orang sepertinya.

"Mobil kalian tidak aman, apalagi senjata kalian. Kalian hanya akan mati sebelum kalian bisa membawakan obat untuk anak kalian dalam situasi saat ini. Pindahkan semua barang kalian ke mobilku. Di sana aman dan aku akan mengantar kalian ke zona aman setelah aku dan pria ini berhasil mengumpulkan obat untuk putrimu nanti."

Wanita itu bicara sambil menepuk bahu satu-satunya pria di antara mereka. Wanita itu terdiam sebentar, sebelum dia menambahkan ucapannya dengan nada yang sangat serius.

"Dan aku percaya zombie-zombie itu masih berkeliaran di kota ini. Mereka mungkin bersembunyi, tidur, atau melakukan apa pun yang tidak kita ketahui saat ini. Tapi aku bisa berjanji bahwa zona aman itu memang benar-benar ada. Aku berasal dari sana, dan datang ke tempat ini untuk mencari sumber daya saat ini."

Awalnya, sang ibu menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. Dia melirik suaminya untuk persetujuan, sebelum keduanya memutuskan untuk percaya pada wanita itu karena mereka sendiri tidak memiliki pilihan lain juga.

"Kamu ingin membantu kami?" tanya pria itu dengan heran. Di dunia yang kacau ini, rasanya hampir tidak mungkin seseorang bersedia membantu orang lain tanpa imbalan apa pun. Namun wanita itu malah menatap gadis kecil itu lama, sebelum menjawab pertanyaan itu dengan suara pelan.

"Aku hanya ingin membayar kesalahan yang pernah aku lakukan di masa lalu," ujarnya dengan berat. Pria itu terdiam sebelum membuang nafas panjang. Mungkin saja, di dunia ini masih ada orang-orang yang baik seperti wanita itu.

"Baiklah. Kami sangat menghargai bantuanmu, Nona..."

"Maya. Kamu bisa memanggilku Maya," ujar wanita itu cepat. Dia ikut membantu saat keluarga itu mulai memindahkan barang-barang mereka dari mobil mereka sendiri. Maya memang benar. Berpergian dengan mobil sedan yang rapuh memang terlalu berbahaya bagi mereka. Bertemunya mereka dengan Maya, seperti keajaiban di tengah keputusasaan ini.

"Aku Ben, ini istriku Elen dan anakku Laura. Kami senang bisa bertemu denganmu, Nona Maya," ujar pria itu sopan. Mereka telah selesai memindahkan barang-barang yang keluarga itu bawa setelah berkenalan. Maya lagi-lagi menyiapkan senjatanya, saat dia memastikan ibu dan anak itu aman terlebih dahulu sebelum dia mengajak pria itu untuk masuk lagi ke dalam mall besar itu.

"Kita bisa saling mengenal nanti. Sekarang kita harus segera pergi. Perasaanku sudah tidak enak sejak aku memasuki kota pada hari ini," ujar Maya memberi tahu. Ben mengangguk mendengar ucapan Maya. Pria itu juga ikut bersikap waspada, saat keduanya kembali masuk ke dalam mall besar yang sepi itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status