Share

3. Menyelamatkan Seluruh Keluarga

Maya menyusuri mall itu dengan sangat hati-hati. "Apotiknya mungkin ada di lantai dua," ujarnya setelah mereka tidak juga menemukan obat apa pun di lantai satu. Perlahan, mata pria itu menatap ragu lantai dua yang sedikit gelap tidak seperti lantai satu yang hampir segala sisinya disinari oleh matahari. Sama seperti Maya, perasaan Ben juga mulai tidak enak saat dia melihat lantai dua yang terlihat mencurigakan itu. Akan tetapi, Ben tahu anak dan istrinya tengah menunggu obat yang akan mereka bawakan saat ini. Mereka harus cepat, sebelum hal buruk benar-benar mendatangi mereka nanti.

"Baiklah. Ayo pergi," ujar Ben sambil berusaha memberanikan dirinya sendiri. Lagipula, mereka tidak juga menjumpai zombie apa pun sampai saat ini. Kepercayaan dirinya meningkat, saat keduanya mulai menaiki eskalator yang sudah mati untuk pergi ke lantai dua.

Beruntung bagi mereka, toko apotik berada tidak jauh dari eskalator dan masih memiliki sedikit cahaya dari lampu yang kadang kala berkedip menakutkan. Pria tersebut dengan semangat segera memasuki toko tersebut. Dia berhasil mencari obat yang dia butuhkan setelah pria itu mencari ke segala tempat.

"Maya, aku menemukannya! Ya Tuhan, aku benar-benar bersyukur pada-Mu hari ini......"

Dengan semangat, pria itu segera mengambil obat itu untuk dia masukan ke dalam tasnya sendiri. "Ambil yang lain. Obat adalah barang langka di zona aman nanti. Mereka akan berguna untukmu," ujar Maya memberi tahu. Entah mengapa, perasaan wanita itu semakin buruk begitu mereka tiba di lantai dua. Maya memiliki perasaan bahwa seseorang tengah mengawasi mereka dari daerah yang benar-benar gelap gulita. Senapannya selalu siap sedia, ketika dia menunggu Ben berhasil mengambil semua yang masih tersisa di apotik tersebut.

Karena tasnya sendiri telah kembali penuh dengan berbagai barang yang berhasil diamankan nya dari lantai satu, Maya memilih untuk diam di luar dan mengawasi daerah sekitarnya ketika Ben sibuk mengambil obat-obatan yang masih tersisa di sana. Alisnya dari waktu ke waktu akan berkerut, ketika Ben malah berada dalam suasana hati yang baik saat ini.

"Tidak ada zombie, dan kita berhasil menemukan banyak sumber daya kali ini. Maya, mungkinkah Tuhan akhirnya merasa sedikit iba pada manusia seperti kita?"

"... Aku tidak tahu," jawab Maya saat matanya berusaha mencari apa yang sebenarnya bersembunyi di dalam kegelapan. Maya samar-samar hampir saja melihat sepasang mata, saat Ben yang lengah keluar dari apotik dengan gerakan yang sangat santai.

"Aku sudah selesai. Apa yang sebenarnya tengah kamu lihat, Maya?"

"AWAS!"

Maya relfleks mendorong Ben pergi ketika tumpukan zombie yang bersembunyi dalam kegelapan hampir saja menyeret pria itu masuk ke dalam kegelapan. Suara raungan zombie yang menyeramkan akhirnya terdengar begitu dekat di telinga wanita itu. Entah karena alasan apa, para zombie itu terlihat seperti tengah berusaha bersembunyi dari cahaya pada saat ini. Mereka terus berusaha untuk menarik Maya ke dalam kegelapan. Banyak tangan berusaha menarik tubuhnya, sementara perasaan ngilu mulai terasa di sekujur badannya.

"Maya!"

"LARI DAN MENJAUH DARI TEMPAT INI, BEN!" teriak Maya. Tanpa perlu melihat, Maya sudah tahu bahwa dia telah digigit saat ini. Wanita itu tetap menolak untuk menyerah, saat Maya dengan gesit melepaskan tembakannya untuk memukul mundur lautan zombie itu sementara dia akhirnya ikut melarikan diri dari tempat itu. Seperti dugaannya, para zombie itu berhenti mengejarnya begitu dia pergi ke tempat yang disinari cahaya matahari. Wanita itu tertawa hambar, saat dengan nafas terengah-engah dia keluar dari mall yang sepi itu.

Sekarang pertanyaannya mengenai kemana para zombie pergi akhirnya terjawab sudah. Mungkin karena akhir-akhir ini mereka tidak mendapat asupan darah yang cukup, tubuh mereka mulai berubah dan mereka mulai takut pada cahaya kini. Mereka bersembunyi di tempat-tempat gelap untuk mencari mangsanya pada siang hari. Maya memang telah melihat kejadian yang sama di lab tempat mereka meneliti zombie selama ini. Namun sampai sekarang, belum ada teori pasti yang menjelaskan mengapa zombie yang mereka kurung di dalam lab bisa tiba-tiba hangus seperti dikabar oleh sinar matahari. Maya merasa hari ini dia benar-benar beruntung. Karena kemungkinan besar, dia menjadi saksi pertama bahwa zombie sudah mulai berubah saat ini.

Maya mendesis sakit saat dia melihat leher, tangan, dan kakinya telah berhasil di gigit oleh zombie kini. Melihat pantulannya sendiri di cermin, Maya tersenyum kecut saat dia melihat dirinya sendiri sudah tampak seperti zombie yang menyeramkan karena luka-luka yang dia terima saat ini. Darah yang keluar dari luka-luka itu tampak meyeramkan dari pantulan kaca yang mengelilingi mall lantai satu. Maya berjalan dengan tertatih-tatih ke arah pintu keluar. Dia hanya ingin segera membuktikan teorinya sendiri pada saat ini.

"Maya!"

Maya langsung terkejut, saat dia melihat Ben dan keluarganya masih berada di tempat Maya memarkirkan mobilnya bahkan setelah dia meminta Ben untuk pergi saja tadi. Kunci mobil telah sengaja wanita itu simpan di mobil untuk memudahkan kepergiannya. Tapi dengan harapan yang kecil, keluarga itu tetap bersedia menunggunya keluar dari mall besar itu dan bahkan berani mendekatinya walau tubuh Maya saat ini sudah dipenuhi oleh bekas gigitan zombie.

"Maya..."

Mata Ben berkaca-kaca saat dia melihat tubuh Maya penuh dengan luka gigitan saat ini. Mereka tahu bahwa rata-rata manusia akan berubah satu jam setelah mereka digigit oleh zombie. Tapi dengan banyaknya gigitan yang diterima Maya, wanita itu bisa berubah kapan saja pada saat ini. Ben akhirnya tidak berani bergerak terlalu dekat dengan wanita itu, saat Maya sendiri tidak ingin menakuti mereka dan berhenti beberapa meter dari sosok pria itu.

"Tidak apa-apa. Ini bukan salahmu. Lihatlah sisi baiknya, kita menemukan fakta baru tentang zombie saat ini. Mereka sepertinya takut pada cahaya apa pun. Aku melihat salah satu dari mereka hampir terbakar hanya karena cahaya redup dari lampu yang ada di apotik tadi. Kalian bisa menyampaikan fakta baru ini pada pemimpin di zona aman nanti. Tampaknya, kebebasan manusia bisa didapat kembali tidak lama lagi setelah ini."

Maya mendongkak untuk menatap matahari yang bersinar terang di atasnya. Kepalanya mulai terasa pening, saat dia dengan susah payah berusaha memberikan tas dan senapannya sendiri pada Ben.

"Bawa tas dan senapan ini bersamamu. Mereka seharusnya membiarkanmu masuk, jika kamu membawa supply sebanyak ini. Hanya saja, ingatlah untuk berhati-hati atau orang-orang jahat akan merampok hasil jarahanmu nanti. Uh... Andai saja aku memiliki kamera sekarang. Aku seharusnya bisa menunjukan pada mereka, bahwa kalian tidak mengada-ngada ketika kalian memberi tahu mereka fakta baru ini nanti."

Suara Maya semakin mengecil saat luka di tubuhnya berdenyut semakin nyeri. Sungguh tidak disangka, dia malah akan mati karena menyelamatkan seseorang pada saat ini. Matanya dengan lelah melirik gadis kecil yang ada di mobil saat ini. Tampaknya dia telah membaik, karena gadis itu sudah bisa membuka matanya kali ini.

"Ji, jika kamera, aku memilikinya Maya! Ka, kami mematikannya setelah zombie muncul namun seharusnya kamera itu masih memiliki baterai sampai saat ini."

Maya tertawa kecil mendengar bahwa kebetulan ini terlalu menyeramkan untuk dipercaya. "Ha, bagus sekali. Sepertinya Tuhan memang akhirnya mau memberi kita jalan keluar Ben. Apakah kamu mau membuktikan teoriku, Ben? Sebentar lagi sepertinya aku akan berubah. Di bawah matahari, mari kita lihat apakah aku akan mati atau tidak," ujar Maya dengan susah payah. Rasa sakit yang parah di dadanya membuat Maya hampir tidak bisa mengeluarkan suaranya lagi. Namun matanya yang masih memiliki kekuatan, terus menatap cerah Ben seakan tidak ada keputusasaan akan kematian yang sebentar lagi akan menimpanya kini.

Jika mereka memiliki bukti, Maya yakin orang-orang akan lebih mudah mempercayai ucapan Ben. Wanita itu dengan lemah bersandar di dinding mall, saat dia menunggu Ben menghampirinya lagi dengan sebuah kamera kini.

"Masih menyala... Kameranya masih menyala, Maya," ujar Ben memberi tahu. Maya tertawa hambar, saat dia menatap Ben dengan wajah sayu.

"Kamu mau melakukannya?" tanya Maya serius. Melihat istri dan anaknya terlebih dahulu, Ben akhirnya tetap mengangguk yakin. Maya telah menyelamatkan nyawanya tadi. Mengabulkan permintaan kecil wanita itu, tidak ada apa-apanya bagi Ben saat ini.

"Baiklah. Bersiaplah untuk masuk ke dalam mobil setelah ini. Kamu bisa merekam ku dari dalam mobil. Di sana lebih aman, aku juga tidak ingin membahayakan keluargamu setelah aku menyelamatkan nyawamu di dalam sana."

Maya sempat terdiam, sebelum dia bicara sekali lagi.

"Anakmu itu... Mengingatkanku pada adikku yang sudah meninggal di awal-awal kekacauan ini. Dia meninggal karena aku tidak sempat memberinya obat. Orang tua kami merupakan salah satu orang yang sejak awal terinfeksi langsung dari residu meteor itu. Aku hanya memiliki dia, namun aku tidak bisa menyelamatkannya pada saat itu."

Ben mendengarkan dengan seksama, saat Maya meneruskan ucapannya dengan susah payah.

"Aku tidak ingin keluargamu mengalami hal yang sama, Ben. Jaga mereka dengan baik. Kamu masih memiliki kesempatan untuk melakukannya, sementara aku tidak," ujar Maya mengakhiri ucapannya. Ada rasa sakit yang tajam dari lukanya setelah Maya selesai bicara. Wanita itu semakin kesulitan untuk bernafas, saat Maya bicara untuk yang terakhir kalinya.

"Pergilah... Aku sepertinya akan segera berubah," ujar Maya dengan nafas yang tersegal-segal. Ben dengan cepat segera mengangguk. "Terima kasih Maya, karena telah menyelamatkan kami hari ini," ujar Ben tulus sebelum pria itu berlari ke dalam mobil dan mengunci pintunya dengan rapat. Dari sela-sela besi yang melindungi mobil tersebut, Maya masih bisa melihat Ben benar-benar sudah mulai merekamnya saat ini. Wanita itu membuang nafas lega, saat perlahan tubuhnya semakin meronta karena rasa sakit yang menghujam seluruh tubuhnya.

Saat Maya berusaha keras untuk menahan erangan nya sendiri saat ini, wanita itu terus saja memikirkan apa saja yang sebenarnya sudah dia lakukan selama ini. Maya memikirkan tentang berapa tidak beruntungnya dia sampai harus digigit zombie saat ini. Atau mengapa dia, rela menyelamatkan orang asing dengan bayaran nyawanya sendiri sebelum ini.

Pikirannya mulai pecah ketika dari bekas gigitan zombie itu, keluar rasa panas yang membakar sel-sel di tubuh Maya. Wanita itu berusaha dengan keras untuk menahan jeritannya, saat rasa panas semakin menyiksa seluruh tubuhnya.

Perlahan tapi pasti, Maya juga merasakan sensasi haus yang sangat sulit untuk dia tahan. Perlahan pikirannya semakin memudar, saat Maya mencium bau yang menggiurkan dari mobil yang sebelumnya dia gunakan untuk sampai ke tempat ini.

Akalnya benar-benar hilang, saat Maya menyerang mobil tersebut dengan semua kemampuannya. Namun sebelum Maya sempat menyentuh mobil itu, saat perlahan-lahan tubuhnya terbakar seperti arang yang berubah menjadi abu. Rasa sakit menguasai seluruh tubuhnya, saat Maya perlahan mulai terurai menjadi abu di kota mati tersebut.

Bermula dari abu, dan kembali menjadi abu pula.

Hidup Maya berakhir hari itu. Namun kematiannya, akan menyelamatkan ribuan manusia yang masih hidup di masa depan.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status