Share

4. Terlahir Kembali

Rasa sakit perlahan memudar saat Maya telah kehilangan kesadarannya. Hanya perasaan hangat dan lembut menyambutnya setelah itu. Maya tidak lagi merasakan perasaan sakit saat matanya telah benar-benar terpejam. Dunia mendadak terasa begitu sunyi, sampai Maya merasa bahwa dia berada dalam jurang kehampaan di mana dia bahkan tidak bisa mendengar suara nafasnya sendiri.

Maya selalu berpikir. Bahwa ketika dia mati, mungkin dia akhirnya bisa memiliki kesempatan untuk bertemu keluarganya lagi dan mendapatkan maaf mereka setelah Maya merasa tidak bisa melindungi keluarganya sampai akhir. Maya mungkin bisa melihat adiknya lagi. Dan orang tuanya, yang terpaksa dia bunuh ketika keduanya berubah menjadi zombie dan hampir menyerang adiknya yang tengah sakit.

Maya menunggu sampai keajaiban itu datang. Namun tidak peduli seberapa lama Maya menunggu, kegelapan yang meliputinya tidak juga menghilang. Perlahan perasaan tenang berubah menjadi perasaan gelisah. Karena saat ini, Maya tidak tahu dia berada dalam kondisi mati atau masih hidup.

Tepat ketika kegelisahannya hampir mencapai puncak, samar-samar Maya mulai mendengar suara monoton menganggu yang terasa begitu dekat dengan telinganya. Alis Maya tanpa sadar berkerut. Maya tidak memiliki waktu untuk bingung atau sedih dalam perubahan situasi ini. Dia hanya bisa menunggu dengan waspada, saat tubuhnya tiba-tiba terasa disedot oleh kekuatan tidak kasat mata.

Belum selesai Maya terkejut setelah energi misterius menarik tubuhnya ke tempat lain, Maya samar-samar mulai merasa bahwa dia bisa kembali menggerakan tubuhnya lagi seakan dia tidak lagi dikendalikan oleh naluri zombienya. Wanita itu dengan cepat membuka matanya, hanya untuk melihat bahwa dia berada di ruangan bersih dengan udara segar yang berasal dari jendela besar yang terdapat di ruangan besar tersebut.

Maya tidak bodoh. Wanita itu tahu sekarang dia tengah berada di rumah sakit dari jenis peralatan yang ada di ruangan besar tersebut. Namun di ingatan terakhirnya, Maya jelas ingat bahwa perlahan tubuhnya mulai terbakar menjadi barang sebelum dia akhirnya berakhir menjadi abu. Maya juga merasakan perasaan asing saat dia menggerakan tubuhnya sendiri. Maya merupakan manusia berusia pertengahan dua puluhan. Dia tinggi dan kekar karena dia harus berjuang bertahan hidup di dunia zombie selama lebih dari lima tahun. Badannya sedikit berat karena otot yang terbentuk akibat aktivitas padatnya. Namun tubuhnya yang sekarang, terasa sangat ringan dan lemas seakan Maya telah kehilangan seluruh massa ototnya.

Bukan hanya itu, saat Maya mengangkat tangannya, dia hanya bisa melihat tangan cantik pucat yang terlihat rapuh saat dia menggerakannya. Maya hampir tidak percaya jari lentik itu merupakan bagian dari tubuhnya. Kulitnya juga berubah putih bersih, seakan kulitnya yang sawo matang bisa berubah secepat itu hanya karena dia berbaring di rumah sakit dalam waktu yang tidak bisa dia tentukan.

Maya tidak tahu apa yang terjadi saat ini. Kepalanya berdenyut sakit, saat dia berusaha memikirkan situasinya pada saat ini.

Melihat sekelilingnya, Maya takut dia telah menjadi bagian dari percobaan orang-orang yang ingin tahu telah berubah menjadi apa dia sebenarnya setelah proses pembakaran itu. Maya memang orang yang menyarankan agar Ben merekam proses pembakarannya saat itu. Namun Maya melakukannya karena dia yakin dia akan mati dalam prosesnya. Maya tidak tahu bahwa dia bisa bertahan dan malah berubah menjadi semacam boneka porselen yang rapuh seperti sekarang. Kewaspadaan wanita itu meningkat pesat, saat dia berusaha melepas selang oksigen yang membantu proses pernapasannya selama ini.

Ketika Maya mencoba beralih ke posisi duduk, lagi-lagi dia merasakan perasaan sakit yang menyengat dari kepalanya. Sekarang Maya lebih takut, bahwa seseorang telah mengganti otak zombienya dengan sesuatu yang aneh saat ini.

Maya mencoba mengabaikan rasa sakit di kepalanya saat dia melepas jarum infus yang menempel di punggung tangannya dengan cara sembarangan. Wanita itu dengan terhuyung-huyung mencoba berdiri, sebelum dia mencari senjata apa pun yang bisa dia gunakan untuk melarikan diri dari siapa pun yang menyimpannya di ruangan putih ini saat ini.

Maya tidak tahu apakah orang yang membawanya terlalu percaya diri atau malah bodoh, tapi dia dengan mudah bisa menemukan pisau buah yang tersimpan di dekat buket berisi buah-buahan yang terletak bersebelahan dengan ranjang yang Maya tempati selama ini. Melihat buah-buahan segar itu, Maya sedikit termenung karena rasanya sudah lama sekali sejak dia melihat seseorang memiliki banyak jenis buah seperti itu. Di antara buah yang ada di buket, Maya bahkan bisa melihat jenis buah yang seharusnya sudah bermutasi karena residu meteor lima tahun yang lalu. Maya percaya saat ini dia mungkin telah ditangkap oleh kelompok manusia yang sudah benar-benar maju. Gerakannya berubah semakin berhati-hati, saat dengan berat hati Maya mencoba mengabaikan godaan memakan buah dan mencoba mencari petunjuk lain dari keberadaannya saat ini.

Maya baru saja hendak menuju jendela, saat suara orang-orang terdengar berjalan mendekati ruangannya. Seluruh tubuhnya tegang saat wanita itu dengan terburu-buru berlari untuk bersembunyi di belakang satu-satunya pintu yang ada di ruangan tersebut. Sekali lagi Maya meruntuk saat kondisi tubuhnya yang sepertinya telah menyusut banyak saat ini hampir saja memperlambat gerakannya. Dia biasanya bisa berlari ratusan meter dengan sangat cepat. Tapi dengan kondisinya yang sekarang, dia begitu terseok-seok hanya untuk bersembunyi di belakang pintu ruangan asing yang dia tempati.

Maya memegang pisaunya dalam posisi siap saat dia menunggu siapa pun orang yang kemungkinan akan masuk ke dalam ruangannya. Gadis itu mengambil ancang-ancang, saat pintunya perlahan benar-benar dibuka oleh seseorang.

"Anda bisa tenang, Nyonya. Temanku ini hanya ingin melihat apakah calon istrinya saat ini benar-benar baik-baik saja atau tidak."

Maya bergerak dengan cepat saat dia melompat untuk mencengkram erat leher siapa pun yang terlihat paling lemah dari orang-orang yang baru saja berhasil masuk ke dalam ruangannya. Pisau buah yang ada di tangannya dengan gesit Maya arahkan tipis sekali dari leher pria yang menjadi targetnya saat ini. Mata Maya terlihat menyeramkan dan begitu mengancam, saat dia berteriak pada seorang wanita dan seorang pria yang dengan refleks segera memasang posisi tegang setelah seseorang dengan gesit berhasil menempatkan temannya dalam posisi berbahaya.

"Jangan bergerak atau aku akan membunuh pria ini!" teriak Maya tanpa kenal takut. Melihat Maya yang terlihat tidak tengah main-main, pria yang tidak tertangkap terlihat sedikit linglung saat dia melirik temannya yang kini tengah dijadikan sandera oleh gadis itu. Mereka jelas hanya ingin melihat kondisi terbaru dari calon tunangan temannya itu. Tapi ketika mereka baru saja masuk, mereka kini malah harus dihadapkan dengan situasi yang mengancam nyawa seseorang.

"Ya Tuhan! Nola! Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?! Turunkan pisau itu! Kita, kita bisa membicarakannya baik-baik Sayang..."

Alis Maya langsung berkerut saat nama Nola itu entah kenapa terasa akrab baginya saat ini. Kepalanya yang berdenyut sejak tadi semakin berulah setelah dia mendengar nama asing itu. Maya perlahan limbung, sampai dia tidak bisa lagi mempertahankan posisi berdiri yang berusaha dia jaga sedari tadi dan malah jatuh ke lantai dengan sangat keras.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status