Share

5. Ingatan Tubuh Asli

Pisau yang berusaha dia pegang dengan susah payah jatuh begitu saja ke lantai setelah Maya sendiri terjatuh dengan keras. Nafas gadis itu sedikit tidak beraturan, saat kepalanya berdenyut semakin kencang dan ingatan-ingatan tidak dikenal mulai muncul di pikirannya.

Awalnya ingatan-ingatan itu tampak samar dan buram seakan tengah ditutupi oleh sesuatu. Tapi seiring berjalannya waktu, suara itu terdengar semakin jelas sampai Maya merasa dirinya tengah melihat potongan film saat ini. Seorang gadis malang tengah menangis di hadapan kuburan dalam ingatan pertamanya, sebelum adegan berganti saat seorang pria membawanya ke rumah besar yang berisi banyak sekali pelayan yang menyambut kedatangan pria tersebut.

Adegan kembali berganti saat gadis yang berpikir bahwa dia akan hidup nyaman mulai saat itu, malah mendapatkan neraka hidup dalam rumah besar itu. Walaupun dia merupakan anak dari pemilik rumah besar itu, gadis itu terus saja diperlakukan lebih buruk dari seorang pelayan. Ayahnya sendiri tidak lagi mau peduli padanya. Sedangkan ibu dan kakak tirinya selalu mencari cara untuk menyiksanya.

Maya dalam hati berpikir, kehidupan malang itu rasanya tidak jauh berbeda dari dongeng-dongeng yang dia baca di masa lalu. Protagonis yang tertindas, serta adanya ibu dan kakak tiri yang selalu menekannya. Maya tidak tahu apakah dia harus sedih atau malah marah, ketika dia melihat sikap pengecut yang ditujukan oleh gadis tersebut sepanjang hidupnya.

Sayangnya, kisah akhir gadis itu tidak semanis dongeng-dongeng yang dulu pernah Maya baca. Gadis itu tidak pernah mendapatkan pangeran yang membantunya keluar dari neraka hidup tersebut. Atau keajaiban yang membuatnya menjadi anak cemerlang yang berhasil sukses dan melakukan balas dendam pada orang-orang yang menyakitinya di masa lalu. Gadis itu mengakhiri kisahnya dengan percobaan bunuh diri, yang berhasil digagalkan setelah seorang pelayan memergoki perbuatan nekatnya.

Dan gadis itu bernama Finola. Nama yang sama dengan nama yang disebutkan ibu tiri gadis itu pada Maya ketika dia menodongkan pisau pada orang asing sebelumnya.

Maya mendorong siapa pun yang berusaha membantunya saat gadis itu berlari dengan susah payah untuk mencari cermin atau apa pun yang bisa memantulkan wajahnya saat ini. Matanya sedikit buram sementara pikirannya kacau, ketika dia akhirnya berhasil menemukan cermin di kamar mandi kecil yang terhubung dengan ruangan tempat dia bangun pertama kali.

Gadis yang terpantul di cermin tampak pucat dan lemah, dengan rambut hitam yang agak panjang, dan sebuah poni yang menutupi bagian alisnya. Di bawah poni terdapat sepasang mata biru muda yang terlihat bersinar dan membawa fitur kelembutan. Wajah semacam itu benar-benar kualitas nomor satu di dunia asalnya dulu. Dengan rambut hitam dan kulitnya yang putih, gadis yang berada dalam pantulan mungkin bisa digambarkan sebagai snow shite nyata dalam kehidupan sebelumnya.

Ketika Maya mencoba memverifikasi gadis itu memang dia dengan mengangkat tangannya untuk menyingkap poninya. Gadis muda yang ada di cermin melakukan hal yang sama dengan yang Maya lakukan saat ini. Maya akhirnya menghela nafas panjang. Sepertinya dia memang benar-benar terlahir kembali di tubuh orang lain saat ini. Matanya dengan rumit menatap pantulan cantik yang dia miliki. Tidak salah lagi, dia memang benar-benar berbeda dari tubuh aslinya sebelum ini.

Wajah cantik yang tampak polos tersebut benar-benar berbeda dengan wajah tegas dan kusam yang biasanya dimiliki oleh Maya. Tubuhnya juga memang benar-benar banyak menyusut saat ini. Maya telah berubah dari seorang wanita kuat menjadi gadis cantik yang terlihat lemah layaknya boneka kaca. Wanita itu merasa semakin kacau saat dia secara sadar sudah tahu wajah siapa yang dia ambil saat ini.

Ah tidak. Maya sudah sadar, telah menjadi siapa dia pada saat ini.

"Nola? Apa yang terjadi padamu Nak? Kamu... Ya Tuhan... Apakah luka di kepalamu itu telah mengacaukan pikiranmu?"

Maya segera menatap tajam wanita yang baru saja mengikutinya ke kamar mandi sampai wanita itu akhirnya membeku dan bergegas menutup mulutnya. Tanpa perlu diberi tahu, Maya sudah mengenal siapa wanita itu saat ini. Sarah, dia adalah ibu tiri dari Finola dan salah satu orang yang selalu berusaha mencari kesempatan untuk menyiksa gadis itu. Jika tidak berada dalam situasi khusus, Maya yakin Sarah bahkan tidak akan mau repot-reoot menunjukan kekhawatiran palsunya pada Finola seperti ini. Maya menduga wanita itu berpura-pura hanya karena dua pria asing yang ikut masuk bersamanya saat ini. Atau lebih tepatnya, Sarah hanya ingin terlihat seperti ibu yang baik di hadapan calon menantunya saat ini.

Berjalan keluar, Maya bisa melihat pria yang duduk di kursi roda tengah diperiksa oleh pria yang masuk bersama rombongan itu sebelum ini. Wajah mereka tidak baik saat Maya akhirnya keluar dari kamar mandi. Sikap mereka tentu saja dapat diterima. Lagipula, siapa yang tidak marah jika calon istri mereka sendiri sudah berusaha untuk membunuhnya di pertemuan pertama mereka?

Ezkiel Evan Orlando, pria yang duduk di kursi roda merupakan calon suami Finola sekaligus alasan mengapa gadis itu ingin bunuh diri sebelum ini. Evan merupakan seorang milyarder hebat sebelum kecelakaan besar merengut semua yang dia miliki sebelumnya. Kecelakaan itu menewaskan seluruh keluarganya, kecuali Evan yang secara ajaib selamat walaupun harus bergantung pada kursi roda untuk seumur hidupnya. Kekayaan keluarganya yang melimpah mulai direngut satu per satu dari pria itu semenjak mereka mengatas namakan sakitnya Evan untuk mengambil alih beberapa kekayaan pria itu. Hidupnya meredup, hingga sekarang pria itu lebih memilih hidup hanya ditemani sahabatnya di rumah besar yang jauh dari keramaian.

Belum lama ini, Finola tampaknya telah dipaksa bertunangan dengan pria itu dengan tujuan agar Finola dapat merebut semua harta Evan yang tersisa ketika pria itu meninggal di kemudian hari. Awalnya yang hendak bertunangan merupakan saudari tirinya, Grace. Namun gadis itu menolak tawaran itu mentah-mentah karena rumor yang beredar mengatakan bahwa bukan hanya sekedar lumpuh, pria itu juga tidak segan-segan bertindak kasar pada orang-orang yang telah membuatnya kesal. Evan juga terkenal sebagai pribadi membosankan yang sangat tertutup. Bagi Grace yang selalu hidup dengan perhatian orang-orang yang terarah padanya, menikah dengan Evan hanya akan membuatnya sengsara di kemudian hari.

Satu-satunya pilihan yang masih tersisa adalah menjodohkan si lugu Finola pada pria pemarah itu. Akan tetapi, rumor buruk yang beredar di sekitar orang-orang tampaknya telah mempengaruhi pikiran gadis itu juga. Finola pada akhirnya lebih memilih untuk berusaha mengakhiri hidupnya, setelah sang ayah terus memaksa agar Finola mau bertunangan dengan Evan demi 'kebaikan' keluarga mereka.

Maya tanpa sadar mencibir dalam hati. Bodoh, ucapnya pelan pada Finola yang dulu. Gadis itu malah memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri hanya karena sebuah rumor tidak berdasar. Sementara dia, Maya harus bertarung demi hidupnya sendiri di setiap hembusan nafas yang dia hirup di kehidupan sebelumnya.

Hidup di dunia itu membuat Maya menyadari seberapa berharga sebuah kehidupan itu sebenarnya. Dia telah mati demi seseorang setelah lima tahun dia berusaha tetap bertahan hidup di kehidupan sebelumnya. Kali ini, Maya tidak akan dengan mudah menyia-nyiakan hidupnya hanya karena dia dipaksa untuk menikah dengan pria sakit-sakitan yang duduk di kursi roda.

Apalagi jika dilihat dari wajahnya, Evan itu masuk golongan tampan yang bisa memikat para wanita hanya dengan tatapannya saja. Di bawah rambut hitamnya terdapat alis yang tajam seperti pedang, sepasang mata hitam pekat, serta hidung tinggi dan bibir tipis yang menggoda. Walaupun pria itu hanya bisa duduk saat ini, Maya memperkirakan bahwa tinggi pria itu seharusnya tidak kurang dari 190 cm. Tampan dan bergaya... Secara keseluruhan Evan itu hampir sempurna, jika saja dia tidak harus duduk di kursi roda sepanjang waktu dan dirumorkan akan meninggal dalam beberapa tahun.

Maya mengambil nafas panjang, saat dia mendekat untuk menyapa Evan dan pria lain yang secara refleks memasang badan melindungi pria itu saat Maya perlahan berjalan mendekat.

Yang tadi itu merupakan kesalahpahaman. Walaupun saat ini Maya masih belum tahu apakah dia hanya kembali ke masa lalu dengan tubuh baru atau dia telah berpindah dunia, tetapi setidaknya Maya tahu bahwa bermusuhan dengan Evan hanya akan membuatnya kesulitan di masa depan. Mereka akan menjadi sepasang suami istri nantinya. Bagi Maya, akan lebih baik jika mereka bisa berteman dari awal lagi mulai saat ini.

Dunia dengan zombie merupakan dunia yang buruk untuk manusia. Kekacauan telah memberi kesempatan bagi manusia untuk menunjukan sifat buruk mereka tanpa kenal takut. Maya tidak memiliki siapa-siapa di masa lalu. Jika kali ini dia bisa membuat Evan menjadi temannya, Maya berpikir mungkin kehidupannya di masa depan tidak akan berakhir terlalu kesepian seperti sebelumnya.

Dia telah hidup seorang diri terlalu lama sebelum zombie merenggut nyawanya. Belum lagi, Maya juga selalu memiliki titik lemah untuk orang-orang seperti Evan. Uang saja tidak cukup untuk menyelamatkan pria itu jika zombie sampai menyerang mereka suatu saat nanti. Maya di masa lalu telah menyaksikan banyak pria seperti Evan mati karena tubuhnya tidak berdaya untuk melawan serangan zombie. Evan juga telah mengingatkannya pada sang adik. Mengingatkannya pada pembantaian massal bagi orang-orang cacat seperti Evan saat ini.

"Maaf, aku tidak berpikir dengan jernih sebelumnya. Apa kamu baik-baik saja?"

Baik Evan maupun temannya terlihat sedikit terkejut saat gadis berbahaya yang sebelumnya hampir saja membunuh seseorang tiba-tiba bersikap patuh dan jinak saat ini. Gadis tersebut dengan sopan menundukan badannya. Sebelum karena kepalanya masih pusing, Maya mencoba bersender pada dinding saat tangannya memijat hidungnya sendiri dengan ekspresi frustasi.

"Kepalaku sakit dan aku baru saja mendapatkan mimpi yang sangat buruk tadi. Aku... Aku tidak bisa mengenali siapa pun yang masuk sebelumnya. Tolong maafkan aku. Aku harap aku tidak menyinggung kalian dengan tindakanku sebelumnya."

Ya, mimpi yang sangat buruk sampai terasa begitu nyata ketika aku mati. Tambah Maya di dalam hatinya. Gadis itu sama sekali tidak sadar bahwa Evan tengah menatapinya sedari tadi. Pria itu mendengus, saat Evan membalikan kursi rodanya setelah dia puas melihat keadaan Maya dengan matanya sendiri.

"Aku akan datang lagi nanti."

Hanya itu. Pria itu hanya berkata sesingkat itu sebelum pergi lagi bersama pria lainnya. Karena tindakan tidak sopan Maya sebelumnya, pria yang ikut dengan Evan itu juga enggan berpamitan pada Maya saat pria itu hanya berbalik mengikuti Evan tanpa mengatakan apa pun lagi. Maya membuang nafas panjang setelah melihat reaksi dingin itu. Yah, bagi Maya, setidaknya Evan akan datang menjenguknya lagi di masa depan.

Hal itu hanya berarti bahwa Evan sendiri tidak ada keinginan untuk membatalkan pertunangan mereka dalam waktu dekat. Maya bisa sedikit lega sekarang. Karena bagi gadis itu, hidup bersama Evan masih jauh lebih baik daripada hidup terkurung bersama keluarga aslinya saat ini.

Begitu sembuh, Maya sudah bertekad bahwa dia harus memastikan terlebih dahulu kebenaran dunia baru ini. Maya harus bisa benar-benar memastikan, apakah dia hanya terlahir kembali dalam tubuh yang berbeda atau pindah ke dunia yang benar-benar baru saat ini. Ada banyak sekali hal yang harus Maya lakukan di masa depan. Dan gadis itu yakin dia tidak akan bisa melakukan semuanya jika dia masih terus tinggal bersama keluarga sampahnya ini. Maya benar-benar menantikan pertunangannya saat ini. Karena hanya pada saat itu, dia akhirnya bisa sedikit lebih bebas berkeliaran daripada situasinya saat ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status