Share

6. Mencari Informasi

"Bagus sekali... Sepertinya percobaan bodohmu itu telah benar-benar merusak otakmu bukan? Menodongkan pisau buah pada calon suamimu sendiri. Apa kamu sekarang merasa bahwa kamu itu semacam pembunuh bayaran yang tidak kenal takut Nola?!"

Maya benar-benar enggan untuk menatap mata Sarah ketika wanita itu akhirnya berani memarahinya lagi setelah Evan dan temannya sudah benar-benar pergi kali ini. Wanita itu benar-benar melukai kuping Maya dengan segala caciannya. Maya mengerutkan keningnya dengan jelas. Dia tidak percaya, Finola benar-benar bisa menahan semua cacian itu sepanjang hari di masa lalunya.

Mungkin itu salah satu kelebihan gadis itu di antara segala kekurangannya. Ketika gadis itu mendengarkan Sarah terus bicara omong kosong, Maya benar-benar tengah mencoba menahan tangannya untuk tidak menyayat wanita itu dengan pisau buah yang sama saat ini.

"Maya! Apa kamu mendengarkan aku?!"

"Lalu kamu ingin aku bagaimana?"

Sarah menatap tidak percaya saat Maya dengan tenang berani menepis tangannya yang hendak memukul gadis itu seperti biasanya. Dari awal gadis itu siuman, Sarah memang menemukan bahwa gadis itu tiba-tiba saja bersikap seperti orang yang benar-benar berbeda saat ini. Tidak ada gadis lugu mudah menangis yang Sarah kenal sejak dulu. Finola di depannya ini tampak berbahaya. Tampilan gadis itu terlihat acuh tidak acuh, seakan gadis itu tidak lagi memiliki ketakutan apa pun padanya mulai saat ini.

"Jangan lupa bahwa yang membiayai pengobatanmu saat ini adalah kami, anak tidak tahu diri! Bagaimana cara kamu membayar kami setelah ini? Kami bahkan harus membayar para wartawan yang penasaran dengan masalah ini, hanya karena keputusan bodohmu semata!"

Walaupun Finola saat ini terlihat tidak takut pada siapa pun, Sarah tetap percaya bahwa gadis itu tetap akan sadar pada tempatnya sendiri jika dia membongkar tentang masalah ini. Namun dugaannya terpatahkan dengan cepat ketika Finola tetap diam ketika dia terus-menerus mengungkapkan kekesalannya. Gadis itu malah asik memakan buah yang Sarah simpan di sana hanya sebagai pemanis setelah dia tahu Evan akan datang untuk melihat Finola sebelumnya. Gadis itu memakan buah itu seperti dia tidak pernah memakan satu selama beberapa tahun. Sesekali gadis itu akan bergumam senang, ketika dia mengambil buah lainnya untuk dia makan.

"Cukup Finola! Berhenti makan seperti babi dan dengarkan aku sekarang! Karenamu-"

"Aku sudah cukup membayar kalian dengan tidak menuntut kalian atas penyiksaan terhadap anak saat ini. Ah, tunggu. Mari kita ambil dari yang terbaru. Menurutmu, kira-kira apa yang akan terjadi jika aku melapor pada Evan bahwa aku dipaksa bertunangan dengannya karena kalian memaksaku untuk mengambil alih kekayaannya di masa depan? Atau aku juga mungkin bisa memberi tahu para wartawan, bahwa aku mencoba bunuh diri karena orang tuaku sendiri mencoba menjualku pada seorang pria lumpuh yang umurnya hampir sepuluh tahun lebih tua dari umurku sendiri."

Maya memotong ucapan Sarah dengan tenang ketika dia mengambil buah lain dari keranjang buah yang ada di dekatnya. Setelah mendapati ingatan-ingatan dari 'Finola', Maya bersyukur akhirnya sakit kepala yang mendera kepalanya perlahan reda juga dengan sendirinya. Sekarang yang tersisa hanyalah denyutan ringan yang bisa Maya tahan dengan muda. Kemungkinan besar dipicu karena dia harus terus-menerus mendengar suara nyaring Sarah yang sangat tidak enak didengar.

Kali ini, Sarah benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi karena dia tidak bisa percaya dengan apa yang gadis itu katakan sebenarnya. Wajah Sarah yang ditutupi polesan make up berubah merah padam karena emosi yang bisa kapan saja meledak karena profokasi dari Maya. Wanita itu menunjuk Maya dengan penuh kebencian, walau wanita itu sendiri tidak berani mencaci maki gadis itu lagi karena ancaman yang dilontarkan oleh Maya.

"Lihat apa yang akan ayahmu lakukan jika aku melaporkan hal ini padanya!"

Pada akhirnya, Sarah hanya bisa mengancam Maya saat wanita itu akhirnya keluar dari ruang rawat Maya dengan amarah yang membuncah di hati gelapnya. Maya sendiri, gadis itu akhirnya bisa sedikit lebih bersantai setelah Sarah memutuskan untuk pergi dari ruangannya dengan kemauan dari wanita itu sendiri. Maya dengan tatapan bosan melirik pintu ruangannya yang ditutup kasar oleh Sarah. Jika zombie menyerang dunia ini juga, Maya bertekad dia tidak akan pernah mencoba menyelamatkan wanita itu tidak peduli apa pun yang terjadi.

Berbicara tentang zombie, karena keributan yang terus terjadi semenjak Maya kembali membuka matanya, gadis itu sama sekali belum memiliki kesempatan untuk mengecek dunia macam apa yang dia tempati saat ini. Maya dengan berat hati meninggalkan buah-buahan segar yang dia jadikan camilan sedari tadi. Gadis itu beranjak memencet tombol bantuan, lalu menunggu sampai seorang suster mendatangi ruangannya tidak lama kemudian.

"Silahkan masuk."

Maya dengan tenang memberi ijin saat seseorang mengetuk pintu ruang rawatnya. Seorang suster muda masuk tidak lama kemudian. Suster tersebut menatap terkejut seisi ruangan, yang tampak seperti baru saja terkena badai karena kekacauan yang Maya lakukan ketika dia baru saja sadar sebelumnya.

"Nona, infusmu..."

Tapi sebagai seorang tenaga kesehatan, gadis itu lebih dahulu mengecek keadaan Maya sebelum memanggil petugas lain untuk membantunya membereskan kekacauan yang baru saja terjadi. Suster muda itu dengan telaten mengganti infus Maya dengan yang baru, sebelum mulai membantu petugas kebersihan untuk membereskan kekacauan yang sebelumnya Maya perbuat.

"Tolong maafkan aku..."

Melihat seseorang harus susah karena perbuatannya, Maya langsung meminta maaf pada petugas kebersihan sekaligus perawat yang tengah membereskan ruangannya. Awalnya mereka pikir Maya hanyalah orang kaya sombong yang kadang kala memang membuat kerusuhan di rumah sakit. Toh menurut rumor yang beredar, Maya sampai dikirim ke rumah sakit juga karena gadis itu mencoba mengambil hidupnya sendiri hanya karena masalah sepele.

Namun setelah melihat wajah bersalah Maya, rasanya tidak mungkin gadis yang mengkhawatirkan mereka merupakan gadis yang berani mencoba menghabisi hidupnya sendiri hanya karena masalah sepele. Perawat dan petugas kebersihan itu tersenyum saat mereka selesai membereskan ruangan Maya. Dihadapkan dengan pasien yang sopan, mereka secara tidak sadar mulai bersikap lebih sopan dengan cara yang tulus selanjutnya.

"Tidak apa-apa. Apa Nona baik-baik saja? Ingin aku membawakan Nona sesuatu?" tawar perawat itu ramah. Di mata perawat itu, Maya mungkin hanya frustasi karena bahkan setelah percobaan bunuh dirinya, tetap tidak ada satu pun sanak keluarga yang mau menemaninya di ruang rawat luas ini. Perlahan perawat itu mulai simpati pada Maya, apalagi ketika Maya yang masih pucat harus melakukan banyak hal seorang diri di ruangan itu.

Orang bilang keluarga gadis itu selalu memperlakukan anak mereka dengan baik. Tapi perawat itu mulai berubah pikiran sekarang, setelah dia melihat Maya sendirian di ruangan besar itu.

Sekalipun gadis memang mencoba mengambil hidupnya karena masalah sepele, meninggalkannya sendirian setelah apa yang dia lalui tetap saja bukan perbuatan yang benar. Perawat itu merubah rasa simpatinya menjadi rasa marah, yang ditunjukan pada keluarga Finola yang selalu dinilai baik selama ini.

Di sisi lain, setelah mendengar tawaran perawat itu, mata Maya segera bersinar saat dia sudah bisa memutuskan apa yang dia mau dengan cepat. "Bisakah aku meminta... Koran? Jika ada, koran yang baru saja terbit hari ini. Lalu, bisakah aku menyalakan televisi? Aku tidak bisa menemukan remotenya sedari tadi," ujar Maya memberi tahu.

Perawat itu tersenyum setelah mendengar permintaan Maya. "Tentu saja Nona. Aku akan mencoba untuk menbawakanmu koran terbaru yang mungkin dimiliki oleh satpam di rumah sakit ini. Lalu... Remote televisi ruangan ini biasanya berada di dalam laci. Biar aku ambilkan untukmu Nona," ujarnya sambil hendak berjalan ke tempat yang dia maksud. Akan tetapi, Maya buru-buru mencegahnya. "Tidak apa-apa. Aku bisa mengambilnya sendiri. Aku sudah cukup merepotkanmu," ujarnya. Awalnya perawat itu sedikit tidak setuju. Namun setelah melihat bahwa gadis itu tampaknya memang tidak memiliki masalah untuk sekedar berjalan-jalan di sekitar ruangannya, dia akhirnya menyerah dan ikut pergi keluar bersama dengan petugas kebersihan yang membawa bekas-bekas kekacauan yang sebelumnya Maya timbulkan.

Aurora

Mulai sekarang aku berencana untuk update tiap hari. Jangan lupa untuk memberi rate, komentar, dan masukan cerita ini ke perpustakaan untuk mendukung penulis^^

| 2

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status