Share

6. Mencari Informasi

Author: Aurora
last update Last Updated: 2022-04-06 18:17:50

"Bagus sekali... Sepertinya percobaan bodohmu itu telah benar-benar merusak otakmu bukan? Menodongkan pisau buah pada calon suamimu sendiri. Apa kamu sekarang merasa bahwa kamu itu semacam pembunuh bayaran yang tidak kenal takut Nola?!"

Maya benar-benar enggan untuk menatap mata Sarah ketika wanita itu akhirnya berani memarahinya lagi setelah Evan dan temannya sudah benar-benar pergi kali ini. Wanita itu benar-benar melukai kuping Maya dengan segala caciannya. Maya mengerutkan keningnya dengan jelas. Dia tidak percaya, Finola benar-benar bisa menahan semua cacian itu sepanjang hari di masa lalunya.

Mungkin itu salah satu kelebihan gadis itu di antara segala kekurangannya. Ketika gadis itu mendengarkan Sarah terus bicara omong kosong, Maya benar-benar tengah mencoba menahan tangannya untuk tidak menyayat wanita itu dengan pisau buah yang sama saat ini.

"Maya! Apa kamu mendengarkan aku?!"

"Lalu kamu ingin aku bagaimana?"

Sarah menatap tidak percaya saat Maya dengan tenang berani menepis tangannya yang hendak memukul gadis itu seperti biasanya. Dari awal gadis itu siuman, Sarah memang menemukan bahwa gadis itu tiba-tiba saja bersikap seperti orang yang benar-benar berbeda saat ini. Tidak ada gadis lugu mudah menangis yang Sarah kenal sejak dulu. Finola di depannya ini tampak berbahaya. Tampilan gadis itu terlihat acuh tidak acuh, seakan gadis itu tidak lagi memiliki ketakutan apa pun padanya mulai saat ini.

"Jangan lupa bahwa yang membiayai pengobatanmu saat ini adalah kami, anak tidak tahu diri! Bagaimana cara kamu membayar kami setelah ini? Kami bahkan harus membayar para wartawan yang penasaran dengan masalah ini, hanya karena keputusan bodohmu semata!"

Walaupun Finola saat ini terlihat tidak takut pada siapa pun, Sarah tetap percaya bahwa gadis itu tetap akan sadar pada tempatnya sendiri jika dia membongkar tentang masalah ini. Namun dugaannya terpatahkan dengan cepat ketika Finola tetap diam ketika dia terus-menerus mengungkapkan kekesalannya. Gadis itu malah asik memakan buah yang Sarah simpan di sana hanya sebagai pemanis setelah dia tahu Evan akan datang untuk melihat Finola sebelumnya. Gadis itu memakan buah itu seperti dia tidak pernah memakan satu selama beberapa tahun. Sesekali gadis itu akan bergumam senang, ketika dia mengambil buah lainnya untuk dia makan.

"Cukup Finola! Berhenti makan seperti babi dan dengarkan aku sekarang! Karenamu-"

"Aku sudah cukup membayar kalian dengan tidak menuntut kalian atas penyiksaan terhadap anak saat ini. Ah, tunggu. Mari kita ambil dari yang terbaru. Menurutmu, kira-kira apa yang akan terjadi jika aku melapor pada Evan bahwa aku dipaksa bertunangan dengannya karena kalian memaksaku untuk mengambil alih kekayaannya di masa depan? Atau aku juga mungkin bisa memberi tahu para wartawan, bahwa aku mencoba bunuh diri karena orang tuaku sendiri mencoba menjualku pada seorang pria lumpuh yang umurnya hampir sepuluh tahun lebih tua dari umurku sendiri."

Maya memotong ucapan Sarah dengan tenang ketika dia mengambil buah lain dari keranjang buah yang ada di dekatnya. Setelah mendapati ingatan-ingatan dari 'Finola', Maya bersyukur akhirnya sakit kepala yang mendera kepalanya perlahan reda juga dengan sendirinya. Sekarang yang tersisa hanyalah denyutan ringan yang bisa Maya tahan dengan muda. Kemungkinan besar dipicu karena dia harus terus-menerus mendengar suara nyaring Sarah yang sangat tidak enak didengar.

Kali ini, Sarah benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi karena dia tidak bisa percaya dengan apa yang gadis itu katakan sebenarnya. Wajah Sarah yang ditutupi polesan make up berubah merah padam karena emosi yang bisa kapan saja meledak karena profokasi dari Maya. Wanita itu menunjuk Maya dengan penuh kebencian, walau wanita itu sendiri tidak berani mencaci maki gadis itu lagi karena ancaman yang dilontarkan oleh Maya.

"Lihat apa yang akan ayahmu lakukan jika aku melaporkan hal ini padanya!"

Pada akhirnya, Sarah hanya bisa mengancam Maya saat wanita itu akhirnya keluar dari ruang rawat Maya dengan amarah yang membuncah di hati gelapnya. Maya sendiri, gadis itu akhirnya bisa sedikit lebih bersantai setelah Sarah memutuskan untuk pergi dari ruangannya dengan kemauan dari wanita itu sendiri. Maya dengan tatapan bosan melirik pintu ruangannya yang ditutup kasar oleh Sarah. Jika zombie menyerang dunia ini juga, Maya bertekad dia tidak akan pernah mencoba menyelamatkan wanita itu tidak peduli apa pun yang terjadi.

Berbicara tentang zombie, karena keributan yang terus terjadi semenjak Maya kembali membuka matanya, gadis itu sama sekali belum memiliki kesempatan untuk mengecek dunia macam apa yang dia tempati saat ini. Maya dengan berat hati meninggalkan buah-buahan segar yang dia jadikan camilan sedari tadi. Gadis itu beranjak memencet tombol bantuan, lalu menunggu sampai seorang suster mendatangi ruangannya tidak lama kemudian.

"Silahkan masuk."

Maya dengan tenang memberi ijin saat seseorang mengetuk pintu ruang rawatnya. Seorang suster muda masuk tidak lama kemudian. Suster tersebut menatap terkejut seisi ruangan, yang tampak seperti baru saja terkena badai karena kekacauan yang Maya lakukan ketika dia baru saja sadar sebelumnya.

"Nona, infusmu..."

Tapi sebagai seorang tenaga kesehatan, gadis itu lebih dahulu mengecek keadaan Maya sebelum memanggil petugas lain untuk membantunya membereskan kekacauan yang baru saja terjadi. Suster muda itu dengan telaten mengganti infus Maya dengan yang baru, sebelum mulai membantu petugas kebersihan untuk membereskan kekacauan yang sebelumnya Maya perbuat.

"Tolong maafkan aku..."

Melihat seseorang harus susah karena perbuatannya, Maya langsung meminta maaf pada petugas kebersihan sekaligus perawat yang tengah membereskan ruangannya. Awalnya mereka pikir Maya hanyalah orang kaya sombong yang kadang kala memang membuat kerusuhan di rumah sakit. Toh menurut rumor yang beredar, Maya sampai dikirim ke rumah sakit juga karena gadis itu mencoba mengambil hidupnya sendiri hanya karena masalah sepele.

Namun setelah melihat wajah bersalah Maya, rasanya tidak mungkin gadis yang mengkhawatirkan mereka merupakan gadis yang berani mencoba menghabisi hidupnya sendiri hanya karena masalah sepele. Perawat dan petugas kebersihan itu tersenyum saat mereka selesai membereskan ruangan Maya. Dihadapkan dengan pasien yang sopan, mereka secara tidak sadar mulai bersikap lebih sopan dengan cara yang tulus selanjutnya.

"Tidak apa-apa. Apa Nona baik-baik saja? Ingin aku membawakan Nona sesuatu?" tawar perawat itu ramah. Di mata perawat itu, Maya mungkin hanya frustasi karena bahkan setelah percobaan bunuh dirinya, tetap tidak ada satu pun sanak keluarga yang mau menemaninya di ruang rawat luas ini. Perlahan perawat itu mulai simpati pada Maya, apalagi ketika Maya yang masih pucat harus melakukan banyak hal seorang diri di ruangan itu.

Orang bilang keluarga gadis itu selalu memperlakukan anak mereka dengan baik. Tapi perawat itu mulai berubah pikiran sekarang, setelah dia melihat Maya sendirian di ruangan besar itu.

Sekalipun gadis memang mencoba mengambil hidupnya karena masalah sepele, meninggalkannya sendirian setelah apa yang dia lalui tetap saja bukan perbuatan yang benar. Perawat itu merubah rasa simpatinya menjadi rasa marah, yang ditunjukan pada keluarga Finola yang selalu dinilai baik selama ini.

Di sisi lain, setelah mendengar tawaran perawat itu, mata Maya segera bersinar saat dia sudah bisa memutuskan apa yang dia mau dengan cepat. "Bisakah aku meminta... Koran? Jika ada, koran yang baru saja terbit hari ini. Lalu, bisakah aku menyalakan televisi? Aku tidak bisa menemukan remotenya sedari tadi," ujar Maya memberi tahu.

Perawat itu tersenyum setelah mendengar permintaan Maya. "Tentu saja Nona. Aku akan mencoba untuk menbawakanmu koran terbaru yang mungkin dimiliki oleh satpam di rumah sakit ini. Lalu... Remote televisi ruangan ini biasanya berada di dalam laci. Biar aku ambilkan untukmu Nona," ujarnya sambil hendak berjalan ke tempat yang dia maksud. Akan tetapi, Maya buru-buru mencegahnya. "Tidak apa-apa. Aku bisa mengambilnya sendiri. Aku sudah cukup merepotkanmu," ujarnya. Awalnya perawat itu sedikit tidak setuju. Namun setelah melihat bahwa gadis itu tampaknya memang tidak memiliki masalah untuk sekedar berjalan-jalan di sekitar ruangannya, dia akhirnya menyerah dan ikut pergi keluar bersama dengan petugas kebersihan yang membawa bekas-bekas kekacauan yang sebelumnya Maya timbulkan.

Aurora

Mulai sekarang aku berencana untuk update tiap hari. Jangan lupa untuk memberi rate, komentar, dan masukan cerita ini ke perpustakaan untuk mendukung penulis^^

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terlahir Kembali Sebagai Istri Milyarder   95. Aku Hanya Milikmu

    Setelah diyakinkan oleh Evan, suasana hati Maya membaik dengan pesat sampai gadis itu tidak keberatan untuk membalas sapaan orang-orang yang ditunjukan padanya. Sepanjang acara Maya tersenyum, menyebarkan aura positif yang juga memengaruhi Evan yang semula sedikit kesal karena gadis-gadis penggosip tersebut. Di bawah hiburan Maya, Evan akhirnya memiliki wajah yang lebih bersahabat saat mereka memasuki ruang bioskop sambil berpegangan tangan. Keduanya duduk di bangku yang telah disiapkan. Evan mengusap tangan Maya pelan, saat dia berbisik lagi pada gadis itu. "Kamu bisa memberi tahuku kapan pun kamu merasa jika film ini mulai membuatmu tidak nyaman. Ingat, kebahagiaanmu adalah prioritasku saat ini."Maya tersenyum saat dia membalas bisikan suaminya. "Aku mengerti. Terima kasih, Evan," ucapnya dengan tulus. Evan mengangguk untuk membalas ucapan istrinya tersebut. Wajahnya sangat lembut, ketika dia menatap wajah istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah semua tamu memasuki ruangan

  • Terlahir Kembali Sebagai Istri Milyarder   94. Gosip

    Ketika waktunya telah tiba, Maya pergi ke tempat pemutaran perdana itu dengan Evan dan seorang supir. Karena mereka harus bersiap sebelum waktu kerja Evan habis, Kevin terpaksa tidak bisa menemani mereka untuk menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Evan. Melihat Kevin bekerja keras, Maya tanpa sadar merasa kasihan dan mulai bercanda bahwa Evan harus memberi Kevin apresiasi atas apa yang pria itu lakukan untuk mereka selama ini. Namun tanpa disangka, Evan benar-benar mengangguk untuk menanggapi ucapannya itu. Hanya ketika mereka telah berada di mobil, Evan akhirnya buka mulut tentang maksud dari anggukannya tersebut. "Aku berencana memindahkan dua puluh lima persen kekayaan keluargaku atas namanya. Aku sebenarnya ingin memberi lebih banyak. Namun melihat kepribadiannya, dia pasti akan marah jika aku memberinya terlalu banyak. Aku belum membicarakan tentang pemindahan kekayaan ini padanya. Aku ingin meminta pendapatmu terlebih dahulu. Apa kamu keberatan jika aku melakukannya, Maya?

  • Terlahir Kembali Sebagai Istri Milyarder   93. Undangan Tidak Terduga

    [Kebangkitan Pewaris Tunggal Keluarga Orlando.]Maya membaca berita itu dengan alis sedikit berkerut. Bukan isi beritanya yang kali ini membuatnya kesal. Namun komentarnya, benar-benar membuat Maya kesal saat gadis itu membacanya satu per satu. Ketika Evan sakit, semua orang menilai kisah cinta mereka dengan cara yang relatif negatif. Sebagian menganggap Maya hanya menikah demi kekayaan Evan. Sementara yang lain, merasa kasihan karena Maya harus menikah dengan pria sekarat seperti Evan. Hanya sedikit orang yang benar-benar tulus mendoakan kebahagiaan hubungan mereka. Namun ketika berita kesembuhan Evan telah menyebar, orang sepertinya mulai berlomba-lomba menghapus komentar mereka yang sebelumnya dan mulai memuji mereka sebagai pasangan paling bahagia di muka bumi. Beberapa bahkan mengaku mengenalnya atau Evan, dan memuji keserasian mereka walaupun aslinya Maya tidak mengenal orang-orang itu. Sekarang Maya tahu mengapa Evan begitu terisolasi dari dunia luar selama ini. Di masa ketik

  • Terlahir Kembali Sebagai Istri Milyarder   92. Penyelesaian

    Begitu mereka sampai di rumah sakit, Diana sudah selesai diperiksa dan tengah beristirahat di ruang rawat bersama dengan teman-temannya. Kejadian itu tampaknya terlalu mengejutkan untuk gadis-gadis muda itu, hingga tidak ada yang bicara sampai Maya masuk ke dalam ruangan bersama dengan Evan dan juga Kevin. "Maaf kami datang terlambat. Bagaimana keadaan kalian saat ini?"Mata Diana langsung memerah saat dia ingat Maya lagi-lagi telah menyelamatkan nyawanya. Maya yang sadar dengan perasaan Diana segera menghampiri gadis itu. Maya membiarkan Diana memeluknya erat, sebari menangis sementara dia sendiri berusaha menenangkan Diana dengan mengelus punggungnya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Kamu sudah aman sekarang..."Maya berbisik pelan sementara matanya menatap Evan dan Kevin yang diajak keluar oleh dua teman Diana. Maya tahu keduanya kemungkinan besar akan membicarakan tentang hasil pemeriksaan Diana atau sekedar memberi Diana ruang untuk menumpahkan perasaannya. Ya mana juga baik-baik

  • Terlahir Kembali Sebagai Istri Milyarder   91. Ancaman Evan

    "Kalau begitu, Saya harap kalian bersedia mendengarkan saran dari Saya."Sementara Maya tengah berlari ke mana-mana untuk mencari Diana, Evan dan Kevin baru saja selesai bicara dengan para petinggi universitas dan sedang diantar untuk keluar dari ruangan. Mereka baru saja hendak membuka pintu, saat kepala keamanan universitas masuk dengan tergesa-gesa sampai hampir saja menabrak Evan yang berada di depan pintu. "Gawat Pak, seseorang baru saja berkelahi di dalam gudang!"Wajah orang-orang memerah karena malu saat kepala keamanan itu melaporkan masalah ketika Evan dan Kevin masih ada di ruangan itu. Mereka baru saja berjanji akan meningkatkan keamanan di dalam lingkungan universitas. Dan sekarang, seseorang malah melaporkan bahwa baru saja terjadi pertengkaran di lingkungan kampus. "Apa yang kamu katakan? Jika para mahasiswa mulai berselisih lagi, kamu bisa membawanya kemari tanpa menimbulkan keributan yang tidak perlu!"Rektor universitas memarahi sebelum Evan atau Kevin semakin menc

  • Terlahir Kembali Sebagai Istri Milyarder   90. Balas Dendam

    Di tempat lain, Diana kembali jatuh dengan keras saat seseorang menendangnya tepat di bagian perut. Temannya Evelyn dan Josephine, hanya bisa menangis saat keduanya ditahan oleh anak-anak lain agar tidak bisa membantu Diana. Sejak Diana datang ke kampus, gadis itu sudah tidak dapat menghitung berapa banyak cacian yang sudah dia dapatkan hari ini. Namun perlakuan yang dia terima dari kakak tingkatnya ini, merupakan yang terparah dari semua orang. Ketika Diana tiba di kelasnya, dia tiba-tiba saja diseret keluar oleh orang-orang kuat ini. Pakaian indah pemberian ayahnya sudah kacau karena kotoran dan sampah yang sebelumnya dilempat ke tubuhnya. Diana menatap tanah dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu, ini merupakan hukumannya karena memiliki ayahnya yang sudah menghancurkan kehidupan banyak orang dengan tindakannya. "Ya ampun, lihatlah. Putri terhormat Tuan Anton yang luar biasa tampak seperti kotoran berjalan saat ini."Anak-anak lain tertawa saat salah satu dari mereka menghina Diana sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status