Share

Bab 2

Penulis: Chelsea
Departemen kardiologi di mana William bekerja merupakan salah satu departemen kardiologi terbaik dalam negeri. Orang yang datang berobat harus mengantre untuk diopname di rumah sakit.

Namun, tidak peduli betapa sulit pun untuk mendapatkan ruang rawat inap di rumah sakit ini, selalu ada sebuah ruangan yang kosong. Itu adalah ruangan yang sengaja ditinggalkan William untuk Sophia, teman semasa kecilnya.

Di kehidupan sebelumnya, putra kami tiba-tiba terkena serangan jantung. Aku pun menelepon William yang merupakan spesialis jantung.

Awalnya, William mengatakan bahwa kamar di rumah sakit sudah penuh. Namun, karena aku tidak berhenti memohon, dia akhirnya setuju untuk memberikan kamar kosong itu kepada putra kami. Dia juga mengikuti ambulans pulang untuk menjemput putra kami.

Namun, hanya dalam waktu setengah jam, penyakit jantung Sophia tiba-tiba kambuh. Dia menelepon William, tetapi tidak ada yang menjawab. Akhirnya, dia pun meninggal dalam ambulans.

Setelah mengantar putra kami ke rumah sakit hari itu, William pun menghilang. Sampai tiga bulan kemudian, setelah putra kami keluar dari rumah sakit dengan sehat, dia baru muncul.

William mengundurkan diri dari rumah sakit dan berkata ingin menghabiskan lebih banyak waktu untuk menemani putra kami. Setiap hari, dia mengantar aku ke kantor dan menjemputku pulang, juga memasak untuk kami, dan mengajari putra kami mengerjakan PR.

Tepat ketika aku mengira hati William akhirnya kembali ke keluarga ini, di hari ulang tahun putra kami, dia malah meracuni kami sekeluarga. Putraku dan ibuku meninggal dalam penderitaan.

Namun, William malah menggunakan obat-obatan untuk membuatku tetap sadar. Dia mengemudikan mobil dan membawaku ke makam Sophia, lalu memaksaku untuk berlutut dan meminta maaf. Namun, aku tidak mengerti apa kesalahanku.

Sophia memang mengidap penyakit jantung. Setelah melakukan transplantasi jantung, dia malah tidak makan obat dengan baik sehingga dia sering mengalami kegagalan jantung.

Di hari penyakit jantungnya kambuh, Sophia yang tidak dapat menghubungi William malah tidak terpikirkan untuk menghubungi ambulans.

Setelah tetangga menemukannya dan menelepon ambulans, Sophia bukannya pergi ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pengobatan dulu, malah bersikeras mau pergi ke rumah sakit di mana William bekerja, yang berjarak sejauh 30 kilometer dari rumahnya.

Aku tidak mengerti. Jelas-jelas, Sophia sendiri yang berulah. Kenapa William malah menyalahkanku atas semuanya?

Namun, William tidak mengizinkanku untuk membicarakan keburukan Sophia. Dia berkata dengan ekspresi sedih dan dingin, “Selama ini, Levi baik-baik saja. Mana mungkin dia tiba-tiba terkena penyakit jantung? Pasti kamu yang sengaja melakukan sesuatu supaya aku nggak menjawab telepon dari Sophia. Makanya, dia baru melewatkan kesempatan untuk diobati.”

“Jessica, aku sudah bilang berulang kali. Aku dan Sophia cuma teman. Tapi, kenapa kamu tetap melakukan hal-hal yang menyakitinya? Dia nggak minum obat juga gara-gara kamu. Kamu paling pantas mati!”

Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan William. Namun, William sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskannya.

“Kamu yang celakai Sophia! Kamu juga harus rasakan gimana rasanya mati karena sakit jantung.”

William menggunakan pisau bedah untuk membelah bagian tenggorokan sampai dadaku, lalu mengulurkan tangan untuk meremas jantungku sampai hancur.

Setelah mengingat hal itu, rasa sakit itu seolah-olah masih tertinggal di tubuhku dan aku pun gemetar tak terkendali.

Ketika teringat keadaan sekarat putraku, aku segera menerjang masuk ke kantor kepala perawat dan langsung berlutut di hadapannya.

“Kepala Perawat, aku tahu kamu punya hak untuk mengatur masalah ruang rawat inap. Kami nggak harus dapat kamar. Meski tinggal di koridor juga nggak apa-apa. Anakku menderita diseksi aorta, cuma Pak Joseph yang bisa mengoperasinya. Aku mohon hubungilah dia! Aku mohon tolonglah putraku!”

Demi putraku, aku mengesampingkan semua harga diriku dan bersujud pada kepala perawat itu.

Hati kepala perawat itu pun tergerak oleh rasa iba. Dia mengambil ponselnya dan berjalan keluar. Namun, Thomas malah menghalanginya.

“Kepala Perawat, kamu benar-benar percaya sama dia? Memangnya kamu nggak sadar dia lagi sandiwara? Asal kamu tahu, wanita ini sangat licik. Dulu, Kak William sudah hampir ke luar negeri bersama cinta pertamanya. Gara-gara surat laporannya, mereka juga putus.”

“Dia juga andalkan kekuasaan ayahnya sebagai direktur rumah sakit untuk memaksa Kak William menikahinya. Demi mendapat perhatian, dia bisa melakukan apa saja. Dia bilang, putranya menderita diseksi aorta. Tapi, mungkin saja putranya sakit karena dipukulnya.”

Ucapan Thomas berhasil mencuci otak kepala perawat. Dia menyimpan ponselnya, lalu berkata padaku dengan lembut, “Maaf, Bu Jessica. Rumah sakit punya peraturan sendiri. Tanpa diagnosis dokter, kami nggak bisa biarkan putramu diopname di sini.”

Dalam sekejap, hatiku langsung tenggelam. Aku mengira dengan tidak menelepon William, dia akan berhasil mencari Sophia dan akhir tragis di kehidupan lampau tidak akan terulang.

Siapa sangka, William begitu kejam dan sudah berpesan pada rekannya untuk menolak membiarkan putraku diopname di rumah sakit.

Ketika aku merasa putus asa, terdengar seruan ibuku.

“Jes, cepat kemari! Levi ... Levi sudah nggak bernapas!”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 8

    Setelah mendengar kata cerai, William pun tercengang. Setelah beberapa saat, dia baru bereaksi kembali.Dia tidak berhenti menggeleng dan menjawab, “Jangan, jangan. Nggak bisa. Kita nggak boleh cerai. Sayang, berikanlah aku sebuah kesempatan lagi. Meski kamu nggak menginginkanku lagi, pertimbangkanlah anak kita. Levi nggak bisa kehilangan ayahnya.”Begitu mengungkit tentang anak, William bersikap seolah-olah itu adalah satu-satunya harapannya. Dia pun berbalik ke arah Levi dan berujar, “Levi, cepat bujuk mamamu. Suruh dia jangan tinggalkan Papa. Kalau nggak, kamu harus pisah sama Papa.”Ketika melihat William berkata seperti itu pada Levi, aku sempat merasa khawatir untuk sejenak. Bagaimanapun juga, Levi sangat bersandar pada William.Di luar dugaan, Levi malah menggeleng tanpa ragu. “Nggak mau.”William pun terkejut. “Levi, kamu ....”“Kamu sudah menindas Mama. Aku nggak mau kamu jadi papaku.”Berhubung tidak dapat membujuk Levi, William menoleh ke arah ibuku. Siapa sangka, ibuku juga

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 7

    Setelah mendengar ucapan itu, aku segera bertanya, “Ibu, ada apa ini?”Ibuku akhirnya menguak kebohongan Sophia yang terakhir. Adam yang dimaksud ibuku adalah ayahku. Ternyata, ayahku mengidap kanker. Sebelum meninggal, Sophia mencarinya dan memohon padanya untuk memberikan jantungnya kepada Sophia.Operasi transplantasi jantung di dalam negeri diawasi dengan sangat ketat. Pendonor jantung juga sangat sulit didapatkan.Pada saat itu, ayahku sudah pensiun dan tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dengan Sophia. Mana mungkin ayahku menyetujui hal ini. Namun, Sophia malah mengancam ayahku. Dia mengatakan apabila ayahku tidak memberikan jantungnya, dia akan merebut William dari sisiku.Ayahku sangat menyayangiku. Demi kebahagiaan rumah tanggaku, dia akhirnya setuju untuk memberikan jantungnya kepada Sophia Namun, sebelum itu, mereka sudah mencapai kesepakatan. Setelah menerima jantung ayahku, Sophia tidak boleh muncul di hadapan William lagi.Sekarang, yang berdetak di dalam tubuh Sophia ad

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 6

    Menurut ucapan William, berhubung dia tidak dapat pergi ke luar negeri, tidak ada yang melindungi Sophia sehingga Sophia terluka. Selain itu, Sophia juga tidak mendapatkan pengobatan yang baik di luar negeri. Organisasi yang diperkenalkan ayahku adalah penipu. Gara-gara mereka menguji obat pada Sophia, hal itu malah menyebabkan efek samping yang sangat kuat terhadapnya.Sophia pun terpukul sehingga menderita depresi. Setelah dia pulang dengan susah payah dan mendapatkan kesempatan baik untuk melakukan transplantasi jantung, ayahku malah diam-diam melakukan sesuatu dan mengganti jantung Sophia dengan jantung yang tidak sehat.“Ayahmu sudah melakukan begitu banyak hal terhadap Sophia. Kamu masih berani bilang kamu nggak tahu apa pun? Jessica, kalian sekeluarga seharusnya merasa bersalah padanya seumur hidup!”Suara William makin kuat. Jika bukan karena melihat tampang canggung Sophia di belakangnya, aku mungkin akan percaya pada kata-katanya.Setelah mendengar tuduhan William, aku pun t

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 5

    William masih belum puas setelah membuang botol air Levi dan menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.“Berhenti! William, kamu sudah gila?” seruku sambil mengadang di depannya.“Jessica, akhirnya kamu datang juga.” William memelototiku dan berseru, “Cepat bawa dia pulang! Jangan tempati kamar Sophia!”Aku langsung murka. “Memangnya ini rumah sakit yang kamu buka? Kami sudah bayar kamar ini. Apa hakmu mengusir kami?”“Karena aku ini seorang dokter! Kalian nggak sakit, tapi malah tinggal di rumah sakit. Ini namanya pemborosan sumber daya medis! Aku punya hak untuk usir kalian!”Baru saja aku hendak membantah, terdengar suara Thomas dari luar pintu.“Kak William, kamu jangan buat onar lagi. Levi baru dioperasi. Dia butuh istirahat penuh.”Begitu mendengar ucapan itu, William langsung menatap Thomas. “Thomas, apa maksudmu? Otakmu juga sudah dicuci sama wanita ini? Bisa-bisanya kamu kerja sama dengan dia untuk bohongi aku! Aku tahu jelas keadaan anakku. Dia sangat sehat dari kecil. Mana m

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 4

    Ucapan Joseph bagaikan sambaran petir yang membuat Thomas terpaku di tempat. Beberapa detik kemudian, senyum mengejek di wajahnya akhirnya sirna dan digantikan oleh ketakutan.Orang di sekitar juga mulai berdiskusi.“Ternyata keadaan anak itu begitu serius? Dokter ini benar-benar keterlaluan!”“Ada keluargaku yang meninggal gara-gara diseksi aorta. Dengar-dengar, kalau pengobatannya tertunda semenit saja, peluang kematiannya akan meningkat 10%.”Bagi Thomas, ucapan orang-orang itu terdengar sangat menusuk telinga. Dia pun menunduk dan meminta maaf padaku, “Kak Jessica, maaf. Aku seharusnya memeriksanya dulu.”Kepala perawat harus segera membawaku pergi menyelesaikan seluruh prosedur. Sebelum pergi, aku menjulingkan mataku pada Thomas.“Bukannya kamu selalu merasa aku punya kekuasaan? Jangan khawatir. Kalau terjadi sesuatu pada putraku, aku nggak akan ampuni kamu.”Thomas selalu mengira aku yang memisahkan William dengan Sophia hanya karena ketika aku mengenal William, dia masih berpaca

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 3

    Aku langsung berlari ke sana. Levi terkapar di pundak ibuku dan tangannya sudah terkulai. Aku segera memeriksa denyut nadi di lehernya, tetapi tidak merasakan apa-apa.Aku langsung merasa tegang dan benakku juga seketika menjadi kosong. Aku hanya secara refleks berseru, “Cepat baringkan dia di lantai!”Ibuku langsung bertindak sesuai perintahku. Aku berlutut di lantai dan mulai melakukan CPR terhadap putraku.Ketika aku menekan jantung Levi, ibuku berpaling dan memohon pada perawat di pos perawat. Dia bersujud di lantai sambil berseru, “Aku mohon bantulah kami! Keadaan anaknya sudah begitu, memangnya kalian masih mau diam saja?”Orang-orang yang ada di sekeliling juga terkejut.Ada seorang perawat yang hendak keluar untuk memeriksa keadaan Levi. Namun, Thomas malah menghalanginya lagi.“Tolong jangan ganggu jam kerja kami.”Meskipun tidak ada yang membantu, berkat usahaku, denyut nadi Levi pun kembali setelah beberapa menit. Dia perlahan-lahan membuka matanya dan memanggilku, “Mama.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status