Share

Bab 3

Penulis: Chelsea
Aku langsung berlari ke sana.

Levi terkapar di pundak ibuku dan tangannya sudah terkulai. Aku segera memeriksa denyut nadi di lehernya, tetapi tidak merasakan apa-apa.

Aku langsung merasa tegang dan benakku juga seketika menjadi kosong. Aku hanya secara refleks berseru, “Cepat baringkan dia di lantai!”

Ibuku langsung bertindak sesuai perintahku. Aku berlutut di lantai dan mulai melakukan CPR terhadap putraku.

Ketika aku menekan jantung Levi, ibuku berpaling dan memohon pada perawat di pos perawat. Dia bersujud di lantai sambil berseru, “Aku mohon bantulah kami! Keadaan anaknya sudah begitu, memangnya kalian masih mau diam saja?”

Orang-orang yang ada di sekeliling juga terkejut.

Ada seorang perawat yang hendak keluar untuk memeriksa keadaan Levi. Namun, Thomas malah menghalanginya lagi.

“Tolong jangan ganggu jam kerja kami.”

Meskipun tidak ada yang membantu, berkat usahaku, denyut nadi Levi pun kembali setelah beberapa menit. Dia perlahan-lahan membuka matanya dan memanggilku, “Mama.”

Syukurlah! Aku pun menangis dan memeluknya dengan erat. Hanya saja, aku baru menyadari bahwa putraku hampir mati di rumah sakit. Begitu memikirkan hal ini, hatiku terasa makin sakit.

Levi bertanya dengan pelan, “Mama, apa aku akan mati? Bukannya ini tempat kerja Papa? Kenapa dia nggak menolongku?”

Suara imut Levi membuat suasana di seluruh lokasi ini menjadi hening.

Aku melihat ada orang di kerumunan yang menyeka air mata, lalu berkata pada Thomas, “Dokter Thomas, aku rasa mereka bukan lagi sandiwara.”

“Benar, Dok. Kamu periksa saja dulu anak itu. Kalau ini memang cuma sandiwara, sandiwara mereka benar-benar hebat.”

Melihat situasi ini, ada banyak orang yang mulai memohon untuk kami. Namun, Thomas tetap tidak bergeming.

“Jessica, kamu benar-benar bisa melakukan apa saja, ya. Kalian pasti sudah berlatih adegan ini berulang kali di rumah, ‘kan? Hanya saja, gerakan CPR-mu masih nggak memenuhi standar. Lagian, Kak William sudah pergi cari Sophia. Nggak ada gunanya kamu bersandiwara di sini.”

Aku tidak menyangka masalahnya sudah mencapai tahap ini, tetapi Thomas masih tidak percaya bahwa Levi benar-benar sakit. Aku pun tidak dapat bersabar lagi.

“Thomas, kejahatan sebanyak apa yang sudah kuperbuat sampai kamu menghinaku seperti itu? Meski aku benar-benar berbuat salah, ada hukum yang bisa menghukumku. Apa salah putraku? Sebagai seorang dokter, kamu langsung tarik kesimpulan sebelum memeriksa pasien. Memangnya kamu layak jadi dokter?”

Begitu mendengar ucapanku, semua orang di sekitar juga marah.

“Benar! Dokter Thomas, mana ada ibu yang bercanda dengan kesehatan anaknya?”

“Yang dia katakan benar. Meski kamu mau bilang mereka cuma sandiwara, kamu juga harus punya bukti, ‘kan? Bukannya kamu bisa langsung tahu jawabannya begitu memeriksanya?”

Setelah dikritik orang-orang, ekspresi Thomas agak berubah. Dia melepas stetoskopnya dengan ragu dan hendak memeriksa putraku. Namun, tepat pada saat ini, ponselnya tiba-tiba berdering.

Thomas menjawabnya, “Kak William, kamu lagi ada di mana? Istrimu sudah buat keributan besar di rumah sakit.”

Setelah mendengar nama itu, aku langsung gemetar. Ternyata yang menelepon adalah William.

William berujar dengan nada dingin, “Aku lagi temani Sophia. Dia lagi diopname di rumah sakit. Kamu suruh saja orang mengusir mereka. Setelah keadaan Sophia lebih stabil, aku akan kembali untuk menanganinya.”

Seusai berbicara, William tidak lupa menambahkan, “Siapa pun nggak boleh menyentuh kamar itu. Itu kamar yang kutinggalkan untuk Sophia.”

Begitu mendengar ucapan itu, ibuku langsung menangis dan berseru ke arah ponsel, “William, kamu sudah gila? Yang sakit itu putra kandungmu! Memangnya kamu nggak akan sedih sedikit pun kalau dia meninggal di sini?”

William mencibir, “Nggak ada siapa pun yang lebih penting dari Sophia. Kalau dia mau mati, biarkan saja dia mati.”

Aku secara refleks menutup telinga putraku, tetapi tetap terlambat selangkah. Levi memandangku dan bertanya, “Mama, kenapa Papa mau aku mati?”

Aku seketika terdiam karena tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya.

Setelah William memutuskan panggilan telepon, Thomas memandangku dan berujar, “Sudah dengar? Cepat bawa anakmu pergi. Jangan permalukan diri di sini lagi.”

Tepat pada saat ini, aku melihat kepala perawat yang muncul di depan pintu bersama Joseph. Mataku langsung berbinar dan aku menggendong putraku berlari ke arahnya.

“Pak Joseph, aku mohon periksalah putraku. Dokter Thomas nggak mau memeriksanya dan bilang dia nggak sakit. Tapi, aku rasa dia seharusnya mengidap diseksi aorta.”

Atas permohonanku, Joseph akhirnya meletakkan stetoskopnya ke dada Levi. Dia mendengar detak jantungnya sambil mengernyit.

Thomas berjalan mendekat dan berkata, “Pak Joseph, jangan dengarkan omong kosong wanita ini. Anak kecil nggak mungkin menderita diseksi aorta.”

Siapa sangka, begitu Thomas selesai berbicara, Joseph mengangkat stetoskopnya, lalu menggendong anakku dan berlari ke arah ruang operasi.

Pada saat yang sama, Joseph juga berkata pada kepala perawat di sampingnya, “Siapkan ruang operasi. Anak ini menderita diseksi aorta!”

Seusai berbicara, Joseph melirik Thomas dengan dingin. “Siapa bilang anak kecil nggak mungkin kena penyakit ini? Thomas, kamu sudah menunda pengobatan anak ini!”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 8

    Setelah mendengar kata cerai, William pun tercengang. Setelah beberapa saat, dia baru bereaksi kembali.Dia tidak berhenti menggeleng dan menjawab, “Jangan, jangan. Nggak bisa. Kita nggak boleh cerai. Sayang, berikanlah aku sebuah kesempatan lagi. Meski kamu nggak menginginkanku lagi, pertimbangkanlah anak kita. Levi nggak bisa kehilangan ayahnya.”Begitu mengungkit tentang anak, William bersikap seolah-olah itu adalah satu-satunya harapannya. Dia pun berbalik ke arah Levi dan berujar, “Levi, cepat bujuk mamamu. Suruh dia jangan tinggalkan Papa. Kalau nggak, kamu harus pisah sama Papa.”Ketika melihat William berkata seperti itu pada Levi, aku sempat merasa khawatir untuk sejenak. Bagaimanapun juga, Levi sangat bersandar pada William.Di luar dugaan, Levi malah menggeleng tanpa ragu. “Nggak mau.”William pun terkejut. “Levi, kamu ....”“Kamu sudah menindas Mama. Aku nggak mau kamu jadi papaku.”Berhubung tidak dapat membujuk Levi, William menoleh ke arah ibuku. Siapa sangka, ibuku juga

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 7

    Setelah mendengar ucapan itu, aku segera bertanya, “Ibu, ada apa ini?”Ibuku akhirnya menguak kebohongan Sophia yang terakhir. Adam yang dimaksud ibuku adalah ayahku. Ternyata, ayahku mengidap kanker. Sebelum meninggal, Sophia mencarinya dan memohon padanya untuk memberikan jantungnya kepada Sophia.Operasi transplantasi jantung di dalam negeri diawasi dengan sangat ketat. Pendonor jantung juga sangat sulit didapatkan.Pada saat itu, ayahku sudah pensiun dan tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dengan Sophia. Mana mungkin ayahku menyetujui hal ini. Namun, Sophia malah mengancam ayahku. Dia mengatakan apabila ayahku tidak memberikan jantungnya, dia akan merebut William dari sisiku.Ayahku sangat menyayangiku. Demi kebahagiaan rumah tanggaku, dia akhirnya setuju untuk memberikan jantungnya kepada Sophia Namun, sebelum itu, mereka sudah mencapai kesepakatan. Setelah menerima jantung ayahku, Sophia tidak boleh muncul di hadapan William lagi.Sekarang, yang berdetak di dalam tubuh Sophia ad

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 6

    Menurut ucapan William, berhubung dia tidak dapat pergi ke luar negeri, tidak ada yang melindungi Sophia sehingga Sophia terluka. Selain itu, Sophia juga tidak mendapatkan pengobatan yang baik di luar negeri. Organisasi yang diperkenalkan ayahku adalah penipu. Gara-gara mereka menguji obat pada Sophia, hal itu malah menyebabkan efek samping yang sangat kuat terhadapnya.Sophia pun terpukul sehingga menderita depresi. Setelah dia pulang dengan susah payah dan mendapatkan kesempatan baik untuk melakukan transplantasi jantung, ayahku malah diam-diam melakukan sesuatu dan mengganti jantung Sophia dengan jantung yang tidak sehat.“Ayahmu sudah melakukan begitu banyak hal terhadap Sophia. Kamu masih berani bilang kamu nggak tahu apa pun? Jessica, kalian sekeluarga seharusnya merasa bersalah padanya seumur hidup!”Suara William makin kuat. Jika bukan karena melihat tampang canggung Sophia di belakangnya, aku mungkin akan percaya pada kata-katanya.Setelah mendengar tuduhan William, aku pun t

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 5

    William masih belum puas setelah membuang botol air Levi dan menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.“Berhenti! William, kamu sudah gila?” seruku sambil mengadang di depannya.“Jessica, akhirnya kamu datang juga.” William memelototiku dan berseru, “Cepat bawa dia pulang! Jangan tempati kamar Sophia!”Aku langsung murka. “Memangnya ini rumah sakit yang kamu buka? Kami sudah bayar kamar ini. Apa hakmu mengusir kami?”“Karena aku ini seorang dokter! Kalian nggak sakit, tapi malah tinggal di rumah sakit. Ini namanya pemborosan sumber daya medis! Aku punya hak untuk usir kalian!”Baru saja aku hendak membantah, terdengar suara Thomas dari luar pintu.“Kak William, kamu jangan buat onar lagi. Levi baru dioperasi. Dia butuh istirahat penuh.”Begitu mendengar ucapan itu, William langsung menatap Thomas. “Thomas, apa maksudmu? Otakmu juga sudah dicuci sama wanita ini? Bisa-bisanya kamu kerja sama dengan dia untuk bohongi aku! Aku tahu jelas keadaan anakku. Dia sangat sehat dari kecil. Mana m

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 4

    Ucapan Joseph bagaikan sambaran petir yang membuat Thomas terpaku di tempat. Beberapa detik kemudian, senyum mengejek di wajahnya akhirnya sirna dan digantikan oleh ketakutan.Orang di sekitar juga mulai berdiskusi.“Ternyata keadaan anak itu begitu serius? Dokter ini benar-benar keterlaluan!”“Ada keluargaku yang meninggal gara-gara diseksi aorta. Dengar-dengar, kalau pengobatannya tertunda semenit saja, peluang kematiannya akan meningkat 10%.”Bagi Thomas, ucapan orang-orang itu terdengar sangat menusuk telinga. Dia pun menunduk dan meminta maaf padaku, “Kak Jessica, maaf. Aku seharusnya memeriksanya dulu.”Kepala perawat harus segera membawaku pergi menyelesaikan seluruh prosedur. Sebelum pergi, aku menjulingkan mataku pada Thomas.“Bukannya kamu selalu merasa aku punya kekuasaan? Jangan khawatir. Kalau terjadi sesuatu pada putraku, aku nggak akan ampuni kamu.”Thomas selalu mengira aku yang memisahkan William dengan Sophia hanya karena ketika aku mengenal William, dia masih berpaca

  • Terlahir Kembali Setelah Dicelakai Suamiku   Bab 3

    Aku langsung berlari ke sana. Levi terkapar di pundak ibuku dan tangannya sudah terkulai. Aku segera memeriksa denyut nadi di lehernya, tetapi tidak merasakan apa-apa.Aku langsung merasa tegang dan benakku juga seketika menjadi kosong. Aku hanya secara refleks berseru, “Cepat baringkan dia di lantai!”Ibuku langsung bertindak sesuai perintahku. Aku berlutut di lantai dan mulai melakukan CPR terhadap putraku.Ketika aku menekan jantung Levi, ibuku berpaling dan memohon pada perawat di pos perawat. Dia bersujud di lantai sambil berseru, “Aku mohon bantulah kami! Keadaan anaknya sudah begitu, memangnya kalian masih mau diam saja?”Orang-orang yang ada di sekeliling juga terkejut.Ada seorang perawat yang hendak keluar untuk memeriksa keadaan Levi. Namun, Thomas malah menghalanginya lagi.“Tolong jangan ganggu jam kerja kami.”Meskipun tidak ada yang membantu, berkat usahaku, denyut nadi Levi pun kembali setelah beberapa menit. Dia perlahan-lahan membuka matanya dan memanggilku, “Mama.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status