Vir melihat ke arah asistennya sekilas lalu menaruh kertas dengan gambar wajah violet itu di atas meja. "Perintahkan semuanya untuk segera mencari sosok wanita ini. Saya tidak mau tahu kalian harus cepat mencari keberadaannya di mana."
"Em, maaf Tuan. Tapi informasi yang diberikan oleh petugas di sana sangat sedikit tentang wanita itu. Bahkan kami pun tidak tahu tempat tinggalnya di mana."
Mendengar perkataan sang asisten, membuat Vir langsung menatapnya tajam dengan wajah yang berubah tegas. "Saya tidak mau tahu! Intinya kalian harus mencari keberadaan wanita itu. Kalian tahu kan. Apa akibatnya jika melanggar perintah dari saya," sahutnya dengan nada tinggi bahkan sambil menggebrak meja di akhir kalimat.
Rendra langsung menganggukkan kepalanya. Ia bangkit dari posisinya. "Em, iya. Baik, Tuan. Saya akan mengerahkan semuanya dan perintahkan kepada mereka untuk segera mencari keberadaan wanita ini. Kalau begitu saya permisi."
Tak ada respon apapun dari Vir yang hanya memperhatikan asistennya dengan tatapan tajam, membuat Rendra pun cepat-cepat keluar dari ruangan tersebut dan ingin memberitahu kepada semuanya akan perintah yang ditugaskan ke dari Vir untuk mencari wanita itu.
Lelaki tampan dengan jas berwarna hitam itu menghela nafasnya. Ia membuka satu kancing jasnya sehingga dia bisa leluasa dengan menyadarkan tubuhnya di sofa itu.
Suara notifikasi pesan muncul di ponselnya hingga membuat sang empunnya melirik ke arah ponselnya yang berada di atas meja itu dan melihat di layarnya bahwa itu adalah pesan dari mamanya.
Vir mengambil ponselnya harus segera membaca pesan tersebut. Dirinya langsung tertegun ketika baru saja selesai membaca pesan itu.
||Mama
("Vir, Mama perlu bicara kamu sekarang juga. Ini mengenai wanita bernama Violet yang pernah kamu tiduri.")
Vir mengacak rambutnya. Dirinya baru saja mendapatkan informasi mengenai wanita itu dari sang asistennya tetapi sekarang tiba-tiba mamanya mengatakan hal tersebut. Itu artinya sang asisten telah memberitahu kepada mamanya terlebih dahulu dibandingkan dirinya.
"Argh! Rendra. Kenapa dia tidak pernah paham, sih. Dia menjadi asisten pribadiku sudah lebih dari 2 tahun. Tetapi kenapa hal seperti ini, mama bisa sampai tahu."
Vir menghelah nafasnya gusar. Ia mengerjapkan kedua matanya dan berusaha tetap tenang, Ketika nanti sang Mama menanyakan yang aneh-aneh tentang wanita itu.
"Oke, kalau sudah seperti ini aku tidak bisa menghindar lagi dari mama. Aku harus jujur dengan mama, tentang wanita itu," monolognya, dengan pandangan yang tertuju kembali ke arah gambar piala di kertas itu.
*****
Pukul 16.30. Vitania yang baru saja pulang dari sekolah, ia turun dari taksi tepat didepan rumahnya. Pandangannya pun langsung terbelalak ketika dirinya baru masuk dari gerbang melihat bahwa ada mobil berwarna merah berada di halaman rumahnya.
"Ya Tuhan! Apa ini benar, mobil pesanan ku sudah datang?" monolognya dengan senyuman sumringah.
Dengan cepat, Ia langsung menghampiri mobil tersebut dengan melihatnya secara keseluruhan bahkan menyentuhnya. Tanpa basa-basi lagi Ia pun langsung berlari masuk ke dalam rumah Seraya memanggil mamanya berkali-kali.
"Ma. Mama ... Ma ...."
Jeslyn langsung keluar dari dalam rumah dan tertuju ke arah sang anak yang langsung memeluk dirinya. "Aaa ... Ma, yang di depan itu beneran mobil Vita kan, Ma. Iya, kan Ma," ucapnya yang benar-benar sangat senang dengan ekspresi wajah ceria tepat di depan mamanya.
Tetapi tidak untuk Jesslyn yang malah memberikan wajah murung kepada sang anak, membuat anaknya berkerut alis.
"Mama Kenapa? Kenapa wajah Mama seperti itu. Harusnya Mama senang dong, karena sekarang kita sudah punya mobil."
Jesylin menghela nafasnya, Ia langsung menarik pergelangan tangan sang anak untuk segera duduk di sofa ruang depan itu dan membuat vitania pun mengikuti sang mama lalu mereka duduk berdua di sana dengan saling berhadapan.
"Ada apa, Ma?" tanya Vitania.
"Tuan, Jason. Tuan Jason mengancam Mama untuk meminta mengembalikan uang 700 juta yang telah dia transfer ke kita."
"Hah?! Kenapa minta dikembalikan bukankah seharusnya dia itu membayar sisanya yaitu 300 juta," sahutnya syok.
"Ceritanya panjang, Vita. Intinya kejadian waktu itu Tuan Jason sama sekali tidak meniduri Violet, dan dia meminta Mamah mengembalikan uang tersebut."
"Ya, daripada dikembalikan kenapa Mama tidak memberikan violet lagi kepada dia."
"Ya itu, yang jadi menjadi masalahnya Vitania. Violet itu kabur dan Mama tidak bisa menemukan dirinya."
"Hah?! Kabur? Bagaimana bisa wanita buta itu kabur. Jangankan untuk berlari, melihat saja dia tidak bisa."
"Ya mama juga tidak tahu. Intinya Mama kehilangan jejak dia," sahutnya yang menyandarkan tubuhnya di sofa itu dengan melipat kedua tangannya di dada.
"Ibu Jeslyn."
Tiba-tiba suara panggilan terdengar jelas dari arah depan sana. Sontak, keduanya saling melihat satu sama lain. "Siapa itu, Ma?" tanya Vitania.
"Mama tidak tahu, ayo kita lihat ke depan."
Vitania mengangguk kecil, lalu mereka bangkit dan berjalan menuju ke ruang depan secara bersamaan. Keduanya melihat ada dua orang lelaki berbadan besar dengan pakaian serba hitam di teras rumahnya. Jelas, itu membuat mereka bingung.
"Maaf, anda siapa ya?"
Pertanyaan dari Jesslyn membuat dua orang berbeda besar itu segera membuka mobil berwarna silver yang berada di teras rumah mereka. Seketika orang itu keluar dari mobil, keduanya langsung terbelalak bahwa ternyata dia adalah Jason yang berjalan menuju ke arah mereka.
"Ma, i-itu Tuan Jason," bisik Vitania yang berbisik dan di anggukan oleh Jeslyn.
Jason menghentikan langkahnya tepat di dekat Jesylin, dan membuat Jesylin langsung memberikan senyuman pada lelaki itu, walaupun sebenernya ia merasa was-was, sama seperti anaknya yang langsung menggenggam tangannya.
"Saya tidak perlu basa-basi lagi. Jadi mana uang 700 juta itu, cepat kembalikan padaku."
"Em ... maaf, Tuan Jason. Tapi, saya kan sudah berjanji akan benar-benar memberikan keponakanku pada Tuan. Jadi, mohon di tunggu, saya juga tidak tahu karena tadi pagi di tiba-tiba kabur."
Jason tersenyum smrik di sudut bibirnya. "Saya tidak percaya, wanita itu kan buta. Bagaimana caranya dia bisa kabur."
"Saya benar, Tuan. Dia tadi pagi kabur. Saya juga mencarinya tapi belum ketemu, saya janji kalau dia sudah ketemu akan saya hubungi Tuan," ucapnya yang menyakinkan.
Dengan tatapan tajam, Jason kian mendekatinya hingga membuat mereka memundurkan langkahnya seraya menunduk. Ia melirik kearah Vitania sekilas. "Bagaimana, kalau aku punya penawaran lain," desisnya.
Perkataan itu mampu membuat Jeslyn perlahan melihat ke arah Jason namun tidak untuk Vitania yang masih menentukan kepalanya.
"Ma-maksud, Tuan?"
"Aku akan memberikan sisa dari uang itu, yaitu 300 juta. Tapi, anakmu sebagai gantinya."
Ucapan tersebut jelas membuat Vitania langsung melihat ke arah Jason dengan gelengan kepala dan raut wajah ketakutan, begitupun juga Jeslyn yang langsung terbelalak.
"Iya, Mama tau Vir. Tapi--"Belum sempat Qiana menyelesaikan ucapannya namun anaknya itu segera berbalik dan langsung menaiki tangga menuju ke arah kamarnya Yang satu lantai bersama dengan kamar Violet. Jelas, hal tersebut hanya bisa membuat Qiana menghelah napasnya dengan menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya tersebut."Em, kalau begitu saya permisi, Nyonya ingin mengatakan Nona Violet ke kamarnya," ucap Ayu dengan nada sopan via langsung dianggukan oleh Qiana.Perlahan, Ayu memegan tangan Violet dan mereka menaiki tangga untuk menuju kamar violet yang berdekatan dengan kamar Veer.Setelah mereka sampai di sana, Ayu langsung mendudukkan Violet di kasur."Ayu, apa itu benar kamu?" Tanya Violet pada gadis yang menggunakan baju pelayan dan rambut diikat satu itu.Ayu terdiam sejenak, dia melihat ke arah pintu kamar itu yang masih terbuka dan langsung melirik kembali ke arah Violet."Iya ini aku. Tadi nenekku menelpon aku kalau kamu Tengah dikejar oleh sekelompok orang dan nenek
Violet tertegun. "Ma-maaf, ta-tapi ... A-aku tidak hamil," ucapnya dengan gugup dan terbata."Oh ya? Kita akan buktikan nanti Saat di klinik. Mau kau ambil atau tidak kau akan tetap ikut bersamaku. Kamu tahu adalah wanita satu-satunya yang pernah aku tiduri."Setelah mengucapkan kalimat itu Vir langsung membenarkan posisi duduknya menjauh dari violet ia duduk seperti biasa dengan menyilangkan kaki dan bersedekap dada menuju ke arah depan.Sedangkan violet dengan detak jantung yang masih berdekuk kencang dan juga rasa ketakutan di dalam dirinya membuat Gadis itu mengatur nafasnya beberapa kali dan menormalkan detak jantungnya.'Aku tau dia Tuan Vir. Semua orang membicarakan tentang dirinya yang kejam dan juga dingin. Bahkan dia tidak segan-segan untuk menghabisi siapapun orang yang berurusan dengannya. Apalagi sampai membuatnya benar-benar marah. Apa yang harus aku lakukan?' batin Violet.Iya, Violet tahu cerita itu semua dari dulu semua di negeri ini pun tahu kalau akhir fredric adala
Vir langsung melihat ada seorang wanita yang terjatuh tak jauh darinya. Ia perhatikan wanita itu yang sepertinya Tengah kesulitan untuk berdiri berlari dengan langkah perlahan namun pandangannya fokus ke arah depan."Tunggu dulu, wanita itu ..." Vir memperhatikan dengan detail lalu ia mulai berlari kecil untuk menghampirinya hingga menghentikan langkahnya tepat di dekat wanita itu dan membuat wanita tersebut secara tak sengaja menabrak Vir."Akh! Ma-maaf. Aku tidak sengaja."Vir tersenyum ketika melihat wanita didepannya ini. Rambut panjang terurai dengan dres berwarna biru muda bahkan ia melihat bajunya sedikit koyak di bagian atasnya bahkan tali bra-nya pun bisa terlihat.Wanita itu berjalan tanpa alas kaki. Iya, wanita itu adalah violet yang selama ini ia cari."Hei ... kemana kau lari, Violet!"Mendengar suara teriakan itu yang terlihat sangat dekat membuat violet pun dengan gelanggapan berusaha untuk lari dari tempat itu."Maaf, permisi," ucapnya nggak melangkah namun dengan cep
"Sebenernya kau habis darimana? Mengurus pekerjaan atau kuliah? Sampai telat selama ini, Jason."Jason membenarkan posisi duduknya, agar lebih dengan dengan sang kekasih. "Vikana sayang. Kau tau kan, kita sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan. Maka banyak hal yang harus aku urus, tidak hanya tentang pekerjaan tapi juga kuliahku yang harus slesai tahun ini, dan masih banyak hal lainnya.""Iya, aku tahu. Tapi, kita jangan sampai keduluan oleh Vir. Aku tidak mau, hak waris mendiang Papa jatuh ke tangannya."Jason tersenyum tipis sambil mengusap pipi sang kekasih. "Sayang ... Kau tau kan, dia sampai detik ini tidak punya kekasih. Maka darimana dia bisa cepat mendahului kita. Dan lagi, bukannya kau bilang kalau aset yang berada di selatan itu sudah menjadi bagian mamamu.""Iya, kamu benar sayang. Tapi, aku yakin Vir tidak tinggal diam. Pasti dia memiliki rencana untuk merebut miliknya lagi. Karena dari awal itu memang miliknya.""Sudahlah sayang, kau tidak usah memikirkan hal itu. Se
Dengan tatapan tajam, Jason kian mendekatinya hingga membuat mereka memundurkan langkahnya seraya menunduk. Ia melirik kearah Vitania sekilas. "Bagaimana, kalau aku punya penawaran lain," desisnya.Perkataan itu mampu membuat Jasmine perlahan melihat ke arah Jason namun tidak untuk Vitania yang masih menentukan kepalanya."Ma-maksud, Tuan?""Aku akan memberikan sisa dari uang itu, yaitu 300 juta. Tapi, anakmu sebagai gantinya."Ucapan tersebut jelas membuat kitanya langsung melihat ke arah Jason dengan raut wajah ketakutan, begitupun juga Jeslyn yang langsung terbelalak.Vitania menggeleng cepat. "Ma, tidak. Aku tidak mau," bisiknya dengan rasa takut pada mamanya."Sudah, kamu tenang Saja. Biar Mama yang bicara padanya," balasnya dengan berbisik juga seraya mengusap punggung tangan sang anak, menenangkannya."Jadi, mana pilihan yang terbaik untuk kalian?" Tanya Jason yang masih terus memperhatikan mereka.Dengan cepat, pandangan Jesslyn langsung tertuju ke arah Jason dan berusaha untu
Vir melihat ke arah asistennya sekilas lalu menaruh kertas dengan gambar wajah violet itu di atas meja. "Perintahkan semuanya untuk segera mencari sosok wanita ini. Saya tidak mau tahu kalian harus cepat mencari keberadaannya di mana.""Em, maaf Tuan. Tapi informasi yang diberikan oleh petugas di sana sangat sedikit tentang wanita itu. Bahkan kami pun tidak tahu tempat tinggalnya di mana."Mendengar perkataan sang asisten, membuat Vir langsung menatapnya tajam dengan wajah yang berubah tegas. "Saya tidak mau tahu! Intinya kalian harus mencari keberadaan wanita itu. Kalian tahu kan. Apa akibatnya jika melanggar perintah dari saya," sahutnya dengan nada tinggi bahkan sambil menggebrak meja di akhir kalimat.Rendra langsung menganggukkan kepalanya. Ia bangkit dari posisinya. "Em, iya. Baik, Tuan. Saya akan mengerahkan semuanya dan perintahkan kepada mereka untuk segera mencari keberadaan wanita ini. Kalau begitu saya permisi."Tak ada respon apapun dari Vir yang hanya memperhatikan asis