Masih jelas teringat di kepala Fina mengenai pertanyaan Denias beberapa waktu lalu, saat keduanya menghabiskan malam berdua. Pertanyaan yang sebenarnya ia sendiri masih bimbang untuk mengambil keputusan. Kehadiran Denias akhir-akhir ini memang mampu membuat dirinya kembali bersemangat. Padahal sebelumnya, ia bersikeras untuk menutup rapat pintu hatinya."Ada kesempatan aku untuk mengisi ruang itu?" pertanyaan Denias yang membuat Fina terus kepikiran.Antara ada dan tiada, luka yang diciptakan oleh Rama masih sangat membekas dan jujur saja membuat Fina trauma untuk kembali membangun hubungan yang baru lagi. Entahlah Fina benar-benar belum bisa menjawab pertanyaan itu. Ia butuh waktu sedikit lagi untuk menyembuhkan luka hatinya, agar ia bisa kembali fokus ke masa depannya."Fin, besok kamu kalau libur sempetin lah main kemana gitu sama anak-anak," ucap Ibu Hana saat melihat Fina sibuk menyiapkan perlengkapan kerjanya."Hmm, iya lihat besok lah buk, lagian Safa juga nggak lagi ada di rum
Ali berlari menuju sang Ayah membuat Alfa yang baru bisa berjalan ikut berlari kesana. Fina tau, Alfa mungkin tidak begitu familiar dengan Ayahnya, tapi melihat apa yang dilakukan oleh kakaknya membuatnya ikut melakukan hal yang sama. Fina masih berdiri dan melihat pemandangan antara anak dan Ayah, kemudian beralih ke arah Denias. Fina memilih mendekat ke arah Denias, membiarkan kedua anaknya bercengkrama dengan sang Ayah.“Maaf, nunggu lama ya,” ucap Fina pada Denias.“Enggak, baru sampai lobby,” jawab Denias.“Jadi staycation nya bareng sama Ayahnya anak-anak?” lanjut tanya Denias.“Enggak, kebetulan Rama ada disini,” jawab Fina.Rama bersama kedua anaknya ikut bergabung ke tempat Fina dan Denias ngobrol. Fina bingung harus bersikap seperti apa dihadapan kedua laki-laki itu. Hingga Fina memutuskan untuk terlebih dahulu memperkenalkan Denias kepada Rama. Karena ia tau bahwa Denias sudah terlebih dahulu mengetahui siapa Rama.“Ram, kenalin ini Denias, teman aku,” ucap Fina memperkanal
Hari ini, menjadi hari terakhir staycation akhir pekan Fina bersama kedua anak-anaknya. Tidak hanya berdua bersama anaknya saja, tapi Rama juga memilih untuk ikut menemani anak-anaknya. Sebelum pulang, Rama mengajak dirinya dan anak-anak untuk makan malam terlebih dahulu."Nanti Ayah antar kita pulang kan?" tanya Ali dengan polosnya.Fina langsung menjelaskan kepada anaknya bahwa Rama harus segera pulang ke rumah keluarga pilihannya. Mendegar penjelasan Fina membuat Rama langsung angkat bicara. Ia mau mengantar anak-anaknya pulang. Namun Fina bersikeras menolak, ia sudah menghubungi taxi langgananya yang akan mengantarkan dirinya pulang."Kamu jangan keras kepala dong Fin," ucap Rama saat ia mulai kesal dengan penolakan Fina."Aku? cukup lah Ram," balas Fina."Apanya yang cukup," tanya Rama."Cukup sampai makan malam, setelahnya biar aku yang urus sendiri," balas Fina.Fina sudah capek harus menghadapi Rama lagi, entah mengapa ia seol
Hari ini Fina sudah siap-siap untuk pergi bersama anak-anaknya. Ya, hari ini ia memiliki janji dengan Denias. Mereka ingin saling memperkenalkan anak-anaknya, setelah sebelumnya mereka berdua memutuskan untuk menjalin hubungan serius. Denias beberapa kali sudah bertemu dengan anak-anak Fina, tapi lain halnya Fina. Ia sama sekali belum pernah bertemu dengan anak-anak Denias. Ia hanya sedikit tahu mengenai cerita mereka saja.Ali sangat excited karena akan pergi jalan-jalan. Sudah cukup lama mereka tidak menghabiskan weekend dengan jalan-jalan. Meskipun kali ini Ali tau, ia tidak akan bertemu dengan Ayahnya. Sebelum benar-benar saling memperkenalkan, beberapa kali Fina memberikan penjelasan kepada Ali, berharap anak sulungnya itu memahami keadaan Mamanya.Ali sudah mulai paham mengenai hubungan Mama dan Ayah nya yang memang sudah tidak bisa lagi bersama. Ali sudah mulai terbiasa dengan itu. Kini ia dituntut harus mengerti keadaan lagi dengan akan diperkenalkannya antara ia dengan keluar
Beberapa kali Fina harus menghela napasnya berat. Sebab apa? tentu sebab sepasang suami istri yang kini sedang bertamu ke rumahnya. Perempuan yang tidak pernah menginjakkan kakinya di rumah keluarganya ini, bahkan saat dirinya masih sah menjadi menantu dalam keluarga perempuan tersebut. Siang tadi, saat Fina membuka pintu setelah beberapa kali mendengar ketukan pintu. Ia kaget melihat perempuan yang tidak ia harapkan datang ke rumahnya, berdiri di depan pintu. Sebagai tuan rumah yang baik, Fina mempersilahkan perempuan itu bersama suaminya masuk ke dalam rumah kecil milik keluarganya. Meskipun masih berat menerima perempuan tersebut masuk ke dalam rumahnya, tapi ia harus menghormati perempuan tersebut sebagai mantan mertua. Seharusnya istilah tersebut tidak pernah ada, sekalipun ia sudah bercerai dengan mantan suami. Mertua sama halnya dengan orang tua, tidak ada istilah mantan. "Rumah kamu sepi gini, pada kemana?" tanya Ibu Rita dengan nada yang masih terdengar sinis. Fina terlebih
Dari sekian banyaknya orang di dunia ini, Fina sangat bersyukur karena diberikan seoang adik perempuan yang tumbuh bersama. Ia adalah saudara, teman, dan juga sahabat terbaik yang hubungannya akan terus ada. Meskipun dahulu mereka lebih sering bertengkar dibandingkan baikannya, tapi semakin dewasa membuat mereka semakin akur sebagai saudara. Sedari dulu Fina juga tidak memiliki sahabat dekat yang apapun bisa ia ceritakan kepada orang tersebut. Fina tidak mudah percaya dengan orang lain. Tapi ia sangat bersyukur memiliki Safa yang selalu setia mendengarkan segala keluh kesahnya. Begitupun sebaliknya dengan Safa yang tidak pernah segan menceritakan semua kehidupannya kepada kakaknya. Perihal kedatangan orang tua Rama beberapa hari lalu. Fina sengaja tidak menceritakan hal tersebut kepada kedua orang tuanya. Ia tahu mereka pasti akan marah besar karena ia telah mengizinkan mereka masuk ke dalam rumahnya. Fina sadar betul bagaimana dulu Bapaknya sangat marah dan tidak ingin lagi bertemu
Lamaran, maaf kali ini bukan lamaran Fina dengan pasangannya. Melainkan lamaran adik Fina yang bernama Safa. Fina sangat bersyukur adiknya tersebut telah menemukan tambatan hatinya. Laki-laki baik yang insyaallah akan menjaga Safa dengan penuh tanggung jawab. Fina berharap keluarga adiknya kelak akan selalu dilimpahi kebahagiaan. "Kenapa deg-degan banget ya kak," ucap Safa sambil memegang dadanya. "Hmm yang bentar lagi jadi istri orang," balas Fina. "Masih juga lamaran, belum nikah," jawab Safa. "Tapi kakak bersyukur banget tau, kamu tuh udah diterima dengan baik loh sama keluarga Rio. Mereka semua datang untuk menyaksikan lamaran kalian berdua," ucap Fina sambil memegang tangan Safa. "Alhamdulillah, Allah mengirimkan laki-laki yang baik juga keluarganya yang menyayangi Safa juga kak. Tapi aku percaya, Kak Fina juga bakal dapetin mertua yang baik, yang jauh lebih baik dari sebelumnya," balas Safa. Safa tau bagaimana perasaan sang kakak saat melihat dirinya akan memasuki gerbang r
Fina merasa hidupnya tidak akan pernah tenang selama ada keluarga Rama yang terus mengusik keluarga kecilnya. Keputusan pengadilan surah resmi memberikan hak asuh anak kepada dirinya. Hanya saja keluarga Rama terus-terusan meminta agar anak-anaknya bisa ikut bersama mereka. Fina melarang hal tersebut, mereka bukan hanya ingin bermain dengan cucu nya lagi. Tapi mereka benar-benar meminta agar Ali dan Alfa ikut bersama mereka. Fina merasa bingung, entah dirinya yang bodoh atau mantan keluarganya tersebut yang tidak punya malu. Sudah jelas-jelas dahulu mereka membuang dirinya bersama anak-anaknya. Lantas mengapa sekarang berusaha untuk mengambil mereka. Apakah anak yang diberikan oleh menantu pertama belum cukup bagi mereka. Fina tidak habis pikir dengan cara pikir oarang-orang seperti Rama. "Kamu serahkan baik-baik Ali dan Alfa, atau saya ambil paksa mereka?" tulis pesan tersebut yang tidak lain berasal dari kontak yang ia beri nama mantan mertua. Fina hanya tersenyum sambil menggelen