Sebuah tenda biru telah terpasang dipelataran rumah Fina. Konsep pernikahan sederhana yang Fina inginkan akan segera terealisasikan. Sebuah dekorasi pelaminan sudah disiapkan. Tak lupa, foto prewedding ingin ia tampilkan disana. Nuansa putih dan biru menjadi pilihan untuk dekorasi ruangan.
Pada acara akad dan resepsi besok, tak banyak yang mereka undang. Rangkaian acara resepsi pun hanya akan digelar sehari semalam. Hal itu harus mereka lakukan, karena ada beberapa pekerjaan yang bentrok dan tak bisa mereka tinggalkan. Baik pekerjaan Fina maupun pekerjaan Rama.
“Masa, kamu sama Rama nggak dapet cuti?” tanya Bude Ani saat Fina barusaja bergabung dengan ibu-ibu yang sedenga mengemas kue kering.
“Kita cuma ada cuti dua hari, sedangkan Mas Rama cuma sehari,” jawab Fina sambil ia membantu aktivitas disana.
“Udah calon manten jangan ikut repot, mending kamu tuh perawatan diri, meni pedi,” ucap Bu Rosa.Pergantian
Fina dibuat deg-degan dengan kedatangan Rama ke dalam kamarnya. Apalagi mengingat kata eksekusi yang tadi diucapkan oleh Rama. Apa iya, ia akan pecah telor malam ini juga. Sejujurnya ia merasa sudah sangat lelah. Tapi, ini adalah hari pertamanya menjadi seorang istri, masa ia tak ingin menuruti kemauan suami.“Udah sholat?” tanya Rama dan Fina mengangguk.Rama kemudian keluar dari kamarnya untuk ke kamar mandi mengambil wudhu. Kemudian menunaikan kewajiban sholatnya. Ia memilih sholat di kamar Fina. Sajadah dan perlengkapan lainnya sudah Fina siapkan. Rama terlebih dahulu melakukan ibadah wajibnya, baru kemudian menyempurnakan separuh ibadahya bersama Fina. Perempuan yang sudah sah menjadi sang istri.“Mau dinyalain aja apa mau di matiin?” tany Rama membuat Fina bingung harus menjawab apa. Sedari kejadian Rama membantunya membuka gaun, jantungnya terus berdegup kencang. Ia pun menjadi bingung dalam memberikan jawaban.
Warning 18+“Ahh, ma-s, a-ku nggak ku-at lagih,” ucap Fina sambil mendesah. Matanya pun masih terpejam menikmatin permainan jari di inti miliknya.Rama sudah mulai tak sabar untuk melakukan permainan intinya. Tapi ia ingin membuat Fina menikmati semuanya. Malam pertama akan membuatnya sakit. Tapi ia ingin meminimalkan itu dengan melakukan foreplay yang cukup. Ia harus lebih sabar, meskipun adiknya di bawah sudah tak sabar menikmati liang senggama milik Fina.Rama sudah membuang sembarang celana dalam milik Fina. Kini istrinya sudah telanjang bulat. Tak ada sehelaipun benang dalam tubuhnya. Rama sangat takjub melihat lekuk indah tubuh Fina. Wajah cantik yang adem, kulit putih terawat, dada sekal, dan liang senggama yang ditumbuhi bulu tipis, terlihat istirinya itu sangat menjaga mahkota yang sebentar lagi akan menjadi miliknya,Rama berdiri, kemudian berbaring di samping Fina yang wajahnya penuh dengan keringat. “Ini akan se
Terdengar lantunan suara adzan berkumandang di masjid dekat rumah Fina. Suara itu membuatnya terbangun dari tidur panjang semalam. Tangan Rama masih melingkari di perut yang tak terhalang sehelai benang pun. Usai pertempuran semalam, mereka langsung tertidur kelelahan. Fina perlahan melepas pelukan itu, dan berusaha keluar dari balik selimut. Ia merasa ada yang menganjal dibagian bawahnya.Penyatuan semalam, menyisakan rasa perih saat ia berusaha untuk berjalan. Baru turun dari atas ranjang, perih itu menjalar keseluruh tubuhnya. Terlebih dahulu, ia mengenakan pakaian yang semalam dilepas. Ia memungut satu persatu. Langkahnya masih pendek, tapi ia harus bisa kembali berjalan normal. Malu jika ia keluar dengan posisi jalan yang ketara menahan rasa sakit.Fina mencium pipi Rama, mengelus kulit bersih itu. Ia juga mengucapan rasa cinta, membisikkan kalimat terimakasi, karena telah menjadikan miliknya seutuhnya. Baru setelahnya ia keluar dari kamar untuk pe
Sedari pulang dari hotel siang tadi, Fina langsung disibukkan dengan mempersiapkan semua kebutuhan Rama untuk kembali ke Surabaya. Meninggat masa cuti Fina masih ada, ia memutuskan untuk ikut menemani suaminya. Masih dalam suasana pengantin baru, mereka berdua masih enggan untuk berpisah.Satu koper milik Rama sudah selesai Fina siapkan, ditambah dengan satu ransel berisi pakaiannya. Selain itu juga Ibu membawakan mereka beberapa makanan untuk di makan nanti di Surabaya. Semua barang sudah di masukkan ke dalam mobil. Fina dan Rama sudah siap untuk berangkat.“Rama, izin berangkat dulu ya, Bu.” Rama mencium punggung tangan Ibu mertuanya kemudian bergantian kepada Bapaknya. Begitupun dilakukan oleh Fina.“Kalian hati-hati di sana ya, kalau udah sampe langsung hubungin Ibu,” ucap Ibu Hana.Rama dan Fina masuk ke dalam mobil. Kemudian melajukannya pelan menyusuri jalanan desa hingga ke kota. Beberapa tetangga menyapa se
Fina kembali lagi ke aktifitas semula sebagai seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta. Sebulan sudah perjalanan pernikahannya. Menuju weekend, ia akan segera pulang, karena Rama juga akan pulang ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 4.47 sore, jam kantor sebentar lagi akan selesai. Beberapa berkas sudah ia simpan untuk dilanjutkan di hari esok. Sudah saatnya ia mengemas beberapa barangnya.Sebelumnya Rama sudah memberitahukannya bahwa besok ia akan mengajaknya untuk pulang ke rumahnya di Jawa Tengah. Memperkenalkan dirinya ke orangtua, terutama Mama. Sosok yang sangat ingin Fina temui sebagai panutan seorang ibu. Bagaimana pun, beliau adalah surga dari anak laki-lakinya itu.Fina sudah siap dengan motor maticnya untuk pulang. Namun dering ponsel di tas ransel yang ia kenakan membuatnya urung untuk menyalakan motornya. Sebuah panggilan masuk dari Rama. Ia memberitahukan bahwa akan sampai rumah larut malam karena ada beberapa yang harus ia selesa
Pagi ini, Fina bermaksud untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah sosok menantu yang baik. Usai menyelesaikan pekerjaanya sebagai seorang istri untuk sang suami. Kini Fina ikut berkutat di dapur membantu mbak ART untuk menyiapkan sarapan. Fina memang tak pandai memasak, tapi kalau cuma untuk mengoreng ayam dan yang lainnya ia pasti bisa.“Mbak Fina seharusnya nggak usah repot-repot bantuin mbak. Saya nggak enak sama Ibu,” ucap Mbak Ula ynag sedang menyiapkan bumbu untuk masakannya.“Nggak papa, biar saya ada kerjaan juga. Lagian kapan lagi bisa masak buat mertua, orang nanti sore saya juga harus pulang,” balas Fina membuat Mbak Ula mengangguk paham.Setelah beberapa jam mempersiapkan masakan sarapan, kini semua makanan sudah terjadi di meja makan. Mbak Ula juga sudah menata piring dan sendok layaknya seperti di hotel berbintang. Setelah semuanya selesai, Mbak Ula memanggil Ibu Rita sedangkan Fina kembali masuk ke kamar untuk
Setahun sudah Fina menjadi seorang istri untuk seorang lelaki bernama Rama yang sudah menghalalkanya. Meskipun hubungan mereka harus ia lalui dengan jarak jauh. Tapi dengan kepercayaan penuh dan komunikasi yang baik, alhamdulillah hubungan keduanya adem ayem. Weekend kali ini Rama tidak bisa pulang seperti biasanya. Itupun dengan persetujuan dari Fina. Ia harus mengganti dua hari cuti di minggu depan dengan mengerjakan semua pekerjaannya di weekend. Karena rencananya, mereka akan mengantarkan Safa untuk melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. Tentu Fina meminta agar sang suami ikut mengantar sang adik. Seorang tukang paket berhenti di depan rumahnya. Fina tak lantas keluar, ia terlebih dahulu mengamati dari balik jendela kaca di rumahnya. Ketika sang kurir datang dan mulai mengetuk pintu rumahnya, baru Fina beranjak dari tempat duduknya. Sebuah kotak, lumayan berat Fina terima setelah membubuhkan tanda terima di form yang diberikan kurir. “Makasih
Usai mengantar Safa sampai di tempat kosnya, serta memastikan semua kebutuhan tersedia. Fina dan Rama pamit meninggalkan Fina diperantau. Meskipun semenjak remaja keduanya sudah disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Fina merasa berat dan tak tega melepaskan sang adik tinggal diperantauan jauh dari keluarga.“Hati-hati ya, yang pandai memilih pergaulan. Di kuliah itu, temannya beragam, dari seluruh Indonesia pula. Kalau ada apa-apa kabari kakak atau kak Rama.” Ucap Fina sambil memeluk Safa.“Jaga diri ya dek,” ucap Rama sambil mengelus puncak kepala sang adik ipar.“Kakak sama Mas Rama, pulang dulu ya,” ucap Fina kemudian kembali memeluk sang adik.Sebelum memutuskan pulang, Rama terlebih dahulu mengajak Fina periksa ke dokter. Bisa saja dugaan Safa mengenai Fina yang sedang mengandung memang benar. Sekarang saja, Rama harus mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, agar Fina tak merasa mual-mual.